Suatu hari Nathan mengajak gua ke tempat dimana dia dan teman-temannya sering berkumpul, gua sudah menolak ajakan Nathan, namun Nathan masih memaksa gua dan menarik tangan gua untuk pergi bersamanya.
Setelah cukup lama berlari bersama Nathan, gua berhenti di rumah yang sangat besar dan mewah, gua melihat rumah itu dari atas hingga bawah, rumah itu berwarna hijau, design dari rumah itu menarik di mata gua.
"ini base kita," Ucap Nathan tersenyum lebar dan membuka pintu.
"Tunggu, emang gua boleh masuk?" gua berdiri ditempat, gua sangat merasa tidak percaya diri saat ini.
Nathan langsung menarik tangan gua lagi untuk masuk bersamanya.
Ketika kaki gua masuk kedalam rumah itu, suasana yang awalnya ramai mendadak menjadi sepi.
Semua mata tertuju pada satu orang yaitu gua.
Gua langsung menarik tangan gua yang masih dipegang Nathan dan berlari keluar dari rumah tersebut, namun Nathan langsung menarik kerah baju belakang gua dan menyeret gua untuk duduk bersama yang lain.
Gua akhirnya duduk dengan perasan yang tidak nyaman, bagaimana mau nyaman, semua mata sedang melihat gua saat ini.
"kenalin guys, dia anak baru di kelas gua namanya Carel," Nathan memberi kode agar gua mengenalkan diri.
"ah...lagi-lagi perkenalan diri," Pikir gua.
"Gua Carel Faresta," ucap gua singkat seperti biasa.
Tiba-tiba seseorang memeluk gua hingga tubuh gua terjatuh di sofa.
"Gua Varo," yang masih memeluk gua.
"Gua Jey yang paling tua disini," ucap jey membantugua melepaskan Varo yang masih lengket dibadangua.
"Gua, Gua," seseorang mengacungkan tangannya dari kejauhan dan berlari mendekat.
"Gua Andra, yang paling keren dan paling cakep," lelaki itu langsung mendapat pukulan bantal dari Nathan.
"Gua eshan, E-S-H-A-N bukan ehsan, panggil gua Han okay," teriak seseorang dari meja makan.
"Satu lagi namanya Yovan, dia lagi ngebucin," ucap Nathan.
"Suasana disini benar-benar hangat, aku berfikir mereka tidak akan menerima gua," pikir gua.
"Besok-besok abis kelas main aja kesini," Jey memberi segelas air.
"Eh Yovan lagi gebucin kan ya?" teriak Eshan dari belakang.
"Gua mau nitip makanan nih ke Yovan, ada yang mau nitip?" Eshan berjalan mendekat.
"Lu mau nitip gak?" Eshan menyenggol lengan gua.
"gak, makasih," gua menampilkan senyuman lebar padanya.
"gak usah malu, Yovan anaknya royal kok. Apalagi, kalo udah ngebucin. " Eshan kembali menyenggol lengan gua, namun gua tidak membalas pernyataannya tadi, sehingga Eshan terdiam.
Terjadilah keheningan diantara kita berdua, pikiran gua sudah berubah menjadi negative,
"dia bakal benci gua nih,"
"aduh bakal ngejauh nih,"
"gua nitip makanan sama kayak lu deh," gua berusaha untuk berbicara daripada gua mati oleh pikiran gua yang terlalu negative ini.
Eshan langsung memukul lengan gua dan tertawa terbahak-bahak, pukulannya lumayan sakit untuk kali ini, tapi ini sangat aneh karena gua ikut tertawa melihatnya tertawa.
YOU ARE READING
once in a lifetimeonce
Fanfiction"Kenapa sangat sulit bagiku untu melupakan nya?" "Harus kah aku jatuh cinta lagi?" "kenapa dari miliyaran manusia, aku yang harus merasakan sakit yang tidak bisa terlupakan?" "aku tetap menjaga hati ini meskipun mustahil bagi ku untuk membuat mu kem...