KB2

38.3K 428 4
                                    

Aku menggeliat saat kurasakan ada yang menggoyang pelan bahuku. Suara lembut Bang Idep yang memanggil-manggil untuk membangunkanku membuatku membuka mata. Kulihat Ia sudah kembali berpakaian lengkap meskipun kesan kusut bangun tidur masih kentara.

"Abang pulang ya dek,, sekali lagi terimakasih untuk yang tadi malam" ucap Bang Idep dan kubalas hanya dengan senyuman. Saat bangkit dari posisi tidurku, aku meringis karna anusku terasa sedikit perih dan seperti ada yang mengganjal. Namun ku hiraukan karna aku harus menghantarkan Bang Idep ke pintu depan. Aku berjalan dengan kondisi telanjang selain karna pakaian yang ku kenakan semalam berada di ruang TV, kenyataan kalau Bang Idep sudah melihat dan menikmati tubuhku membuatku tak harus menutupi tubuhku darinya.

Setelah mengunci pintu aku kembali menuju ke kamar, saat melewati ruang TV aku memunguti pakaianku yang berserakan di sekitar sofa. Sejenak aku teringat kejadian antara aku dengan Bang Idep semalam. Meskipun Bang Idep melakukannya dengan lembut, tapi dia terlihat sangat mendominasi. Hal itu memunculkan spekulasi tentang pernah atau tidaknya ia melakukan hubungan sesama jenis sebelumnya. Tak mau membuang waktu dengan spekulasi yang belum pasti, segera ku langkahkan kaki menuju kamar untuk berberes dan mempersiapkan diri karna hari ini aku mau belanja ke pasar membeli persediaan barang dagangan.

Matahari sudah memunculkan sinar saat aku berangkat ke pasar. Setelah memberikan daftar barang yang ingin kubeli kepada Pak Haji pemilik grosir langgananku, akupun menyempatkan untuk sarapan lontong sayur di warung tenda yang berada dekat gudang pada bagian belakang pasar. Menu favoritku adalah katupek gulai paku dengan tambahan sala lauak. Katupek gulai paku adalah sebutan orang minang untuk lontong ketupat dengan sayur pakis, sedangkan sala lauak merupakan gorengan khas kampung halamanku yang terbuat dari adonan tepung beras yang diberi bumbu dan suwiran ikan asin kemudian dibulatkan dan digoreng.

Selain bisa memuaskan perut dengan katupek gulai paku dan sala lauak, posisi warung yang berada di dekat gudang juga memuaskan mataku melihat tubuh para kuli angkut yang bercucuran keringat dan menonjolkan otot-ototnya saat mereka menggotong barang ke gudang. Seperti sebelumnya tubuh dan kontol para kuli angkut yang sesuai kriteriaku hanya kunikmati dalam angan-angan, namun sekarang setelah aku melakukannya dengan Bang Idep, aku memikirkan cara untuk dapat menikmatinya secara nyata.

Setelah membayar sarapanku dan puas memandangi para kuli angkut aku kembali menuju grosir Pak Haji untuk mengambil dan membayar belanjaanku padanya.

"Udahan sarapannya, kenyang nggak?" Sapa Pak Haji ketika memasuki grosirnya.

"Udah dong pak, udah kenyang banget"

"Syukurlah, itu belanjaan kamu udah bapak masukin kedalam kardus yang di sana" ujarnya menujuk ke dua buah kardus di pojok dekat pintu masuk.

"Ooh,, siip,, jadi berapa totalnya Pak?". Ia menyerahkan struk belanjaanku kemudian kubayar sesuai total yang tertera di sana. Setelah saling mengucapkan terima kasih akupun beranjak pulang. Sesampainya di rumah aku bergegas membuka warung dan menyusun barang yang tadi kubeli sambil menunggu pelanggan seperti rutinitas ku biasanya.

Waktu bergulir hingga siangpun telah berganti malam, Seperti biasanya, setelah Isya ada beberapa orang yang rutin mampir sekedar saling ngobrol atau bermain catur di warungku. Namun sedikit berbeda dengan malam ini karena tidak ada yang bermain catur, semua yang hadir tampak antusias membahas kasus perampokan dan pembunuhan yang terjadi di komplek sebelah. Begitupun dengan Bang Idep, iapun terlihat larut dalam pembicaraan tentang kasus tersebut. Tak sedikitpun Ia memperlihatkan gelagat bahwa telah terjadi sesuatu yang tabu diantara kami.

Hingga malam semakin larut topik pembahasanpun sudah berganti bahkan papan catur yang tadinya diabaikan sekarang sudah dimainkan oleh Ajo Anaih dan Uda Roni. Aku yang sejak tadi sibuk melayani pembeli yang datang silih berganti sekarang ikut nimbrung menimpali pembicaraan serta memperhatikan Ajo Anaih dan Uda Roni yang beradu strategi. Lewat pukul sepuluh malam satu persatu dari mereka sudah pulang kerumah masing-masing. Sementara papan catur sekarang dikuasai oleh Ajo Anaih dan Bang Idep yang menggantikan posisi Uda Roni yang memilih pulang karena selalu kalah melawan Ajo Anaih.

KELONTONG BIRAHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang