Chapter21- Misi Pertama (Revisi)

95 17 9
                                    

Tok . . . Tok . . . Tok

Bu Alya yang tengah memasak segera mematikan kompor dan bergegas ke menuju pintu.

"Iya, sebentar," teriaknya.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, siapa yang bertamu malam-malam?

"Malam Tante." laki-laki di hadapannya tersenyum hangat.

"Eh . . Malam Arga. Mari masuk!"

"Iya Tante, Gyara ada?"

"Ada. Sebentar, Tante panggil kan, ya?"

"Gyara, Sayang. . .  Sini, Nak!"

Gadis berpiyama pink dengan sendal bulu-bulunya itu segera menghampiri.

"Iya, Ma kena--" Mampus. Duhh ngapain si dia kesini.

Pasalnya, dua puluh menit yang lalu Gyara memberitahu jika ia sedang ada acara di luar rumah. Gyara malu, usaha berbohong nya berakhir dengan sia-sia.

Disini lah mereka sekarang, di mobil sport Arga.
Setelah meminta izin Bu Alya, Arga segera membawa Gyara.

"Kenapa?" Arga melihat raut wajah Gyara yang gugup.

Gyara sedikit menoleh dan menggeleng.

"Malu, ya, ketauan bohong hahaha." Blusshing. Pipi Gyara memerah seketika.

"Lo gak bakat buat bohong, Ra. Jangan coba-coba bohongin gue." Ledek Arga lagi.

Tolong, apapun dan siapapun tolong bantu Gyara menyembunyikan wajahnya. Ia malu, sungguh!

"Mmm. . Mau kemana?" Gyara mulai mengeluarkan suara, ia mencoba mengalihkan pembicaraannya. Dari pada terus-terusan di buat malu.

"Ke tempat yang bikin lo seneng."  Gyara mengernyitkan dahi.

Setelah hampir 45 menit, mereka sampai di tempat yang mereka tuju.

"Sampai. Yuk turun!" Arga memutar mobil, ia membukakan pintu Gyara.

"Makasih."

"Gue cuma kasian,"

Gyara tak mengerti. "Takut tangan halus lo kejepit pintu mobil." Gyara mengerjapkan mata.

Sungguh pria di hadapannya ini adalah playboy kelas kakap lengkap dengan gombalan asing yang bikin garing. Bisa gila Gyara lama-lama.

"Ayo." Arga menarik lengan Gyara.

"Eh--" ia menghentikan langkahnya. "Mulai sekarang, lo jangan saya sayaan lagi deh ya. Berasa formal banget. Aku kamu-an aja."

Gyara terdiam, "Biar kaya Nathan Salma, ya? Itu novel favorit lo, kan?" Gyara tersenyum malu, benar kata Arga, itu novel favorit Gyara.

"Wahhhh. . ." Gyara bergumam, matanya berbinar, senyumnya terus mengembang. Ia sangat senang, ini dunianya, ini bahagianya.

Disinilah mereka berdua, di sebuah toko buku terbesar di Jakarta. Tidak seperti toko buku pada umumnya, tempat ini memiliki fasilitas yang sangat bagus, lengkap dan kekinian. Juga di lengkapi dengan kelas menulis setiap satu bulan sekali, dan tak lupa toko buku ini memiliki spot foto menarik dengan persyaratan yang mudah untuk bisa bersua foto di dalamnya.

Ia menelusuri setiap bagian yang ada di dalamnya.  Menatap takjub dengan apa yang ia lihat. Buku pelajaran hingga berbagai macam novel, pulpen dan pensil dari yang berbentuk biasa hingga yang berbentuk menggemaskan, dan masih banyak lagi.

Ia mulai mengelilingi setiap rak, membaca setiap quotes dari penulis terkenal yang menempel, dan mengambil beberapa buku untuk di bacanya.

"Ini bagus bangett!" matanya tak pernah berhenti mengabsen setiap inchi ruangan.

S T A R E [Post Traumatic Stress Disorder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang