tepat saat rain mengatakan sederet kata yang sebenarnya tidak ingin ia lontarkan. dejun beranjak pergi meninggalkan gadis itu sendirian.
"bego! rain bego! ih!"
berulang kali rain memukul kepalanya pelan seolah menyadarkan bahwa gadis itu baru saja membuat kesalahan fatal.
hujan sepertinya tidak ada tanda-tanda ingin berhenti, membuat rain harus rela malamnya ia habiskan di depan supermarket yang mungkin sebentar lagi akan tutup.
gadis itu menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangan sembari matanya lurus menatap ke arah sandal jepit bermotif disney tsum-tsum yang tengah ia kenakan.
bicara perihal hujan dan kenangan buruknya, ingatan rain langsung kembali ke dua belas tahun silam.
dimana ketika langit memberi bumi sebuah berkah berupa air hujan, adalah fenomena yang paling gadis itu tunggu.
bayangan tentang dirinya yang bersenandung gembira dibawah guyuran air hujan menimbulkan sebuah senyum getir,
tapi sayangnya semua hal menyenangkan itu tidak berlangsung hingga dirinya beranjak dewasa. tepat ketika hujan mengguyurnya dengan ribuan berkah pada bentala,
di depan matanya, rain menyaksikan bagaimana kendaraan beroda dua itu tergelincir akibat jalan yang licin, diiringi bunyi klakson mobil yang memekakan telinga di belakangnya.
bukan perihal bagaimana rain ketakutan menyaksikan kecelakaan itu terjadi. tapi perihal siapa yang berada di atas kendaraan roda dua itu.
ayah dan kakaknya, seketika tewas setelah mobil yang melaju kencang di belakang sana menghantam keduanya yang belum sempat menyelamatkan diri akibat tertimpa motor.
dan hari itu juga, rain merasakan air hujan seakan berubah menjadi pecahan kaca yang menusuknya hingga berdarah.
ada rasa takut yang perlahan tumbuh ketika buliran air semesta itu menjatuhkan dirinya. ada sedih yang menusuk ketika embunnya menghasilkan dingin,
dan ada retakan hati yang hancur ketika gemuruhnya menggelegar di luar sana.
tiba-tiba sebuah tangan dingin menyentuh telapak tangannya yang setia menutup rapat kedua telinga. rain mendelik saat mengangkat wajahnya,
jantungnya yang hampir melompat karena rasa terkejut, malah disuguhi senyuman dejun di depannya.
seketika rain merasa organ pentingnya itu bisa saja mendadak tidak berfungsi saking hebohnya. "ngagetin tau?!"
"sorry, eh tapi lo nggak nunggu lama kan? gue abis ambil mobil soalnya." ujar dejun tanpa dikomando.
rain mengernyitkan dahinya heran, memang yang tengah menunggu cowok itu siapa? lagipula rain kan sedang menunggu hujan reda.
"ngapain lo ambil mobil? kan tadi udah pulang dengan selamat."
"ada yang ketinggalan."
"oh, yaudah sana pergi!"
dejun memberengut lucu, tapi jatuhnya malah membuat geli, rain sampai sekuat tenaga menahan tawanya untuk tidak merusak suasana.
"kok malah diusir sih?"
"brisik banget lo! katanya ada yang ketinggalan. ya dicari sana kok malah nangkring disini." sembur rain galak melebihi emak-emak.
"tapi udah ketemu."
rain berdecak sebal, merasa kesal dengan dejun yang diajak berbicara malah belibet bikin pusing, "apa sih yang ketinggalan?"
"pacar gue ketinggalan."
"lah, bukannya pacar lo udah pulang?" demi apapun rain merasa bingung dengan cowok satu ini. bukannya pacarnya —lucas udah balik daritadi, padahal kan mereka juga berpamitan.
sekarang giliran dejun yang dibuat mengernyit heran, detik berikutnya cowok itu malah tertawa renyah.
"ngaco! pacar yang mana coba? orang mbak pacarnya mas dejun lagi duduk ini di depan mata."
[] hai semua? long time no see!
maaf banget baru bisa up, huhu
jangan lupa voment ya <3
KAMU SEDANG MEMBACA
boys next door, xiaojun
Fanfic〴。 FT. XIAOJUN ❛ semesta tidak pernah salah dalam membuat keputusan, menuliskan nama dua orang asing untuk diikat selamanya﹗☽⁺ □ status : on going © cravitea, 2O19