Chapter VIII

5 0 0
                                    

"Soora! Hei!" Teriak Hyeri sembari mempercepat langkah agar sejajar dengan Soora.

Hyeri sempat mengira Soora ini semacam memiliki kekuatan super.

Ia berjalan cepat sekali, tanpa menabrak ataupun tersesat.

"Kalau kau mengejarku hanya untuk urusan pria sialan itu, lebih baik kau kembali saja ke kelas" Ucap Soora saat ia merasa Hyeri disampingnya.

Tidak, tentu ia tidak memiliki kekuatan super.

Ia hanya hafal aroma parfume yang dipakai Hyeri. Itulah mengapa ia bisa mengenalinya.

"Tentu saja tidak. Aku tidak akan memaksa. Karena memaksa pun tak ada gunanya" Ucap Hyeri dengan nada kesal. Sementara Soora terkekeh pelan.

"Kau tahu memaksaku tak ada gunanya, kenapa masih terus kau lakukan?" Tanya Soora santai.

"Yah, terkadang aku kasihan melihat si Jeon bodoh itu terus mengejarmu. Padahal sudah jelas - jelas kau menolaknya" Jawab Hyeri.

"Dia memang bodoh"

**

"Soora, would you be my girlfriend?"

Oke, tindakan Jungkook yang satu ini benar - benar cukup nekat.

Ia sengaja datang ke rumah Soora sembari membawa satu buket besar bunga mawar.

Jungkook menatap Soora, berusaha menebak ekspresi gadis itu. Tapi Soora sama sekali tidak mengeluarkan ekspresi.

Dan hal itu membuat Jungkook gelisah.

Jungkook tahu, tindakannya ini sudah pasti akan mendapat penolakan dari Soora.

Tapi ia tak ingin terus - terusan memendamnya. Ia tak mau nantinya ia akan menyesal.

"Apa yang membuatmu begitu menyukaiku Jungkook?" Tanya Soora lalu menghela nafasnya pelan.

"Sebenarnya ada banyak alasan. Tapi satu alasan yang membuatku begitu tertarik padamu adalah, saat orang lain menatapku sebagai emas yang berkilau kau justru menatapku sebagai sampah"

"Mungkin kau akan menganggap bahwa aku aneh. Tapi aku suka bagaimana kau memandangku dengan cara yang berbeda"

Soora mengerutkan keningnya mendengar jawaban Jungkook.

Kenapa seseorang lebih suka dipandang sebagai sampah dari pada emas?

"Dan aku kagum padamu Soora. Kau selalu tampak kuat. Kau tidak pernah terlihat lemah. Disaat orang lain merasa tidak percaya diri dengan diri mereka, kau sebaliknya. Kau tak pernah merasa bahwa kekurangan bisa menghambat hidupmu"

"Mengapa seseorang yang begitu sempurna sepertimu harus bersama denganku? Jungkook, kau tak seharusnya begini kau tahu?" Ucap Soora, tapi kali ini ekspresi kaku nya telah berubah.

Sekilas Jungkook melihat ekspresi sedih dari wajah Soora.

Tapi sedetik kemudian Soora kembali ke ekspresi datarnya.

"Karena berkat dirimu aku jadi tahu apa yang kusuka selain basket. Aku mengerti bagaimana melakukan sesuatu atas keinganku sendiri, bukan atas tuntutan"

Mendengar jawaban Jungkook, Soora terdiam.

Tuntutan? Apakah selama ini ia terpaksa melakukan semuanya?

"Aku tahu, kau pasti menolakku. Tapi setidaknya terimalah bunga ini. Dan aku akan segera pergi dari sini" Lanjut Jungkook.

Ia meraih tangan Soora dan memberikan buket bunga itu padanya.

Soora hanya menuruti apa yang Jungkook lakukan tanpa menolaknya.

"Maaf menganggumu malam - malam begini. Selamat malam Lee Soora" Ucap Jungkook, lalu Soora mendengar suara langkah kakinya menjauh.

Soora pun segera masuk kedalam rumahnya, lalu ia mengunci pintu.

Ia berjalan ke arah kamarnya lalu meletakkan buket bunga dari Jungkook di nakas yang berada tepat disebelah ranjangnya.

Setelah itu, Soora merebahkan dirinya di ranjang. Pikirannya kini menerawang pada sosok Jeon Jungkook.

Apakah selama ini Jungkook menjalani hidupnya dengan penuh tuntutan dari keluarganya?

Soora menggelengkan kepalanya keras - keras.

Apa pentingnya sih memikirkan Jeon Jungkook? Buang - buang waktu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AEOLIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang