6. Kakak

30 12 3
                                    


.

.

.

Aku tak berhenti tertawa setelah berhasil mendapatkan handphone milik adikku, Anna. Seperti kejahilan kakak terhadap adiknya, aku mengotak-atik benda pribadi milik adik perempuanku ini.

Yang kulakukan tidak banyak, hanya mengecek galeri untuk melihat fotonya yang mungkin akan kuambil secara diam-diam. Tapi, kosong. Maksudku, tidak ada foto dirinya. Tidak heran sih karena setahuku Anna memang tidak suka berada di depan kamera. Mengingatkanku akan kejadian di saat ia menangis sejadi-jadinya hanya karena tidak ingin dipotret bersama anggota keliarga yang lain.

Adikku ini aneh, jika kalian ingin tahu.

Aku merasa benda ini mulai tidak berguna. Tujuanku adalah mengorek informasi tentang Anna melalui handphone-nya. Aku ingin mengetahui apa saja yang adikku lakukan sehingga cekikikan sendiri ketika duduk di atas kasur sambil menatap benda ini.

Aku membuka aplikasi Wattpad.

Aplikasi yang kurekomendasikan untuknya. Cerita-cerita yang ada di perpustakaan pribadinya tentang creepypasta dan cerita horror, sebagian komedi, dan terakhir fiksi remaja.

Aku malas untuk membaca satu per satu cerita itu. Jadi, aku memilih membuka draf Wattpad Anna, cerita yang ia publikasikan baru tiga, sedangkan drafnya mencapai lima belas (kalau saja aku tidak pusing, aku akan menghitungnya dengan benar).

Online Friends.

Karena penasaran dengan cerita itu, aku membukanya. Dan salah satu bagian cerita itu yang berjudul Kakak, membuat keningku berkerut. Apakah yang Anna maksud adalah aku?

6. Kakak

Gadis itu mengambil handphoneku diam-diam dari bawah bantal, membukanya sambil tertawa karena mengira misinya berhasil. Dia melakukan apa pun yang ia kehendaki, seakan benda itu adalah miliknya.

Aku mengintipnya dari daun pintu karena kami satu kamar. Dia membuka aplikasi Wattpad dan membaca ceritaku, dia masih tidak menyadari bahwa aku mengawasinya. Dia kakakku.

Dia mulai ketakutan, menengok ke arah pintu. Tapi sayang sekali, dia tidak menemukanku. Karena aku telah bersembunyi di bawah meja belajarnya setelah menyelinap. Dia menengok ke arah meja, dan masih tidak menemukan diriku.

Dia mulai frustrasi, mematikan handphoneku dan bersembunyi di balik selimut.

Oh, tidak! Bukankah aku juga bersembunyi di balik selimutnya sambil memegang pisau? Tapi aku lupa memperingatkannya. Sudahlah, ia hanya akan merasakan sakit sebelum benar-benar pergi ke tempat yang seharusnya.

-----

Mataku sedikit melebar, ini cerita horor? Kenapa ceritanya tidak semanis sampulnya? Aku seratus persen yakin kalau pembaca cerita ini akan kesal kemudian pergi.

"Kakak?" Tiba-tiba suara Anna terdengar, ia memiringkan kepalanya menatapku. "Apa yang kau lakukan dengan ponselku?"

"Ah, ini, aku hanya ingin meminjamnya sebentar." Aku menyerahkan benda itu kemudian berbaring di tempat tidur, Anna mendengus dan bergi dari kamar tidurku.

Sesaat setelah aku menutup mata, aku baru ingat ... aku kan anak tunggal di keluarga ini?

Ketagihan bikin cerita horror:v

Jadi isi cerita ini mewakili perasaan bersalahku kepada pembaca dan moodku yang sempet down karena kakakku yg super super pengen digorok😠 

Luv yu~

Online FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang