Tiba saatnya Soora untuk pergi dari kediaman orangtuanya. Om nya sudah berada di ruang tamu. Menikmati secangkir kopi hitam pekat bersama sang ayah.
Ibunya tengah sibuk memasak sesuatu di dapur, untuk bekal Soora.
Ya, hitung - hitung sebagai ucapan selamat jalan.
Sementara tantenya, membantu dirinya membawa koper keluar kamar. Dengan hati - hati dan telaten, akhirnya Soora sampai di ruang tamu.
Tak lama, ibunya telah selesai memasak. Ia memberikan bekal itu kepada Soora. Soora menerimanya dengan senyum kecilnya.
"Baiklah, aku akan membawa koper Soora ke bagasi"
Soora berharap, ayahnya lah yang mengucapkan kalimat itu. Namun nyatanya, kalimat itu keluar dari bibir om nya.
Soora tak tahu bagaimana ekspresi ayahnya dan ibunya saat ini.
Apakah mereka sedih? Atau mereka senang? Soora ingin sekali mengetahuinya.
"Kau jaga diri baik - baik. Jangan merepotkan orang lain" Ucap ibunya. Soora mengangguk paham. Lalu ia merasakan seseorang menepuk pundaknya.
Bukan itu bukan tangan ibunya. Tentu Soora bisa membedakan mana tangan ibunya mana yang bukan. Tangan itu memiliki telapak tangan lebih besar.
Pasti, itu tangan ayahnya. Ya, hanya sebatas itu saja Soora sudah merasa sangat senang.
"Ayo Soora kita ke mobil" Suara lembut tantenya menyapa gendang telinganya.
Tantenya membantu ia berjalan sampai ke depan pintu mobil.
Lalu beliau membuka pintu mobil tersebut, dan menuntun Soora duduk di dalamnya.
Setelah beliau merasa Soora sudah nyaman, beliau meninggalkannya.
Entah apa yang dibicarakan kedua orangtuanya bersama dengan om dan tante nya. Ia tak terlalu bisa mendengarnya.
Sekitar 5 menit kemudian, suara pintu dibuka pun terdengar. Om dan tantenya masuk ke dalam mobil.
Lalu om nya mulai menyalakan mesin dan pergi menjauhi kediaman Soora.
Tak ada tangisan, tak ada pelukan, pun tak ada ciuman penuh kasih sayang dari orangtuanya.
Seolah memang dia pantas untuk dibuang.
Soora menghela nafas, bersedih pun sudah tidak ada gunanya.
Yang terpenting adalah ia harus bisa menghapus semua jejak masa lalunya.
• FLASHBACK OFF •
Dan kenyataan kembali menyeret Lee Soora ke masa sekarang. Ingatan kecil tentang masa lalunya membuat sisi rapuhnya keluar.
Walau terlihat tidak peduli, bersikap acuh tak acuh, dan terlihat baik baik saja tapi sebenarnya ia juga hancur. Ia hanya tak ingin menunjukkannya.
Ia tak ingin dikasihani oleh orang lain.
Soora menghisap rokoknya kuat - kuat lalu menghembuskan asapnya sembarangan.
Tiba - tiba air matanya menetes.
Ia butuh seseorang untuk dijadikan tempat bersandar. Ia butuh seseorang untuk mendengar semua keluh kesahnya selama ini.
Memang ia memiliki Song Hyeri. Tapi ia tak bisa menceritakan semuanya. Bukan karena Soora tak percaya, ia hanya masih tak sanggup.
Soora masih tak sanggup untuk menceritakan bagaimana kedua orangtuanya seolah membuangnya.
Ia masih tak sanggup menceritakan bahwa ia kehilangan temannya karena perbuatan bodohnya selama di sekolah menengah pertama.
**
Pagi ini seperti biasa, Lee Soora berjalan menuju ke sekolahnya.
Udara pagi yang sedikit dingin membuat ia harus memakai hoodie ke sekolah.
Tinggal beberapa langkah lagi ia telah sampai di gerbang. Ia menghafal jalanan dengan cara menghitung langkahnya. Dan tak ada gangguan dari Jeon Jungkook.
Atau mungkin belum?
Soora terus berjalan menuju kelasnya. Dan ia telah sampai di kelasnya dengan aman dan selamat.
Tidak seperti beberapa hari lalu saat ia hampir terjungkal di tangga.
Tanpa disadari Soora, Jungkook sedari tadi memperhatikannya.
Sebenarnya Jungkook sudah bertingkah seperti cacing kepanasan pagi ini.
Kenapa? Tentu saja ia tak tahan ingin berbicara dengan Soora. Tapi Jungkook masih bingung.
Harus bicara apa dia?
Bagaimana kalau Soora merasa tak nyaman? Bagaimana kalau Soora marah?
Terlalu banyak pertanyaan di kepalanya. Dan hasilnya, ia hanya menatap Soora dengan sendu. Ia masih ragu untuk mengajaknya bicara.
"Hei ketua kelas, mukamu kusut sekali" Ucapan itu datang dari teman sebangku Jungkook, Kim Namjoon.
Kim Namjoon adalah saingan Jungkook dibidang akademis. Mereka berdua sama - sama memiliki kapasitas otak diluar rata - rata.
Tak mendapat jawaban dari Jungkook, Namjoon mengikuti arah pandang teman sebangkunya itu. Lalu Namjoon terkekeh pelan.
"Dia memang sekokoh tembok Cina ya?" Tanya Namjoon entah pada siapa. "Menurutmu apa yang harus kulakukan?" Ucap Jungkook kembali bertanya.
"Entahlah Jeon. Pengalaman pribadiku soal asmara pun sama buruknya denganmu" Ucap Namjoon dengan nada sendu yang sama seperti Jungkook.
Oke, Jungkook rasa meminta saran pada pria bermarga Kim itu tak ada gunanya.
Ia memutuskan untuk membaca - baca buku saja saat ini.
.
.Waktu istirahat pun tiba. Jungkook sudah tak tahan lagi, ia menghampiri meja Soora.
Gadis itu tengah duduk sembari menikmati roti isi bersama sahabatnya Hyeri.
Menyadari kehadiran Jungkook, Hyeri sedikit bangkit dari duduknya. Memberi akses bagi Jungkook untuk duduk disamping Soora.
Tentu saja Hyeri tahu kejadian yang menimpa Soora dan Jungkook beberapa waktu lalu.
Hyeri memutuskan menarik salah satu kursi dan duduk di sisi lain dari Soora.
Jadi sekarang posisi Soora berada di tengah. Hyeri mengangguk pada Jungkook, memberi kode kepada pria itu untuk berbicara.
"Ehm, Lee Soora" Ucap Jungkook dengan suara serak.
Astaga, pita suaranya seolah tercekik. Dan lidahnya bagai kelu. Entah perasaan apa itu.
"Kali ini apalagi Jeon?" Suara tajam Soora bagaikan pisau yang menghujam Jungkook. Jungkook jadi sedikit kikuk.
Ia menatap Hyeri meminta pertolongan.
Hyeri memutar bola matanya. "Soora, kau sedang pms ya? Kau seperti singa" Ucap Hyeri dengan nada bercanda. Jungkook justru semakin berdebar - debar.
Soora menghela nafas. "Sebenarnya kau ada perlu apalagi Jeon? Kau tak perlu minta maaf. Dan jangan mengganggu ku" Ucapnya setelah itu ia berdiri.
Berjalan menjauhi mejanya. Jungkook masih terdiam tak sanggup berkata - kata. Sementara Hyeri sudah menyusul sahabatnya itu.
Jungkook mengusap wajahnya. Bagaimana sih cara meluluhkan hati es gadis itu?
-
Adegan flashback nya udahan nih. Sekarang udah kembali dengan perjuangan Jungkook mengikis tembok cina wkwk.
Sorry ya kalau makin gajelas dan makin pendek huhu :(
Enjoy the story guys
KAMU SEDANG MEMBACA
AEOLIAN
Fanfiction"Entahlah, perasaan apa ini. Tiap berada didekatnya hatiku selalu berdersir. Untuk pertama kali nya aku merasa ada hal yang benar benar kuinginkan. Apakah aku jatuh cinta?" -Jeon Jungkook "Dia itu licik dan bermuka dua. Berlagak sok baik, padahal se...