Dering bell berbunyi nyaring, bel pulang. Itulah suara yang kian dinantikan oleh siswa siswa. Sudah waktunya pulang, annie berjanji akan mempertemukan temannya itu denganku hari ini.
"Ayo, temanku sudah menunggu!" Kata annie dengan semangat kepada ku."Ayooo!" Jawabku dengan tidak kalah semangatnya.
Saat ini aku sangat berharap bahwa teman annie itu memiliki nomornya. Setidaknya ia masih memiliki harapab. Walaupun setelah itu aku juga harus mengumpulkan keberanian untuk menghubunginya, numun setidaknya ini tidak akan menjadi sesulit sekarang ini, mungkin saja ini dapat merubah keadaan bukan?
Entahlah, aku dan annie berjalan menuju kafe tak jauh dari sekolah kami, lebih tepatnya diseberang, sangat dekat. Mungkin akan lebih menyenangkan berbincang sambil meminum kopi atau jus.
Yah teman annie memang lebih dulu sampai dan memesan minum. Perempuan, cantik dan terlihat begitu kekinian. Kelihatannya salah satu gadis populer.
"Sudah lama menunggu, sherly?" Sapa annie dengan akrab sembari menjatuhkan pantatnya disalah satu kursi di sebelahnya.
Akupun juga ikut duduk diseberang mereka berdua. Aku ingin menyapanya lebih dulu namun aku merasa sedikit agak canggung. Tapi tak apalah pikirku lagipula aku membutuhkannya!
"Hallo, namamu sherly? Aku carrissa, senang bertemu dengan mu." Kataku sesopan mungkin.
"Hallo! apakah kamu gadis yang menyukai Liam itu?" Katanya yang membuatku terkejut, hei tidak bisakah ia berbasa basi dulu. Apakah dia tidak merasa canggung seperti yang kurasakan?
"Be-benar." Yaampun aku malu harus mengakui perasaanku seperti ini padanya. Selama ini tidak ada yang tahu tentang perasaan ku ini selain annie. Ia yang kedua!
"Sungguh?" Ia terbahak, mengapa dia ini? Apa yang salah dengan otakknya?mengapa secantik ini terlihat gila.
"Ah kukira gadis seperti apa yang akan menyukainya, ternyata gadis semenawan kamu." Hei dia memujiku? Yang benar saja, tapi walaupun begitu dia terlihat jujur. Setidaknya aku merasa senang dipuji oleh orang yang begitu cantik.
Sherly, sebenarnya wajahnya tidak secantik yang aku kataka. Namun ia terlihat seperti gadis impian para pria. Ia cantik dan tubunya bagus. Tinggi dan kurus, tidak sepertiku. Mungkin jika dibandingkan dengannya tinggiku hanyalah berada tepat di garis telingannya. Kira kira mungkin begitu.
Dia juga ramah dan terlihat tulus. Membuat ku merasa lebih baik, setidaknya sekarang aku merasa tidak canggung lagi. Aku merasa kami akan menjadi teman baik.
"Bukannya kau gadis yang disukai diren itu? Astaga, bukankah berarti kau menolaknya?" Katanya dengan agak terkejut. Dia juga mengetahuinya? Yaampun sepertinya ini sudah menyebar.Aku mengganggukkan kepalaku, yang mengartikan bahwa itu benar.
"Baiklah sherly tidak usah membahas masalah lain. Kami kemari bukan untuk bergosip, apakah kamu memiliki nomor Liam?" Kata annie, annie memang mengetahui aku tidak menyukai topik pembicaraan itu lantas ia langsung mengalihkan pembicaraannya. Oh annie aku begitu mencintaimu!
"Nomor? Kalau itu tidak punya." Katanya dengan santainya. Uh kata katanya itu membuatku kehilangan semangatku. Lalu aku harus bagaimana lagi?
"Begitukah? Tidak bisakah kamu mencarikannya untuk risa?" Tanya Annie. Aku hanya diam, mendengarkan mereka berdua."Ah maafkan aku sepertinya tidak, itu sangat sulit karena Liam tidak memiliki seseorang yang dekat dengannya." Katanya dengan sedih juga, saat melihanya aku juga tidak pernah melihatnya bersama orang lain. Dia selalu sendiri.
"Liam itu pendiam, dan sikapnya agak tidak sopan. Waktu pertama kali masuk sekolah dia begitu populer dikalangan gadis gadis karena ketampanannya. Dulu setiap hari ada saja gadis yang memberikannya hadiah, seperti coklat atau kue. Tapi tahukah kamu dia bahkan tidak memakan satupun coklat itu. Ia membuangnya." Jelas sherly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You Mine
Teen FictionLiam Sebastian itulah pria yang kian di idam-idamkan oleh Carrissa, gadis cantik dengan sikap pemalu dan menggemaskannya. Namun Diren, pria sombong dan angkuh yang menginginkannya, dapatkah Carrissa menolak Diren dan menyatakan perasaannya kepada Li...