-12. cacian

119 33 8
                                    

"Hinaan? Bully-an? Sudah biasa untukku. Bahkan sudah kujadikan makananku" -Qinara.

Happy Reading!♡

~~~

"Eh liat deh tuh si culun, katanya dia anak koruptor loh"

"Ah masa si? Bejat banget ya"

"Denger-denger nyokapnya juga pelacur"

"Ih jijik banget gue!"

"Minggat aja lo, dasar culun!"

Sakit.

Sakit sekali rasanya seorang Qinara mendengar nama orang tuanya di cacimaki seperti itu. Ingin rasanya Nara merobek mulut-mulut orang tidak tahu diri yang sudah berani mengatakan semua omong kosong itu.

Nara mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan rasa sakit dari lubuk hatinya. Ia terus berjalan lurus kedepan tanpa menoleh sedikit pun.

"Hih! Najis jijik banget gue"

"Mati aja tuh bokap nyokapnya Nara"

"Ga guna hidup juga!"

PLAKKK!! PLAKKK!!

Nara menampar kedua gadis yang tadi membicarakan kedua orang tuanya. Kesabaran Nara sudah habis. Kata-kata yang diucapkan kedua gadis itu sangat menusuk hatinya, Ia tidak terima. Walaupun benar kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

"LO! BERANI YA LO NAMPAR GUE?!" bentak salah seorang gadis yang diketahui bernama Vita. Gadis berpenampilan kusut. Baju dikeluarkan, rok diatas lutut, Make up yang terlalu tebal untuk wajah remaja seumurannya.

Nara yang dibentak hanya diam memandang kebawah dengan tatapan amarah sambil mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Nara seperti sedang menahan emosi. Untung saja tadi Nara hanya menamparnya, mungkin lain kali akan Nara bunuh kedua gadis tidak tahu diri tersebut. Haha, tidak! Nara bukan psycopath.

"EH LO! CULUN! KOK DIEM?! GA BERANI LO?!" bentak salah satu gadis bernama Zella, yang tak lain adalah teman sekaligus sahabat dari Vita. Lain dengan Vita, penampilan Zella lebih rapih, tetapi Zella mewarnai rambutnya dengan warna keungu-unguan. Dasar para cabe!

Nara masih kukuh dengan pendiriannya. Berdiri sambil mengepalkan tangannya. "Oke Nara! Lo bisa" batinnya bersuara.
Nara menghembuskan nafasnya perlahan, ia mulai melirik Vita dan Zella satu persatu dengan tatapan yang mematikan.

"LO BOLEH BULLY GUE! LO BOLEH HINA GUE! LO BOLEH INJEK HARGA DIRI GUE! LO BISA NGELAKUIN APA AJA SEMAU LO! TAPI JANGAN BERANI-BERANINYA LO INJEK HARGA DIRI NYOKAP BOKAP GUE! LO GA BOLEH HINA NYOKAP BOKAP GUE! SELAMA INI GUE DIEM BUKAN BERARTI GUE TAKUT! GUE BAHKAN BISA LEBIH KEJAM DARI PADA LO SEMUA!!" Nara berteriak membuat semua murid yang ada di koridor menatapnya. Terutama Vita dan Zella, mereka tampak sangat-sangat terkejut dengan pengakuan Nara yang membentaknya. Yang mereka tahu Nara seorang gadis lugu, pendiam. Oh ya! Nara juga selalu berpenampilan culun. Tapi hari ini, Nara seperti harimau yang terbangun dari tidurnya.

Oke! Nara terlalu emosi sekarang. Nara memutuskan untuk segera pergi ke kelasnya. Sebelum ia benar-benar membunuh dua gadis brengsek dihadapannya.

***

"Nara! Lo gapapa kan?" Resya yang baru memasuki kelas segera menghampiri Nara. Wajahnya terlihat sangat panik. Nara yang ditanya masih melamun tak mengubris pertanyaan Resya sahabatnya.

Pletak

"Duh" Rintih Nara sambil memegangi kepalanya yang baru saja terkena jitakan dari Resya.

"Sakit tau!" Nara mengerucutkan bibirnya.

"Lagian lo pagi-pagi udah ngelamun aja!" Kesal resya lalu Nara terkekeh pelan.

"Oh ya, lo gapapa kan Ra?" Terlihat dari raut wajahnya Resya sangat khawatir dengan Nara. Mungkin Resya heran melihat Nara yang tidak biasa saja. Nara kan gadis lugu sekaligus polos. Tetapi ia bisa menampar dan memgeluarkan kata-kata yang menyayat hati.

"Hiks.." Nara terisak pelan, kepalanya menunduk kebawah. Ia meremas rok abu-abu yang ia kenakan.

"Kenapa nangis? Yaampun Nara" Resya berusaha menenangkan Nara, ia menepuk pundak Nara pelan. Tapi Nara tetaplah Nara. Jika ia sudah menangis ia tidak akan berhenti. Kecuali apabila ia dihibur.

"Udah dong Nara, jangan nangis lagi yaa, cup cup" Nara tetap menangis menundukan kepalanya kebawah.

"Ahh gimana yaa, nanti kita beli ice cream aja yuk, gue yang traktir deh" Seketika Nara langsung mendongakan wajahnya menatap Resya, ia tersenyum bahagia.

"Bener yaa?"

"Iya, lo jangan nangis lagi" Nara mengangguk semangat.

"Lo kenapa bisa nampar tuh cabe Ra? Dia ngelakuin apa ke lo?" Tanya Resya lagi, sejujurnya ia sangat penasaran. Ketika ia baru melewati koridor, banyak mulut yang sedang membicarakan sahabatnya Nara.

Nara mendengus pelan, lalu menatap Resya sendu. "Jadi gini..." (ini diskip ya ceritanya, pasti kalian udah pada tau kan).

Resya yang mendengarnya merasa prihatin dengan Nara. Resya juga merasa geram dengan kelakuan para cabe-cabe itu. Resya terus menyemangati Nara, ia tidak mau Nara merasa sedih seperti ini.

HEYO GAES!
ADA YANG NUNGGUIN GA SI:(
KYNYA NGGA DEH:(








QINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang