Begin 4

3 2 0
                                    


Gua membuka mata dan menyadari gua sedang berbaring di sofa ruang tamu. Kepala gua masih pusing efek dari kelakuan gua semalam.

"udah siang," gua melirik jam.

"udah bangun?" Tanya sosok perempuan dengan membawa nampan berisi makanan.

Gua tidak menjawab pertanyaannya. Tetapi, gua tidak berhenti memandanginya, ada perasaan aneh dalam pikiran gua, seakan gua mengenali siapa perempuan ini.

Perempuan itu tidak sama sekali bergerak dari tempat ia berdiri, seakan menunggu gua menjawab pertanyaanya.

"kalo mata gua udah kebuka, tandanya?" gua menaikan satu alis.

"sorry kalo udah ganggu lu," ia melangkah pergi.

"aneh, gua kok kayak kenal, tapi gua gak kenal," pikir gua melihat perempuan itu melangkah menuju dapur.

Tiba-tiba pitu base terbuka dan muncul lah Jey yang terlihat repot dengan tumpukan kertas yang ia bawa.

Gua langsung menghampirinya dan membantunya. Namun, tangan gua di tepis oleh Jey, seakan Jey tidak butuh bantuan dari gua.

"Anjay mau gua bantuin juga," gua mengomel dan pergi meninggalkan Jey dengan setumpuk kertasnya menuju sofa.

Tak ada jawaban dari Jey, gua melirik wajah Jey yang terlihat tidak senang.

Gua ingin bertanya apa yang terjadi pada wajahnya itu, mengapa ia tidak terlihat senang.

Ketika gua hendak bertanya, Jey langsung menatap gua tajam. Pikiran gua bertanya-tanya, apa yang terjadi.

"udah makan belum?" Jey memegang perutnya.

"Gua kira lu kenapa," gua menghela nafas.

"makan diluar yuk Rel," ucap Jey menepuk pundak gua dan melangkah keluar.

"Bang Jey!" perempuan tadi berteriak dan langsung memeluk Jey.

"anjir kaget gua," gua memegang dada dan melihat Jey yang sedang mematung.

Perempuan itu menoleh gua.

"Sorry," perempuan itu tertawa kecil.

Gua menoleh Jey dan memasang wajah seakan bertanya siapa perempuan ini.

"oh, kenalin ini adeknya Nathan," Jey menarik tangan gua dan tangan perempuan itu.

"Ayo kalian kenalan," ucap Jey sambil tersenyum.

"gak usah pake salaman segala," gua menarik tangan dengan kasar.

Gua yakin peremuan itu kaget melihat tingkah gua. Tapi gua gak suka kalo tangan gua dipegang selain Naura dan mamah.

"sorry," ucapnya lagi.

"udah berapa kali gua denger kata maaf keluar dari mulut ni anak," gua menarik nafas panjang dan bangkit dari sofa.

"Ayo Jey katanya mau makan di luar," gua menatap Jey.

"Ayo," Jey langsung bangkit dari tempat duduknya dan melingkarkan tangannya di bahu gua.

"Gua keluar dulu ya Key, nyari makanan," ucap Jey pada perempuan itu.

"Gua Carel," gua membalikan badan gua dan mengangkat tangan.

Gua melangkah keluar tanpa menunggu ucapan siapa namanya, nanti juga gua bakal melupakan namanya.

Masa lalu membuat gua tidak memiliki ketertarikan dengan perempuan. Tapi, bukan berarti gua penyuka sesama jenis. Gua hanya perlu berkenalan dengan satu perempuan saja dan gua sudah melakukannya dulu dengan Naura.

once in a lifetimeonceWhere stories live. Discover now