CHAPTER 2: Trampoline

18 2 0
                                    

Dalam kehidupan, kau membutuhkan seseorang seperti trampoline.
Saat kau terjatuh,
dia akan membantumu bangkit kembali.
_______________________________________

Matahari pagi mulai menyelusup masuk dari celah-celah gorden. Tepat mengenai mata Baram yang masih terlelap. Nafasnya pelan dan teratur. Wajah pucatnya kini mulai berubah lebih segar.

Setelah menjalani hari yang berat kemarin, dia begitu kelelahan dan itulah yang membuatnya tidak sadarkan diri. Maka tidur panjang menjadi salah satu obatnya.

Sementara itu saat ini, jauh di alam mimpi sana gadis itu tengah menjalani kehidupan yang 180 derajat berbeda dari kenyataannya. Keluarga yang lengkap, tempat tinggal yang hangat, meja penuh makanan, dan teman-teman yang terus berdatangan untuk memeluknya.

Tanpa terasa bulir air mata perlahan jatuh dari sudut matanya yang terpejam. Menyadari hal itu Jaehwan yang kebetulan kembali dari kamar mandi dan sedari tadi berhenti di sampingnya hanya bisa menatap kaku. Selembar tissue sudah digenggam. Tapi hatinya berkata biarkan saja. Mungkin itu air mata bahagia.

Jaehwan melirik jam tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaehwan melirik jam tangannya. Sudah hampir jam 6 pagi. Tapi nyatanya Baram masih belum juga bangun. Dia mengerti kalau gadis itu kelelahan setelah memutari kota Seoul seharian. Tapi suara perutnya terus menarik perhatian Jaehwan. Pemuda itu takut Baram kelaparan lalu mati dalam tidurnya. Pemikiran yang liar, tapi itulah yang ada dalam isi kepalanya saat ini.

"Aku juga kelaparan." Gumam Jaehwan. Melirik pada sudut ruangan dengan kardus penuh ramyun di dalamnya.

Sama seperti Baram. Kehidupan pemuda itu pun tidak kalah sulitnya. Sudah seminggu ini dia menempati Office-tel barunya. Dan sudah seminggu ini hanya ramyun itulah yang setia menemaninya. Ada alasan mengapa dia menjalani kehidupan seperti ini. Dan alasannya lebih rumit dari sekedar tidak punya keluarga dan pekerjaan.

Sama seperti Baram, diapun mempunyai hutang yang ingin sekali dia bayar. Makanya saat melihat gadis itu, Jaehwan seakan bercermin. Dan hatinya yang lembut sama sekali tidak bisa dikendalikan. Hasilnya, dia membawa gadis asing itu untuk tidur di tempatnya. Tanpa memikirkan hal lain selain ingin melihatnya aman.

Jaehwan menghela nafas panjang. Memutuskan untuk kembali melanjutkan tidurnya seraya menunggu gadis itu terbangun. Tubuh tingginya kembali berbaring di atas karpet. Kakinya sedikit ditekuk karena nyatanya ukuran karpet itu lebih pendek dari tinggi badannya yang mencapai 192cm.

Belum sempat matanya terpejam, Jaehwan mendengar suara keras di belakangnya. Sontak membuat pemuda itu bangkit dan membalikkan badan ke arah sumber suara.

Benar saja dugaannya. Gadis itu telah bangun. Tapi dengan keadaan yang tidak Jaehwan harapkan. Di atas sofa panjang itu, Baram dengan matanya yang tampak marah terbangun kaget dari tidurnya yang panjang. Matanya langsung menangkap keberadaan Jaehwan dan itulah yang membuatnya terbakar emosi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GO BARAM GO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang