CERITA KEENAM: CUCUKU YANG LAIN

180 16 0
                                    

Bersilaturahmi. Menurut kamus KBBI, memiliki arti mengikat tali persaudaraan. Dengan contoh, yaitu mengunjungi rumah saudara untuk saling menyapa, memberi kabar, makan-makan, dan banyak lagi caranya.

Hal itu adalah salah satu tradisi keluarga kami. Biasanya, hal itu dilakukan setidaknya dalam setahun ada sekali. Mau itu ke seluruh keluarga atau hanya sebagain keluarga.

Hari ini, di mana sekolah libur. Aku mendapatkan kabar bahwa anak ketiga dari kakak pertamaku yang bernama Regi akan datang berkunjung bersama dengan keluarganya. Regi memiliki dua anak perempuan bernama Meri dan Cika.

Sehingga, suasana sarapan berubah dikarenakan bertambahnya orang yang sarapan, tepatnya empat orang. Regi sebagai kepala keluarga, Salma sebagai ibu rumah tangga, serta Meri dan Cika anak mereka. Awalnya sepi, karena kami sedang makan. Namun, setelah makan barulah suasana menjadi ramai.

Perbincangan saling menanyakan kabar, apa saja yang sudah terjadi, dan banyak lagi perbincangan yang kami lakukan. Lalu, selesai berbincang-bincang, para orang dewasa melanjutkan perbincangan dan kami para anak kecil memisahkan diri untuk bermain bersama.

Meri, Cika, dan Rani bermain di kamar Rani. Sedangkan aku, main di kamar melanjutkan game tembak-tembak zombie yang sama seperti waktu itu dimainkan bersama Arkan. Selain karena masih terbawa ingin main game ini, aku sekaligus melatih skill menembak lagi. Karena mungkin sudah cukup lama tidak main itu, kemampuan menembakku sudah tidak bagus, jadinya aku sering diketawakan oleh Arkan.

Jadi, aku harus fokus untuk melatih kembali kemampuan tembakkanku. Aku berencana akan bermain game ini selama dua jam dan nanti dilanjutkan dengan game fantasy yang ingin aku tamatkan. Setidaknya, itulah yang harusnya terjadi. Namun, sedikit terganggu karena tiba-tiba ada satu sosok yang datang ke kamarku.

Dia adalah Meri, anak pertama dari pasangan Regi dan Salma. Dulu, aku pernah bertemu dengannya sewaktu kecil. Kami tidak terlalu dekat, namun sifatnya yang mudah berbaur membuat kami cukup akrab. Apalagi sifatnya yang tomboi, membuatnya tidak malu-malu untuk mengobrol berdua denganku yang merupakan laki-laki.

"Hallo, kakek," sapa Meri setelah aku membuka pintu.

"Yo."

"Boleh aku masuk?"

"Silahkan."

Gadis berumur empat belas tahun yang memiliki rambut hitam pendek dengan memakai kaos abu-abu gelap dan celana jeans biru gelap panjang ini pun memasuki kamarku. Lalu, aku pun kembali duduk di lantai untuk melanjutkan game dan Meri pun ikutan duduk di sebelahku.

"Kakek, sudah menamatkan game ini?" tanya Meri.

"Sudah," balasku masih fokus main. "Kamu main game ini?"

"Iya. Sudah menamatkan dua karakternya, di mode normal dan easy."

"Kamu suka main PS?"

"Sangat suka. Apalagi game petualangan."

"Aku baru tahu kamu suka main PS. Sudah berapa banyak yang kamu mainkan?"

"Hmm... kira-kira lebih dari sepuluh."

"Lumayan juga. Mau coba main berdua?"

"Oh, ayo!"

Aku pun memulai kembali permainan dan mengatur agar bisa dimainkan berdua. Dengan perasaan senang, aku pun memberikan stik kedua kepada Meri. Permainan pun berjalan dengan lancar.

"Kakek, biar aku yang lawan di depan. Kakek jaga bagian belakang!"

"Oke!"

Sesuai dengan arahannya, aku pun mengatasi zombie yang berada di belakang dan Meri yang di depan. Berkat taktik ini, kami bisa lebih fokus mengatasi musuh di depan mata tanpa perlu mengkhawatirkan ada serangan dari belakang.

AKU PUNYA CUCU WALAU BELUM MENIKAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang