anjana : kucing dan kopi hitam

3.2K 712 131
                                    

Gadis yang kini berpakaian layaknya wanita Jawa ini memutuskan untuk mengeksplor lebih jauh rumah megah yang menyita perhatiaannya. Selepas dari ruang yang digunakan menaruh sesajen, Cheline melangkahkan kaki memasuki ruang depan rumah. Sama seperti kamar besar yang ditempatinya tadi, di sini juga tidak begitu banyak cahaya matahari yang bisa masuk menerangi. Hanya dari beberapa sela ukiran di atas pintu utamalah sedikit cahaya bisa menerobos dan menerangi kursi jati dan beberapa alat musik keemasan di sudut ruang.

Gamelan.

Cheline tahu apa alat musik tersebut.

Lagi-lagi karena teringat dengan rumah mendiang neneknya.

Rasa penasarannya kembali merasa tergelitik.

Dengan lembut, jemari kecilnya menyentuh salah satu gamelan yang terdiri dari 6 bilahan logam.

"Ting.. ting.. ting..."

Secara tiba-tiba pundak Cheline ditepuk dari belakang membuatnya membalikkan badan cepat.

"Ngapain lo di sini?" cecar Cheline setelah mengetahui siapa pelakunya.

"Harusnya gue yang nanya gitu." jawab lelaki tinggi itu sekenanya.

Arjisa kini mengalihkan perhatianya dan mengikuti perlakuan Cheline sebelumnya. Yaitu memukul pelan alat musik dari logam di sampingnya.

"Udah ngerasa baikan?" tanya Arjisa yang kini mencoba membuat tautan mata dengan yang lebih tua.

Cheline hanya mengangguk dan bersedekap. Beralih berjalan menuju sisi lain ruangan.

Gadis ini ingat kemarin sempat duduk di salah satu kursi di sini. Dan dari pandangannya yang memburam seiring kesadarannya betul-betul habis, ia masih sempat melihat jajaran wayang kulit di tembok.

Merasa de javu, Cheline kembali melihat wayang itu secara langsung dengan pandangan yang lebih jelas sekarang. 2 buah wayang perwujudan laki-laki dan perempuan tertempel di tembok. Salah satu wayang tersebut tampak merupakan perwujudan raksasa atau sifat buruk manusia, jika ditafsirkan.

Cheline sedikit menggumam. Memfokuskan pandangannya pada kedua wayang tersebut.

"Kenapa Chel?"

Arjisa yang kini berdiri di samping kakak kelasnya pun ikut mengamati kedua wayang yang terlihat cukup menyeramkan karena berada di sisi gelap rumah.

"Lo tau wayang ini namanya apa?" tanya Cheline dengan suara rendah.

"Wayang kulit."

Refleks Cheline menampar lengan Arjisa main-main.

"Ih serius, Jisa."

Ditampar begitu Arjisa hanya tersenyum sampai kedua matanya tersembunyi. Nyatanya teman tersesatnya ini udah betul-betul baikan sekarang.

"Rahwana sama Sinta, bukan?"

Si gadis manis hanya mengangguk, lantas melanjutkan kembali pertanyaannya, "Tau kisahnya ngga?"

Ditanya begitu, Jisa menarik napas sejenak. Sedikit mengorek dari memorinya tentang siapa dan bagaimana kisah tokoh pewayangan Jawa.

"Kalo gue ga salah inget, dulu eyang gue pernah dongengin cerita beginian. Intinya si Rahwana ini raksasa jahat gitu yang nyulik Sinta karena dia suka sama Sinta."

"Terus?"

"Ya Sintanya dibawa gitu ke kerajaan Rahwana."

Cheline hanya manggut-manggut mendapati jawaban Arjisa yang kurang lebih sama dengan apa yang terbersit di pikirannya.

turanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang