KB4

26.4K 343 0
                                    

Ternyata kenyataan tak seperti jalan cerita sinetron di TV, dimana jika pemeran utama mendapatkan ketidakberuntungan di satu scene maka di scene yang lain ia akan mendapat keberuntungan. Terbukti bahwa setibanya aku di kampus, bukannya bertemu dengan si satpam seksi, yang ada aku bertemu dengan satpam songong yang melarangku memarkirkan mobil di belakang pos keamanan kampus dengan alasan area ini akan mereka pakai untuk apel pagi.

Dengan perasaan dongkol akupun memutar balik ke arah parkiran depan gedung rektorat. Karna jarak yang lumayan jauh menyebabkanku terlambat mengikuti kelas sehingga aku harus rela menanggung malu karna disuruh menyanyikan lagu 'lagi syantik' milik Sibad. Alhasil aku menjadi bahan olok-olok seisi kelas hingga berakhir sesi perkuliahan hari ini.

Belum hilang kemaluan atau rasa maluku serta panas kupingku karna jadi bahan olokan, aku kembali dibuat kesal karna melihat seseorang mencoret-coret mobilku. Ia beralasan jika mahasiswa tidak dibolehkan parkir di area ini saat aku tanyakan alasannya.

"Setahu saya tidak ada peraturan yang melarang mahasiswa untuk parkir di sini" ujarku berusaha meredam emosi.

"Tahu apa kamu tentang peraturan" balas pria yang aku ketahui bertugas menjaga portal di gerbang belakang kampus. Entah resmi atau tidak, namun menurut kabar yang ku dengar dia hanya ditugaskan untuk membuka portal pada jam tujuh pagi dan menutupnya kembali pada pukul delapan malam.

"Kalau begitu tolong ajari saya tentang peraturan kampus ini atau perlukah saya menelpon bapak rektor untuk menanyakan lebih lajut tentang peraturan kampus sekalian menanyakan siapa dan apa tugas kamu di kampus ini"

"Kamu ngancam saya?"

"Saya nggak berniat sedikitpun untuk mengancam, tapi anda harus sadar siapa dan apa tugas anda di kampus ini. Jadi sebelum saya ngelaporin anda ke keamanan kampus sebaiknya bersihin semuanya sekarang" ujarku santai sambil menunjuknya dan coretan di body mobilku bergantian menggunakan tangan kiri.

Tidak sopan memang mengingat usiaku yang lebih muda darinya. Akan tetapi karena emosi yang telah menguasaiku membuat aku tak lagi memikirkan norma kesopanan bahkan rasa takut sekalipun. Selain itu, hal yang paling mendasari tindakanku adalah karna aku tidaklah melanggar aturan dengan memarkirkan mobil di area ini.

Setelah semua tulisan dan coretannya bersih aku langsung menuju rumah. Aku sengaja tidak mampir kepasar karna stok barang masih lumayan banyak, dan lagi aku berencana untuk mengerjakan tugas yang diberikan dosen sejak dua minggu sebelumnya. Jadi warung akan ku buka selepas magrib nantinya.

Dalam perjalanan kerumah terbersit pikiran tentang korelasi antara kekecewaanku karna tidak dapat ronde kedua dengan kesialan yang menimpaku di kampus tadi. Tidak ada memang, namun satu kesimpulan yang bisa kuambil adalah tak seharusnya aku memulai hari dengan perasaan negatif. Terbukti bahwa sedikit rasa kecewa yang kurasakan tadi membuatku tertimpa kesialan bertubi-tubi.

****

Dari depan gang menuju rumahku, kulihat Pak RT sedang berbicara dengan seseorang yang menyandang sebuah ransel di depan pagar rumahku. Begitu pintu mobil kubuka, Pak RT langsung mendekatiku sambil memperkenalkan orang yang menjadi lawan bicaranya tadi. Namanya adalah Hendrik, ia merupakan anak teman almarhum ayahku yang kebetulan tetangga Pak RT dahulu sebelum keluarganya pindah ke provinsi di barat Indonesia.

Setelah bersalaman akupun mengajak mereka duduk di bangku yang ada di teras warungku. Aku bergegas membuka warung dan mengambil dua buah jus botolan dari dalam kulkas. "Silahkan diminum dan dilanjutkan ngobrolnya, Pak, Bang, Adek mau masukin mobil dahulu, soalnya mobil belum adek matiin" ujarku sambil meletakan minuman ke meja.

"Silahkan!!" jawab mereka hampir bersamaan.

Setelah memarkirkan mobil, suara tawa Pak RT terdengar begitu aku turun untuk ikut bergabung ngobrol dengan mereka, Aku menanyakan perihal penyebab tertawa Pak Rt yang begitu lepas ketika aku mendudukan diri di bangku dekat mereka.

KELONTONG BIRAHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang