KB1

68K 633 16
                                    

Aku Ilham Septria namun orang-orang sekitar lebih mengenalku dengan nama Adek, dikarenakan semua anggota keluarga yang lebih tua dariku memanggil dengan sebutan itu. Aku terlahir dengan kulit bersih dan wajah yang banyak orang bilang baby face. Selain kuliah keseharianku juga disibukan dengan mengurus warung kelontong peninggalan mendiang kedua orang tua ku. Warung kelontongku buka dari jam 7 pagi hingga jam 12 malam, Jika sedang ada jadwal kuliah, warung akan aku buka saat pulang kuliah.

Banyak masyarakat sekitar yang bersimpati padaku. Mereka mengenalku sebagai pemuda yang tak hanya sopan namun juga seorang pekerja keras. Oleh karena itu meskipun usiaku baru menginjak 20 tahun banyak ibu-ibu sekitar berusaha menjodohkan ku dengan anak gadisnya. Namun tak satupun aku gubris dikarenakan aku menyadari ketertarikanku dengan sesama jenis ku sendiri. Tak ada yang mengetahui perihal diriku sebagai seorang gay karna aku sangat menjaga image-ku. Sebagai gay aku cenderung menyukai pria pribumi berkulit gelap dengan badan tegap dengan otot yang wajar. Aku selalu membayangkan diriku sebagai pelampiasan nafsu seks pria yang bercirikan fisik seperti itu.

Sudah menjadi kebiasaan bagiku untuk merapikan dagangan sekaligus memeriksa persediaan barang dagangan sebelum menutup warung. Saat tengah mencatat barang apa saja yang perlu dipesan, masuklah seorang pembeli yang belum pernah kulihat sebelumnya.

"lotion anti nyamuknya dua, rokok mild sebungkus, sama ini satu" ujarnya dengan suara berat dan dalam sambil menunjukan cappuchino kalengan di genggamannya.

Aku memasukan belanjaannya kedalam kresek kecil sambil menghitung total harga yang harus dibayarnya. "Jadi dua puluh tujuh ribu bang" kuserahkan belanjaanya dan mengambil pecahan lima puluh ribu yang ia sodorkan. "Abang baru pindah kesini??" tanyaku sambil mengambilkan uang kembalian.

"iya.. ini juga baru sampe, rencana mau beberes sama ada dinding yang perlu dicat ulang. Sebenarnya sih butuh kopi tubruk soalnya ini nggak begitu ngefek ngilangin kantuk" katanya kemudian membuka dan meminum cappuchinonya.

"Kalau Abang mau nunggu biar saya bikinin" aku mencoba menawarkan karna ku dari yang kulihat dia memang sedang membutuhkan kafein dari kopi.

"Waah boleh deh!" jawabnya dengan ekspresi senang yang kentara.

"Ok" ucapku sambil berlalu ke arah dapur.

"ini Bang" ujarku sekembali dari dapur sambil menyodorkan kopi yang mengepulkan uap panas dengan aroma harum khas kopi.

"Makasih banyak lho ya, berapa harganya?"

"gratis Bang, itung-itung sebagai welcome drink untuk menyambut warga baru"

"hahahaha.... Bisa aja kamu Dek"

"lhaa kok Abang bisa tau nama saya? Kita kan belum kenalan, Abang cenayang ya?". Sengaja aku lontarkan guyonan untuk lebih mengakrabkan diri, karna aku tau dia memanggilku Adek karna aku lebih muda darinya.

"jadi nama kamu Adek?" ujarnya didahului sebuah kekehan. "panggil aja bang Idep, kalau gitu Abang lanjut ya, dan sekali lagi makasih untuk welcome drink-nya"

"Ok Bang, semangat ya!" ujarku yang dibalasinya dengan senyuman.

Itulah awal perkenalan ku dengan Devriawan Putra seorang pegawai swasta berusia 32 tahun. Kulitnya yang sawo matang serta tubuh yang tinggi tegap dengan lengan kekar membuat dia dengan segera menjadi objek fantasiku.

Sebulan berlalu aku semakin akrab dengan Bang Idep bahkan aku juga mengenal Kak Yutri istri dan Alif anaknya. Kenyataan bahwa Bang Idep sudah berumah tangga dan memiliki seorang anak tidak mengurangi keinginanku untuk dapat mencicipi kejantannya suatu hari kelak. Sekarang Bang Idep rutin mampir ke warung sekedar ngobrol atau main catur denganku. Biasanya sekitar jam 9 Bang Idep sudah datang, namun sudah hampir jam 11 tak ada tanda-tanda kalau ia akan datang. Kuputuskan untuk menutup warungku, namun tepat sebelum aku merapatkan rolling door aku mendengar Bang Idep memanggilku

KELONTONG BIRAHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang