Chapter23 - Ada apa dengan Gyara 3 (Revisi)

90 18 7
                                    

"Sayang. . . . " Suara itu terdengar merdu, belaian tangannya terasa lembut. Bu Novi mencoba membangunkan Satria dengan menepuk pelan pipinya.

Satria yang sangat peka dengan sentuhan langsung mendudukkan tubuhnya. Ia mengerjapkan mata, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Ada apa? Mama yang harusnya tanya. Kamu, ada apa di sekolah?"

Satria menggeleng.

"Belum mau cerita?"

"Baru pulang?" Satria mengalihkan pembicaraan. Ia tidak suka membahas tentang sekolahnya. Ia muak dengan aturan.

Bu Novi sudah hapal betul dengan gelagat anaknya. Jika sudah seperti ini Satria tidak akan berbagi, anak itu terlalu pandai menutupi.

"Satria ngantuk."

"Ya sudah. Mama keluar dulu, ya." Bu Novi melangkahkan kaki menuju pintu, tak lupa menyelimuti Satria sebelumnya. Seganas apapun di jalanan, Satria tetap putra kecilnya.

Satria tidak benar-benar kembali tidur. Ia mengingat kejadian di perpus. Bayangan ketika dengan mudahnya Gyara melukai tangannya sendiri kembali ia ingat.

Gadis itu terlihat aneh. Pertemuan pertama Gyara dengan Satria, ia sangat ketakutan. Kedua ia pun terlihat takut. Dan ketiga, ia melukai dirinya sendiri.

Satria terheran, sebegitu menakutkan nya kah ia?
Memang, Satria tempramen, dingin, ganas, namun ia masih dapat membedakan mana lawan mana bukan.

"Arggghhh. . . " Ia menyadari satu hal. Ia segera menepis pikirannya tentang Gyara. Ia tidak boleh memikirkan gadis lain, sedang gadisnya terbaring lemah tak berdaya di sana.

Ia menatap kosong lemari di hadapannya. Rahasianya, tempatnya menyimpan jutaan kenangan dengan dua orang yang paling ia sayang.

Ia kembali menghampiri, membukanya perlahan, membayangkan setiap inchi kehidupan dan kejadian yang terangkai menjadi sebuah kisah bernama kehilangan.

Ya, sepertinya untuk saat ini, kisah itu sangat cocok jika di juluki kehilangan. Karena tidak ada lagi bagian dari kisah nya yang tersisa, selain kenangan yang masih tersimpan rapi dalam ingatan nya sebagai manusia.

Alur kehidupan tidak selamanya baik, begitupun takdir yang datang menghampiri. Namun tetap saja, akan ada akhir yang baik untuk insan yang selalu berpikir dengan baik. Satria percaya itu.

Sebuah brangkas berwarna hitam ia keluarkan, sedikit berdebu dan usang. Wajar saja, hampir dua tahun lamanya tak ia keluarkan dari tempatnya berada.

Meski sudah lama tak ia jamah, ia tak pernah melupakan sandi untuk membukanya. Sebuah tanggal cantik, ketika ia menyatakan perasaan kepada gadisnya. Satria akan terus mengingat tanggal itu.

Sebuah Diary books berwarna pink ia temukan di dalam brangkas itu. Lengkap dengan foto dua orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan sejak mereka berusia 8 tahun hingga menginjak usia remaja.

Tak lupa dengan keterangan di setiap kejadian yang telah di tulis ulang oleh tangan.

Lembar pertama. Foto satu orang anak perempuan berusia 8 tahun mengenakan bikini pink dengan satu orang anak laki-laki di sampingnya tersenyum hangat dan satu lagi anak laki-laki di sebelahnya yang memasang wajah biasa saja.

Hi. Yang senyumnya manis itu Arga. Yang selalu datar itu Satria. Dan yang paling cantik itu aku, Yoana. Ini foto waktu kita liburan di bali.

Satria menutupnya dan tak melanjutkan, ia merasa lancang membuka barang yang bukan miliknya. Brangkas dan semua barang yang ada di dalamnya miliknya, kecuali diary books itu. Yoana menitipkan nya kepada Satria satu jam sebelum kejadian itu terjadi.

S T A R E [Post Traumatic Stress Disorder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang