Mataku fokus tertuju pada awan putih yang bertebaran tidak beraturan, bahkan bentuknya pun tidak ada yang sama.
Sudah berapa lama aku tidak menaki pesawat, aku tidak berani menghitungnya. Menghitungnya hanya akan membuatku mengingat apa yang tidak ingin aku ingat.
Aku mengalihkan pandanganku pada perempuan yang sedang duduk disampingku, tangannya begitu lincah menari diatas laptopnya.
Ku perhatikan wajahnya yang sudah tidak lagi terlihat muda, tapi masih terlihat cantik dimataku. Tetapi perempuan itu tidak pernah peduli dengan apa yang kurasakan selama ini. Bukan, bukan hanya perempuan itu, tapi seluruh keluargaku tidak ada yang peduli padaku.
Ini adalah salah satu alasan mengapa aku mencari sekolah yang berada jauh dari keluargaku. Aku benci merasakan kesepian ketika banyak orang yang masih bisa kulihat. Namun, kecelakan kemaren mebuatku mau tidak mau harus kembali kerumah bersama ibuku.
~~
Ini adalah hari pertamaku sebagai Mahasiswa pindahan. Pagi ku berjalan sepi, seperti biasa mamah dan papah pergi terlebih dahulu ke kantor dan pulang ketika aku sudah tertidur. Setelah semua perlengkapan siap, aku pergi bersama supir yang sudah mamah pekerjakan, karena kecelakaan kemaren aku tidak diperbolehkan untuk menyetir mobil lagi.
"Ayo pak kita jalan."
Aku memberikan perintah pada lelaki yang sedang meminum segelas kopi di teras.
Selama perjalanan aku hanya diam, aku berharap aku bisa tertidur dan melawati momen yang sepi ini. Aku merasakan seseorang sedang melihatku, ku melirik kearah depan lebih tepatnya ke spion mobil depan. Benar saja firasatku, lelaki itu sedang mengintip ku melalu spion depan.
"Saya nyalain ya den radionya?" ucap lelaki itu yang masih salah tingkah.
"boleh pak," ucap ku menahan ketawa melihat tingkahnya.
Lelaki itu langsung menyalakan radio.
'Remember love you, I love you
'Sarangi jul mideossgo
"lagu ini?" irama jantungku mempercepat.
Ingatan ku langsung menjalar pada masa itu, dimana ada seorang gadis yang tak pernah lelah menyanyikan lagu ketika aku merasakan kesedihan dan ini adalah salah satu lagu yang ia nyanyikan setelah aku menyatakan apa yang ku rasakan padanya.
Ku masih mengingat dengan jelas wajah bahagianya ketika ku menyatakan apa yang ku rasakan padanya dan aku juga masih bisa merasakan halus tangannya yang membelai rambutku saat menyanyikan lagu ini.
Ku mencoba menyadarkan diri ku dari ingatan itu. Ku menegakan badan ku dan kubuka kaca mobil, berharap udara pagi bisa membuat kenangan itu pergi menjauh.
Tetapi, aku tau kenangan itu sudah tertempel oleh lem yang kuat di ingatan ku sehinga sulit bagiku untuk menghapus ingatan itu.
"udah nyampe den," ucap lelaki itu yang mengagetkan ku.
"ketahuan ngelamun ya pak," ucap ku cengengesan.
"gak apa-apa den selagi masih dimobil, kalau di tengah jalan jangan, nanti ditabrak lagi den, " ucap lelaki itu tertawa.
"jayus banget nih orang," aku pun berusaha untuk tertawa.
"yaudah pak saya turun ya."
Aku langsung turun dari mobil dan merenggangkan badan-badan ku.
~~
"Bisa gila gua nyari ruang admin doang," aku mengacak-acak rambutku secara brutal frustasi setelah sejam mencari ruangan admin untuk memberikan segudang surat.
Diriku melangkah mundur dan tanpa sengaja menabrak seseorang dibelakang ku.
"kalau jalan hati-hati dong!" teriak perempuan itu memegang kepalanya.
Aku hanya diam tanpa berkata dan membantu perempuan itu berdiri.
"Tau ruang admin gak?" ku memberanikan diri untuk bertanya pada perempuan itu.
"lu lurus aja sampe lu liat kantin, terus belok kiri," tunjuk perempuan itu.
"lah, deket dong," pikirku sambil mengacak-acak rambut ku dan pergi meninggalkan perempuan itu.
"lu gak mau minta maaf apa sama gua?" Teriak perempuan dengan keras yang tidak ku tanggapi.
Aku langsung berjalan meninggalkan perempuan itu, samar-samar aku masih bisa mendengar teriakan omelan dari perempuan itu.
~~
"Saya Carel Faresta," ucapku dengan singkat.
Semua perempuan dikelas melihatku dengan antusias, tapi padanganan ku hanya tertuju pada satu lelaki yang berada dipojokan, wajahnya sangat familiar bagiku.
lelaki itu tiba-tiba tersenyum dan mengangkat tangannya.
"Pak, Carel boleh duduk disamping saya?" Tanya lelaki yang berwajah familiar.
Sebagian dari perempuan yang berada dikelas langsung menatap lelaki itu tajam.
"Carel, kamu boleh duduk disana," Ucap dosen itu padaku.
Sebagian perempuan langsung berdercak kesal mendengarnya.
Aku berjalan menuju kursi pojok paling belakang.
Ketika aku berjalan, banyak perempuan yang melihatku dari atas hingga bahwa yang membuatku sangat tidak nyaman.
Bahkan ada yang sampai bergumam kagum melihat ku.
Aku duduk dan membereskan tas ku, aku tidak berani menyapa lelaki yang berada disampingku ini.
Tiba-tiba lelaki itu mencoba untuk membuka obrolan dengan ku.
"baru pindah langsung terkenal," ucap lelaki itu tetawa kecil.
Semakin lama aku memandanginya, semakin aku merasa bahwa aku mengenali lelaki yang duduk disampingku saat ini.
Otak ku masih berputar sangat keras hanya untuk mengingat apakah aku pernah bertemu dengannya atau aku belum pernah bertemu dengannya.
"udah selesai mandangin nya?" kata lelaki itu sambil tersenyum.
"sorry, gua udah tunangan," lelaki itu menunjukan jari manisnya yang sudah dilingkari oleh cincin kecil putih.
aku tersenyum kecil mendengar perkataanya, aku hanya merasa dia terlalu percaya diri.
"sorry juga gua gak tertarik sama lu," aku mengalihkan pandangan ku darinya.
"kenal juga gak," aku masih mengomel dengan suara kecil.
"lu gak kenal gua?" lelaki itu menarik baju ku dan membuat ku memandangi wajahnya yang sedang tersenyum lebar.
Aku langsung melepaskan tangannya dari bajuku dengan keras dan mengangguk.
"lu beneran lupa ya sama gua" senyum lelaki itu langsung menghilang setelah aku mengangguk pertanyaannya.
"Gua Nathan yang nabrak lu di LA," Nathan menghela nafas.
YOU ARE READING
once in a lifetimeonce
Fanfiction"Kenapa sangat sulit bagiku untu melupakan nya?" "Harus kah aku jatuh cinta lagi?" "kenapa dari miliyaran manusia, aku yang harus merasakan sakit yang tidak bisa terlupakan?" "aku tetap menjaga hati ini meskipun mustahil bagi ku untuk membuat mu kem...