Declimer: Dalam cerita ini virus corona tidak ada, jadi segala tempat seperti cafe, kantor, taman, dan sebagainya dibuka bebas tanpa protokol kesehatan.
Ini pagi kesekian Fano terbangun di ranjang empuk yang nyamannya tak terbantahkan. Pagi kesekian ketika ia membuka mata malah mendapati lelaki yang tak asing lagi tidur dalam dekapan. Ketenangan paginya terusik dering ponsel, tertera nama Faros di sana.
“Anjir, masih pagi udah kena teror dedemit aja.” Keluh Fano, namun segera ia angkat telefon yang masuk agar tidak mengganggu tidur sugar daddynya. Perlahan ia angkat lengan yang dijadikan om Yodha bantal dan menggantinya dengan bantal yang ia gunakan.
“Apa, Ros?”
“Pagi, sayangku. Apa kabar, Hun?” suara riang Faros lantang masuk ke gendang telinga Fano.
“Kurang pagi lu nelponnya.” ucap Fano sembari membuka tirai yang pemandangannya langsung ke kolam renang.
Kekeh riang dari seberang panggilan terdengar nyaring. “Bisa aja sih nyindirnya. Yaudah, besok aku telfon jam 5 pagi aja ya, cintaku.”
Fano hanya mendengus.
“Ih, ngobrol sama kamu bikin lupa waktu deh.”
“Ngaco lu. baru juga ngomong 3 menitan.”
Faros tertawa yang terdengar seram. “Ih, kamu mah ga asik diajak becanda, asiknya diajak serius, ya? Aw, mau dong dinikahin baby boy yang rawr kayak kamyyuuuuh..”
Fano merinding.
“Fano, kamu sayang gak sama aku?”
Lelaki yang sedang memakai bokser itu menghentikan pergerakannya. Ponsel yang sejak tadi ia apit antara telinga dan bahu kembali ia pegang. “Makin ngaco gue matiin nih.”
“Jangan matiin telfonnya dulu dong, ah.” rajuk Faros.
“Bukan, nyawa lu gue matiin!” Fano membereskan baju yang berserakan di lantai dan memasukkannya ke keranjang baju kotor.
“Jahatnya simpenan om-om yang satu ini.” Faros berdecak sebal. “Ih lagi-lagi aku ngalor-ngidul, kan. Aku tuh telfon kamu mau ngasih tau kalau kontrak kamu sama si om udah abis. Aku telfon si om semalem ga diangkat, kalian ngapain sih emangnya? Lagi ngewe, ya?"
Bagai tersambar petir di pagi yang cerah, Fano menghentikan langkahnya untuk bersiap mandi. Ia membuka pintu penghubung kamar dan balkon. Duduk di kursi kayu dengan bertelanjang dada.
"Maksudnya?”“Ngewe is olahraga ranjang yang keringetan enak, uhh~."
"Bukan yang itu, kampret. Kontrak apaan?'
"Deseu gimandos siiihh?? Perjanjian sugar daddy kalian udah abis bis bis biiis. Si daddy mbul mau perpanjang kontrak kamu, gak? Tanyain ke dia soalnya kemaren ada yang telfon mami, om baru ini kayaknya tertarik sama kamu deh, darling. Nanti kalau om mbul ga perpanjang, kita ketemu sama om seksi ini ya, baby? Kamu pasti suka, dia hot uh uh banget dech.”
Fano pening.
“Jangan lupa kasih tau om mbulnya, mami mau siap-siap kuliach dulu. Sayang banget kamu ga ngulang kelas, kita jadi ga ketemu deh.”
Tanpa banyak tanggapan, Fano langsung mematikan sambungan suara itu.
Matahari jam 7 yang tertutup awan membuat suasana pagi menjadi sedikit kelabu. Awan tebal berarak pelan. Suara orang-orang yang bekerja di rumah om Yodha mulai terdengar, kepala pelayan memerintah pegawainya untuk segera menyiapkan kopi untuknya dan teh untuk sang papa gula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Good Daddy | FaYok vers ✔
FanfictionYodha Prasetya, lelaki awal tiga puluh tahun yang kaya namun menolak menikah. Membutuhkan seseorang yang bisa ia manja dan menghangatkan ranjang. Namun, bagaimana jika akhirnya justru ia yang menghangatkan ranjang bagi bayi gula polos yang sebenarny...