-3. kangen mama papa

188 56 6
                                    

"Aku rindu..ingin sekali rasanya melihat kalian, walau hanya didalam mimpi" -Qinara.

"Bangg, Nara pulaangggg!" teriak Nara seraya membanting pintu dengan kasar.

"Berisik lo bego! Kaget gue astagaa!!" Devan tersontak kaget lalu menoyor pala Nara pelan.

"Duh sakit bang" Nara mengerucutkan bibirnya, terlihat sangat imut.

"Sok imut lo sumpah! Kaget nih gue" kesal Devan memalingkan mukanya ke arah kiri.

"Gue bingung sama lo Nar, di sekolah pendiem, kalau di rumah aja kayak nenek lampir tau ga?!"

"Shit! lo bang" ucap Nara seraya menunjukan jari tengahnya ke muka Devan.

"Eh anjir lo ya, dasar anak kecil" Devan mencubit kedua pipi Nara bersamaan.

"Sakit woi lahh" kesalnya lalu membalas cubitan abangnya dengan menendang kakinya, Devan hanya terkekeh pelan melihat ekspresi Nara yang kesakitan karena di cubit olehnya.

Ya, Nara di sekolah memang menjadi gadis yang tertutup, beda ketika dia berada di rumah.
Devan sebenarnya juga tidak tahu, kenapa sikap adiknya seperti itu. Nara berubah ketika orang tuanya meninggal dunia, dulunya Nara adalah gadis yang ceria, gadis yang berprestasi. Tapi sekarang, semuanya sudah berubah.

***

Nara sekarang sedang berada di kamarnya, dia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

"Kenapa mama sama papa ninggalin Nara gitu aja si?"

"Mama papa ga sayang lagi ya sama Nara?"

"Nara kangen mama papa"

"Andai waktu bisa di ulang lagi"

"Nara pasti ga akan seperti ini mah,pah"

"Nara sayang mamah papah"

Tak di sangka, butiran air mata telah jatuh dari pipi mungil Nara.
Nara meratapi masa lalunya dengan mama papanya. kala ia di manja, di sayang. Tapi sekarang? Semua hanya menjadi kenangan.

"Dek" ucap devan yang berhasil membuyarkan lamunan Nara"

"Kalo masuk izin dulu sama Nara bisa gak sih bang?" Ketusnya.

"Ya maap abisnya lu dari pulang sekolah gak keluar-keluar dari kamar" jujur Devan khawatir dengan keadaan adiknya sedari pulang sekolah dengan keadaan mata yang layu. Mungkin, Nara kurang tidur.

"Gue lagi gak mood bang, mending lo keluar aja deh" suruhnya masih dengan keadaan wajah di tutupi bantal.

"Lo ngusir gue?"

"Ya." singkat, jelas, padat jawaban yang ia lontarkan untuk Devan.

"Gue gak mau keluar sebelum lo cerita ke gue! Gue tau lo nangis, lo kenapa dek? Cerita sama gue" tanya Devan khawatir.

"Gu-gue tangan mama papa bang hikss" jawab Nara seraya nangis sesegukan, ia tidak bisa membohongi abangnya yang satu ini.

Devan menarik tangan Nara ke dalam pelukannya, mengusap rambut Nara lembut, lalu menaikan dagu Nara agar mau menatapnya. Devan menatap Nara intens.

"Udah lo gausah nangis lagi, mama papa udah tenang di alam sana, kalau lo gini terus, mereka pasti sedih ngeliat lo kayak gini dek" ucap Devan lembut berusaha menenangkan Nara.

"Bangg Nara ga kuat, Nara kangen masakan Mamah, kangen jalan-jalan sama Mamah Papah, kangen di beliin boneka sama Papah, kangen bercanda sama Mamah Papah, Nara kangen semuanya bang hikss" lirih Nara masih dengan air mata yang memenuhi pipinya.

"Lo ga boleh kayak gini mulu dek, lo udah gede. Ga boleh manja, ga boleh cengeng" ucap Devan lembut  mengusap air mata di pipi adiknya itu.

"I-iya bang maaf" ucap Nara lalu kembali menunduk ke bawah.

"Udah lo jangan nangis lagi, udah gede!" Devan mencubit pipi kanan adiknya .

"Kebiasaan banget sih lo nyubitin pipi gue muluu!" kesal Nara lalu di balas kekehan kecil dari Devan.

***

TBC
Dont forget to voment!
-See you👋

QINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang