BAB 3

41 8 5
                                    

"Shaa.... SHAENETTEEE....!!" teriak Zela kencang tidak sampai membuat orang-orang yang sedang terfokus pada objek yang sangat diminati siapa saja itu berpaling akan teriakan itu. Jelas dia hanya teriak tepat di kupingku.

Yaampun pegang banget ini kuping, batinku kesal.

Aku yang jelas kaget dari lamunanku mendelik tajam melihat nya "Apasih! Gausah teriak di kuping gue bisa kan?!" Balasku masih dengan menatap tajam kepadanya.

Dengan memutar bola mata malas, Zela menjawab "Elo si gue panggilin dari tadi ga nyaut. Loe liat tuh kedepan ada yang ngeliatin loe ampe nggak ngedip dari tadi" kata Zela sambil jari telunjuknya mangarah kedepan podium -kepalaku otomatis mengikuti arah yang ditunjuk Zela- dimana laki-laki dengan paras sudah tidak diragukan lagi ketampanannya, hidung mancung dengan rahang tegas serta bibir merah yang yang lebih tebal dibagian bawahnya itu menatap kearahnya dengan mata hitam kelamnya yang tajam.

Nakhla Air Radmilo Emery, hatiku menjerit sakit saat nama itu muncul di pikiran sepertinya hati dan pikiran ku tidak pernah selaras jika itu menyangkut tentang dirinya.

Dia menatap ku lekat dan dalam seakan jika dia mengedip sedikit saja maka aku akan hilang dari peredaran, aku tidak tahu mengapa dia menatapku seperti itu. Membuat aku yang ditatapnya terkejut tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Entah kenapa saat dia melihatku semua kejadian selama empat tahun yang sangat ingin aku lupakan itu muncul. Membuat hati yang belum sembuh benar harus bernanah lagi karena pemicu kerusakan hati itu datang kembali tanpa permisi.

Hingga membuatku yang tadi hanya menatapnya terkejut menjadi menatapnya dengan sorot sedih dan benci. Benci? entahlah akupun bingung kenapa aku memberikan tatapan itu kepadanya.

Memutus kontak pandangan ku dengannnya, karena mata yang sudah mulai terasa panas ini bisa kapan saja meluncurkan lahar beningnya. Dan membuatku terlihat lemah dimatanya. Dan aku tidak mau itu terjadi tidak didepan pandangan matanya setelah itu yang bisa kulakukan adalah pergi menjauh dari pesta yang terasa seperti neraka. Menulikan telinga akan panggilan Zela yang kalau tidak salah terdengar khawatir dan juga mengabaikan puluhan mata yang memandang bingung akan aksi ku ini.

Persetan dengan acara ini.

________________

Rooftop

Menjadi tempat yang sangat baik untuk meringankan setitik luka yang muncul karena kehadiran sang pemilik hati yang dengan tidak tahu dirinya malah melayukan hati yang baru saja mekar lalu diinjak hingga hanya menyisakan kepingannya saja. Aku menangis tersedu karena rasa sesak yang ditimbulkan sangat menyakitkan. Aku sudah pernah merasakan ini dulu dan rasanya masih sama-sama menyesakan saat itu aku bertekad akan menghapus semua rasa yang menimbulkan duka ini tidak bersisa.

Tapi lihatlah sekarang rasa yang kukira sudah mati ternyata masih ada tersimpan disudut istimewa yang jika pemiliknya datang dia akan keluar menunjukkan jati dirinya yang mendambakan akan sebuah penerimaan akan hati yang mencinta.

Murahan sekali memang hatinya.

Lalu apa yang harus kulakukan, menghindar? tentu tidak mungkin. Pura-pura tidak mengenal? sangat mustahil bisa kulakukan. Resign? Itu adalah pilihan yang sangat memiliki banyak kerugian dari pada keuntungan. Mungkin aku bisa terbebas darinya dan pulang ke Jakarta tapi apa yang akan kudapat nanti disana aku yang menjadi pengangguran dan sangat besar kemungkinan aku bertemu dengannnya lagi.

Kalian pasti belum tahu kalau orang tuaku dan orang tua nya itu bersahabat. Maka dari itu dulu aku sangat lengket sama Nakhla bahkan aku lebih senang bermain dengannya dari pada kaka perempuan ku, Allisya Jovanka Lesham namanya. Lambat laun timbul lah sebuah rasa tapi hanya diriku yang memiliki tidak dengan Nakhla.

"Akkhh... Kenapa nasib gue gini banget si" teriakan frustasi ku keluarkan masih dengan sesenggukan aku kembali teriak mengeluarkan semua rasa sesak di dada sambil mengumpati laki-laki yang menimbulkan kekacauan pada hatiku ini.

"Nakhla brengsek"

"Nakhla sialan"

"Cowo nggak punya hati loe Nakhla"

"Gue sumpahin loe bakal jadi bucin gue"

"Jatuh ke pesona gue baru tahu rasa loe Nakhla"

"Saat itu terjadi bakal gue mampus-mapusin loh, liat aja"

"Dasar ba... " Umpatan ku terpotong oleh sebuah suara -yang menyerukan namaku itu- yang membuat badan ku menegang kaku dengan muka yang sudah pucat pasi, itu suara yang sangat aku kenali yang mungkin lebih rada beda karena suara berat nya yang saat ini terdengar merdu ditelinga menurut ku berbeda dari empat tahun yang lalu, aishh apa yang kupikirkan sih.

Dan yang membuat badan ini makin tidak bisa digerakkan adalah saat kurasakan sebuah sentuhan lembut di pundak ku yang dilakukan oleh tangan besar yang jika kurasakan pasti sangat lentik dan sexy, aduh pikiran ku makin ngaco kan.

Suara itu memanggil namaku lagi sangat dekat bahkan menurutku seperti berbisik di telinga ku. Geli woy, batinku. "Shae?" Diri ini makin tidak bisa berkutik saat sang penghancur hati memanggil dengan nama yang hanya dia berikan untukku dulu.

"Kamu apa kabar, Shae? Kamu baik-baik saja kan? Kenapa kamu nggak pernah kasih kabar ke aku lagi? Kenapa kamu blokir nomorku?" Yang dengan tanpa dosanya dia menanyakan semua itu kepadanya.

Hell, sebenarnya apa yang ada dipikiran seorang Nakhla. Setelah penolakan yang begitu terasa menyakitkan bagi seorang Shaenette yang baru pertama kali jatuh cinta. Apa dia akan menjadi Shaenette yang manis yang selalu memberi tahu apapun yang dia lakukan kepada Nakhla, Shaenette yang manja, Shaenette yang tidak bisa jauh-jauh darinya, Shaenette yang sangat membutuhkan seorang Nakhla.

Tentu saja tidak bukan, Shaenette yang baru merasakan patah hati dan ditolak tentu merasa marah dan tidak terima. Lebih tepatnya kecewa karena hati sudah mencipta harap pada sang pemilik hati.

Saat aku belum membuka mulut untuk menjawab semua pertanyaan konyolnya dan berbalik untuk menghadap nya, karena aku tidak siap melihatnya. Takut hati ini kembali murahan saat melihat pemiliknya, dia kembali bertanya dengan nada keponya yang membuat ku ingin pingsan saja rasanya.

"Oh iya Shae, tadi siapa yang lagi kamu mampus-mampusin?"

Ya Tuhan, semoga dia tidak mendengar semua umpatan ku untuknya.

TBC.
Mohon vote dan komennya yaaa ;);)
Semoga suka yaaa.....

GRAVITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang