stasiun misterius

5.6K 1K 189
                                    

'Tut.. tut... tut....'

Nada sambung telepon di genggaman Naya tidak kunjung berakhir. Nggak ada tanda-tanda panggilan ini akan terangkat juga dalam waktu dekat.

Ia membetulkan letak kaitan tas ransel besarnya.

"Ish. Padahal ada sinyal. Tapi kok ga diangkat, sih?"

Sekali lagi ia mencoba menghubungi nomor tersebut namun nihil.

Posisinya saat ini lagi ada di salah satu stasiun. Entah di mana. Kalo melihat dari arsitekturnya, ia yakin udah masuk daerah Jawa Tengah. Namun ia juga yakin kalo ini belum di Stasiun Solo.

"Ck. Aneh, deh. Masa pulsa gue abis?"

Naya menoleh ke kanan dan kiri.

Bisa dia lihat kerumunan penumpang yang kini turun dari gerbong kereta.

Maklum aja. Kereta yang mereka tumpangi lagi ada masalah mesin. Jadi mau gamau berhenti di stasiun terdekat. Mana di sini daritadi ga nemuin adanya petugas stasiun.

Karena ngerasa pengen pipis, Naya akhirnya menuju toilet di ujung bangunan. Melupakan niat awalnya buat menghubungi Renka karena gabisa akses internet buat ngecek maps di sini.

"Holy creep!"

Naya memekik saat tiba-tiba seekor tikus kecil berlari tepat di samping kakinya. Kayaknya berasal dari dalem toilet.

"Hmmm. Bau." gerutunya saat pertama kali memasuki toilet.

Ia semakin sangsi ini stasiun yang biasa dipakai berhenti kereta jarak jauh mengingat kebersihan yang kurang dijaga.

Membuka salah satu bilik, ia bersyukur bahwasanya masih ada air bersih dan kloset yang terbilang bersih meski bau.

Naya meletakkan ranselnya di tepian wastafel dan memutuskan untuk buang air.

2 menit kemudian ia keluar. Gakuat lama-lama di dalem bilik yang ternyata pengap. Ia bahkan ga sempet cuci tangan dan memilih pakai tisu basah sambil keluar toilet.

"Ayah!!" pekik Naya saat tiba-tiba bahunya ditepuk.

Naya menoleh dan mendapati sesosok lelaki di belakangnya.

"Kaget ya, Mbak? Maaf."

Naya meneguk ludah.

Pria di hadapannya terasa familiar namun juga asing. Dengan headband di kepala, ransel besar di punggung, juga penampilan seperti anak gunung, dia jadi yakin bahwa orang ini satu kereta sama dia.

Naya mencoba menetralkan detak jantung karena dikagetin tadi.

"Ada apa, Mas?"

"Punya senter, ga?"

Cewe ini melongok ke belakang bahu pria asing ini dan mendapati tulisan toilet laki-laki. Mungkin di sana lampunya mati.

"Lampunya mati?"

Cowo ini mengangguk.

"Sorry Mas, aku gaada senter. Tapi kalo flash hp ada."

Naya menyodorkan ponselnya.

Cowo ini tampak kebingungan pada awalnya. Masa iya mau ke kamar mandi bawa ponsel cewe asing? Aneh juga.

"Gausah deh, kalo gitu."

"Gapapa, Mas. Pake aja. Aku tau di dalem toiletnya pengap, gaada ventilasi. Gelap banget kalo gaada lampu."

Penjelasan Naya sedikit ambigu. Ngerti cowo di depannya cuma mengerutkan kening, Naya jadi gelagapan.

turanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang