#2 Derza

11 4 1
                                    

"derza..bangun nak , kamu ntar telat loh ke kampusnya..hari pertama juga"
"Kak anzar ayoo bangun , alila mau sekolaaa ish"

Rasanya derza  ingin berteriak saja setiap hari umi dan adik perempuannya selalu menyiksa dirinya , tapi disisi lain juga ia beruntung mempunya ibu dan adik yang super cerewet dan pengertian dan jika ditanya abi nya dimana? tidak tahu. iya derza belum bertemu ayahnya lagi semenjak kejadian berantem besar umi dan abinya itu.
tapi tenang kawan, derza bukan lah tipe yang suka menyalahkan sesuatu yang terjadi di hidupnya.

Derza tidak menyalahkan uminya ataupun abinya, dirinyapun juga tidak. saat abinya hendak pergi abinya menasihatinya, ia harus menjaga umi dan adiknya ia harus bisa menggantikan abinya menjadi pemimpin keluarga tetapi derza malah menangis dirinya tidak bisa menjai pemimpin ia hanya bisa menjadi pelindung keluarganya saja

Tapi abinya harus dan tetap bersikeras meyakinkan anak laki-lakinya itu, suatu saat sang abi pun berkata sesuatu pada derza, "nak, kamu bisa anak abi harus bisa , apalagi kamu anak laki-laki satu-satunya kamu tuh harus bisa gantiin abi . anak laki-laki nggak boleh bilang nggak bisa , harus bisa! abi nggak pernah ngajarin abang buat putus asa , emangnya abang pernah liat abi manjain abang atau alisya? engga kan? ya itu harusnya kamu jadiin pelajaran, abang harus ngerti bahwa nggak selamanya abi bisa nasihatin dan ngajarin kamu, jadi abi minta tolong sama abang derza ya buat jagain umi sama alisya" dan abi pun langsung mengusap dan mengecup kening derza lalu pergi.

Sungguh mengingatnya saja membuat dada sesak , ingin sekali dirinya menangis tapi tak bisa karna tidak ada waktu lagi, ia lupa ia harus pergi ke kampus barunya dahulu. sesampainya derza di Universitas of International Humanity derza senang ia bisa berada di universitas yang sangat Ia impikan dari dulu.

"ihh lihat-lihat napa kalau jalan tuh!, heran orang tuh" sewot seorang gadis berambut Pendek sebahu yang tak lain adalah lula.

"eh, sorry nggak liat kak" Balas derza reflek sembaril membantu merapih-kan barang yang lula bawa.

"ck, aelah! sibuk ni gue misi!" cetus lula yang keteteran dengan barang bawaannya, masalahnya sekarang ia tidak ada yang bantu padahal Pengurus ORMAWA banyak.

Derza yang melihat lula seperti itu padanya tersenyum, 'lucu' yang ada di benaknya. derza melanjutkan kegiatan menjelajahi Kampus ini tak sadar ada yang menepuk bahunya dari belakang lantas ia menoleh ke belakang.

"hi! kenalin Asca handini, lo?" tanya-nya dengan ramah riang dibaluti dengan senyuman nya yang imut.

"khafi aderzan" jawab derza singkat dan hanya diberi anggukan.

"oh iya,  lo MABA kan disini? takutnya gitu lo mahasiswa lama disini, kan nggak enak gue panggilnya lo gue" tanya asca sambil cengengesan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"iya, maba"

Derza adalah tipikal cowok yang tidak mau ribet ia akan hanya menjawab seadanya,  jadi wajar saja jika dia bersikap dingin seperti itu. Derza melanjutkan aktivitasnya yang diganggu terus oleh makhluk dikampus itu, derza sangat kagum dengan gedung dan Miniatur mereka.

Universitas of International Humanity adalah Universitas terbagus dan terfavorite di kota itu,  Dari anzar umur 12 tahun Ia dan bertekat bahwa Ia akan bisa menakhlukan kampus itu sampai-sampai Ia sempat menyombongkan diri pada adik perempuannya siapa lagi kalau bukan Alisya.

Tak sadar seorang pria bertubuh tinggi berkulit kuning langsat berwajah cantik, tampan dan suaranya yang halus merangkul tubuh derza "eitss bro! gile dah lama banget njir"

On That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang