-13. Vano kembali

70 15 5
                                    

"Sebaik apapun diri kita, ada saja yang menghina kita. Kita tak bisa mengatur mulut dan perilaku mereka, tapi kita bisa mengatur diri kita agar tidak berbuat seperti mereka" -Qinara.

Happy Reading!♡

***

"Nara, lo di panggil Bu Sella" Ucap salah seorang siswi berkacamata kepada Nara.

"Ng-ngapain?" Nara menggigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa takutnya, bagaimana tidak takut? Bu Sella adalah guru BK dengan perawakan gendut dan omelan pedas andalannya.

"Gak tau tuh" jawab siswi itu lalu segera melenggang pergi.

Nara menggigit kuku jari telunjuknya, merenung sejenak memikirkan bagaimana jika ia dihukum?

Nara menoleh kesamping kanannya lalu melihat Resya yang tertidur pulas serta melipat kedua tangannya sebagai bantalan.

"Res! Resyaa! Bangun!" Nara menepuk-nepuk lengan Resya yang sedang berada di alam mimpi, memang sedari tadi guru pelajaran Matematika mereka tidak hadir, hal ini dimanfaatkan anak pemalas seperti Resya untuk tidur.

"Hoaamm, apaan si Nar?" Resya merentangkan kedua tangannya di udara khas orang bangun tidur.

"Gue di panggil Bu Sella, gimana nih?" Nara memasukan ujung jari telunjuknya lalu menggigitnya.

"Mampus lo dipanggil Bu Gendut"

"Bukannya kasih solusi, ngeselin!" Nara mengerucutkan bibirnya lalu berdiri dan meninggalkan Resya menuju ruang BK.

"Eeh, mau kemana lo? tungguin!" teriak seraya Resya berlari menghampiri Nara.

***

Bruk

Sebuah bola basket menghantam kuat kepala Nara. Nara spontan mengerjap kaget serta terjatuh dengan lutut bersimpu darah. Hantaman bola basket itu cukup kuat, sampai-sampai membuat kepala Nara terasa pusing dan juga nyeri.

Awalnya Nara ingin ke ruang BK, Dengan terpaksa melewati lapangan basket karena ruang BK terletak disebrang lapangan basket itu.

"Awh" Nara meringis kesakitan sambil memegangi kedua lututnya, kepalanya juga terasa berdenyut kencang, bahkan Nara seperti ingin pingsan. mata Nara memanas ingin menangis, tetapi Nara menahannya.

Sebuah tangan terulur kepadanya. "Sorry" ucap seseorang yang sekarang dihadapannya.

Nara mendongak mendapati seorang lelaki yang tidak asing baginya. kayak pernah kenal, dimana ya? -batinnya.

Nara menerima uluran tangan itu lalu tersenyum. "Makas- awh" Nara spontan memegangi kepalanya yang terasa lebih sakit dari sebelumnya.

Dengan sigap, lelaki yang belum diketahui namanya itu menahan tubuh Nara hati-hati, sebelum keseimbangannya goyah.

"Kita ke uks" Ucap lelaki itu.

***

"Lo, Vano?" Nara mengerjapkan matanya beberapa kali, bingung sekaligus kaget. Teman dekatnya saat SMP kini kembali hadir. Sebab, mereka sudah berpisah hampir selama dua tahun. Vano pindah sekolah ke luar negri, tepatnya di negara Singapura.

Pantas saja Nara merasa tidak asing lagi dengan kehadiran Vano. Penampilan Vano yang sekarang berubah 180 derajat dibandingkan dengan penampilannya dulu. Dulu Vano terlihat culun, tapi sekarang? beuh gak usah ditanya lagi, cogan euy.

"Iya, gue Vano. Parah sih lo lupain gue" Ketus Vano memalingkan wajah kesal.

"Wkwk sorry, abisnya lu berubah banget Van" ucap Nara seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Nara merasa sangat canggung sekarang, mungkin efek sudah lama tidak bertemu.

"Berubah gimana? tambah ganteng ya?" Vano menampilkan senyum menggodanya sambil menaik turunkan alisnya.

"Dih apaansi?! ganteng dariman- awh" ucapan Nara terpotong karena kepalanya kembali merasakan sakit.

"Nah kan! udah lo istirahat dulu" Vano dengan hati-hari membaringkan tubuh Nara dikasur UKS. Lalu mengambil kapas dan obat merah untuk mengobati luka dilutut Nara.

"Duduk dulu sebentar, gue obatin luka lo" Vano membantu Nara untuk duduk ditepi kasur. Dengan perhatian dan juga hati-hati Vano mengoleskan obat merah dengan kapas untuk mengobati luka Nara.

"Pelan-pelan Van!" Nara memukul kepala Vano dengan bungkus kapas yang tergeletak disampingnya. "iya iya ini pelan" Jawab Vano.

"Tahan sebentar Nar" Pinta Vano disela-sela kegiatannya. "Tahan ya" Vano mencoba menempelkan plester dilutut Nara, memang rasanya sedikit sakit.

"AWH SAKIT" Jerit Nara sambil kembali memukul kepala Vano.

"Anjir sakit" Vano memgelus-ngelus bagian kepala yang dipukul Nara. "Masih mending gue obatin, lo" Vano mengerucutkan bibirnya, terlihat sangat imut.

"Dah selesai!" Vano menepuk-nepukan tangannya karena berhasil menempelkan plester dilutut Nara. Nara hanya terkekeh pelan. "Makasih" ucapnya.

***

YEEE UPDATE!
JANGAN LUPA VOTE + KOMEN OKEW

PEMBACA GELAP? GUE TENDANG LO.


ADA TYPO? TANDAIN BEB.



QINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang