Eps. 5: Sweet Dream

58 0 0
                                    

Nanti.. di dimensi lain, kita harus bersama ya?
__

Aku mencoba mengerlipkan mataku berulang kali, menahan beratnya kepalaku saat ini sudah seperti ditindih oleh buku buku komunikasi yang sudah aku baca demi lulus. Dengan kasur empuk yang kutiduri saat ini, sepertinya ini kasurku. Dan ini kamar villaku. Oh aku di penginapan?

Dengan usaha yang sangat maksimal aku mencoba mendudukan badanku dikasur. Bajuku masih sama seperti baju tadi malam. OH STEVE SIALAN! KARENA DIA SEKARANG AKU TIDAK INGAT APA APA! lalu bagaimana aku bisa sampai di villa? 

Otakku masih berusaha mencerna apa yang sedang terjadi, hingga akhirnya bunyi bel menyadarkanku. Walau badanku masih terhuyung-huyung aku coba untuk membuka pintu dan melihat siapa yang tidak tahu diri membuatku bangun jam segini!

"Hai Sya!" Sapa Erick. Oh. Tunggu. Erick. KOK ERICK!

Tanpa babibubebo aku langsung merapihkan anak rambutku yang berantakan, bajuku yang tidak jelas bentuknya dan damn... ROK KU TERLALU TERANGKAT! 

"Loh Rick? Kok.. lo disini? Kok tau penginapan gue?" Aduh gue yakin mulut gue bau alkohol!!

Erick hanya tersenyum menanggapi responku yang menggebu. Siapa yang tidak menggebu jika ada seorang Erick didepan pintumu dan kamu masih berpakaian berantakan, rambut pun, mulut bau alkohol. Dan jangan tanya bagaimana kondisi wajah dengan tidak menghapus make up ku!

Dengan percaya dirinya Erick melenggang masuk ke dalam dan langsung ke dapur untuk mengambil minum, "Gue habis jogging. Kan sayang ada di villa bagus gini tapi ga dipake jogging." 

Lah? Apaan? Dia nginap di villa yang sama denganku? Atau lagi berkunjung divilla ini? Ini apasih? 

"Hah? Apaan Rick? Sorry otak gue masih tidur"

Erick menyodorkan air mineral yang ia tadi minum padaku, karena tenggorokan kering dan otak masih konslet ya tentu ku ambil.

"Lo beneran lupa? Gue tidur disini tadi malam?"

PRRRRRTTTT.. Tentu aja itu semburan air dari mulutku. 

"Hah??? Gimana? Lo tidur disini? Kok bisa?"

Okay. Setelah insiden air terjun tadi, Erick menceritakan padaku bahwa yang mengantarkan aku pulang adalah dirinya. Aku sudah sangat mabuk sampai terjatuh dari kursi bar. Berbekal GPS dari mobilku, ia bisa tau dimana villaku. Awalnya ia ingin langsung pulang setelah mengantarku, tapi namanya dia juga ada minum tentunya ia juga tidak kuat. Terlebih vila dan tempat menginap Erick itu cukup jauh. Selanjutnya aku gak mau nanya dimana dia tidur karena sepertinya aku tau jawabannya.

"Rick.. tapi jujur deh.. gue gak rese kan? Gak muntah sembarangan kan?" Kataku dengan ragu. Breakfast dari Erick cukup membuatku sadar sesadar sadarnya. Roti panggang coklat darinya langsung membangkitkan kesadaranku karna terlalu pahit. Ya. Erick sudah menggunakan toaster. Tetap saja gosong. Erick being Erick. 

Erick melihatku sekilas, menerka nerka. "Ngga sih lo ga muntah..." aku langsung membuang nafas lega. Gak malu maluin.

"...tapi lo ngajak ngobrol beberapa bule.. gajelas pula" Shit. Malu. Ini tujuan liburanku sudah sampai alam bawah sadarku ikut sadar.

"Pasti gue ngomong pakai bahasa asing juga yah? Lo pasti malu sih.." aku hanya bisa tertunduk lesu.

Erick hanya menatapku penuh senyum menggoda. Aku yang tergoda maksudku.

"Santai aja. Kemarin lo ditemanin Ewa. Dia yang nemenin lo kesana kemari godain bule" lanjut Erick.

EWA SIALAN! ENAK DIA JADIIN GUE BADUT KELILING!

Kami berdua hanya bisa saling terdiam. Ini pembicaraan terpanjangku dengan Erick selama lebih dari 4 tahun.. bahkan lebih.. aku sampai lupa kapan terakhir berbincang. Yang pasti setelah ini aku sangat ingin mandi. Erick tidak mandi namun diselimuti keringat memang terlihat seksi, tapi aku yang berantakan seperti ini mana seksinya!

"Erick nanti keluar lagi sebentar gak papa yah?" Tanyaku.

Erick menatapku bingung, "Aku mau mandi.. dan Erick tau sendiri kan kamar mandi villanya gimana?" Aku langsung menatap ke arah luar yang sudah ada bathup dan showernya. Dengan pemandangan dari meja makan yang bisa melihat bathup dan shower langsung, tentunya kebayangkan seberapa terbukanya villa ini?

Erick kembali tersenyum padaku. "Iya aku juga mau beli baju ganti dulu. Gaenak ini kaosnya sudah bau keringat" katanya. Aku hanya mengangguk.

Aku tiba - tiba sadar, sejak kapan aku menggunakan aku-kamu?  Lalu kenapa dia juga ikut aku kamu? INI OTAKKU KENAPA?

"Rick"

"Kenapa?"

"Kamu belum jawab pertanyaanku.." tanyaku ragu.

"Pertanyaan?"

"Iya. Yang tadi malam. Aku ingat." Lanjutku.. masih dengan ragu. Aku bahkan tidak berani menatap matanya.

Tidak ada sahutan dari arahnya. Aku pun memberanikan diri untuk menatapnya. Dan ternyata dia sedang menatapku. 

"Kalau gitu artinya kamu gak ingat semua. Karena aku udah jawab pertanyaannya.." 

aku merengut, aku yang lupa?

Aku merubah posisi kepalaku, mengikuti alur lengan yang sekarang menjadi bantal kepalaku. Dan wajahnya yang kudapatkan. Sedang menatapku dalam. Tersenyum. Aku pun ikut tersenyum. Andai ini bisa kurasakan sejak dulu..
"Rick, apa aku boleh tanya sesuatu?" Tanyaku. Yang entah mengapa mataku masih sangat betah dengan bola matanya yang tajam.
"Kenapa?"
"Dulu waktu SMP, ada seseorang cowo yang nembak aku via SMS. Anonim. Apa itu Kamu?"

To be Continued

HEALER Of The HeartWhere stories live. Discover now