Bukan Kisah Perselingkuhan

36 4 0
                                    

Kamu memasuki sebuah ruangan yang sangat besar, dimana sebuah pertunjukan yang dibagian awal kisah memiliki peringatan bahwa ini bukanlah kisah perselingkuhan. Kamu membaca dan memahami peraturan yang di sediakan sebelum masuk ruangan tersebut.

Tirai merah jambu bergerak perlahan, menunjukkan latar tempat yang begitu indah. Surga kecil dunia yang di huni seorang Peri Cantik yang tengah duduk seorang diri. Ia nampak begitu murung, kesepian, dan butuh kasih sayang.

Seiring berjalannya pertunjukan, kisah itu membawamu melayang dengan kisah awal yang sedih, kamu turut merasakan kesedihan yang dirasakan Peri Cantik itu. Kamu tak sampai hati melihat Peri itu bersedih. Kamu dibuai oleh dialog manis, mimik cantik, sandiwara kebahagiaan, dan jaminan terbawa suasana akhir yang bahagia.

Peri Mungil itu memiliki sayap merah jambu yang dapat mendekapmu penuh, ia memiliki tutur yang dapat mendamaikan hatimu, kasihnya yang terasa begitu hangat, hati yang menghidupkan hari-harimu, serta tatapan yang menerangi jalan hidupmu.

Tokoh utama dalam pertunjukan ini adalah seorang Peri Mungil yang sangat Cantik. Sayangnya, Peri Cantik bersayap merah jambu itu kehilangan senyumnya. Ia belum pernah sama sekali menunjukkan senyumnya yang tulus selama pertunjukan.

Kamu, satu-satunya orang yang duduk di bangku penonton, menyaksikan pertunjukan yang dilakonkan oleh Peri itu.

Tetiba, Peri itu menghampirimu, mengulurkan tangannya ke arahmu, dan kemudian menarik tanganmu untuk naik ke atas panggung. Ditawarkannya kamu untuk bermain dalam sandiwara ini bersamanya. Kamu menerima uluran tangannya dan ikut bersanding sebagai lawan mainnya.

Kamu mencoba mengikuti sandiwara yang ia ciptakan sebaik mungkin dan semampumu.

Kamu akui, Peri tersebut begitu pandai bersandiwara. Ia begitu pandai membuatmu merasa diinginkan, dibutuhkan, dicintai, dan disayangi. Ia begitu pandai bersandiwara seakan ia tak bisa hidup tanpamu. Kamu tahu ini merupakan sandiwara, ia menciptakan sebuah cerita manis dan kamu benar-benar larut dalam sandiwaranya. Kamu terbuai oleh semua gimik yang ia buat. Hingga tak sadar, kamu menggunakan hati sebagai skenario utamanya.

Sandiwara yang kamu ketahui berjudul "Bukan Kisah Perselingkuhan" ini membawamu ke dalam sebuah dunia penuh cinta dan kasih sayang. Sandiwara ini menceritakan kisah seseorang yang dijadikan pengisi hidup seakan kekasih oleh seorang Peri yang memiliki kekasih.

Bukan Kisah Perselingkuhan, katanya. Lalu bagaimana dengan semua dialog dan sandiwara yang ia ciptakan? Siapapun yang nantinya menyaksikan sandiwara ini pun jelas sadar bahwa apa yang Peri dan kamu lakukan merupakan kisah sebuah perselingkuhan.

Bagaimana rasanya bersandiwara bersama seseorang tanpa reaksi yang memuaskan? Kamu atau Sang Peri yang tidak pandai bersandiwara?

Kamu berperan sebagai seorang Pejuang, yang kamu perjuangkan adalah hati Si Peri. Coba tanyakan kesanmu selama pertunjukan. Bagaimana rasanya berjuang sendiri? Bagaimana rasanya memperjuangkan seseorang yang ingin di perjuangkan namun tak memperlihatkan perjuangannya pula?

Darah, nanah,keringat, dan air mata bertebaran dimana-mana. Mereka menari bebas, keluar dari tubuhmu. Kamu telah berjuang sekuat pikiran, tenaga, dan hatimu.

Dalam sebuah pertunjukan, selalu ada bagian puncaknya. Kamu tiba di bagian itu. Bagian dimana kamu merasa lelah dan begitu sakit karena harus berjuang seorang diri.

Peri Mungil yang Cantik itu berada jauh di seberang lautan yang begitu luas. Ia seorang diri di sebuah pulau. Ia di tawan Raksasa yang menginginkannya dan menahannya begitu lama. Kamu hanya ingin menyelamatkannya dari Raksasa yang menyeramkan itu. Kamu merasa lebih bisa melindungi dan membahagiakannya daripada Raksasa itu.

Kamu mendayung sampan kecil tanpa fasilitas memadai di atas pasir. Hanya itu yang kamu punya. Tidak seperti Raksasa yang kau benci itu. Ia memiliki segalanya yang ia tawarkan agar Peri itu tetap tinggal disana. Kamu terkena angin yang menggerogoti tubuhmu. Pasir yang tertiup angin pun merusak perahu dan tubuhmu. Kamu mulai sadar, usahamu untuk menyelamatkannya takkan berhasil dengan cara ini.

Kamu memilih untuk menyeberangi laut tersebut. Berenang untuk menyelamatkan dan membawa Peri itu pulang. Namun hal yang membuat langkahmu berhenti adalah ketika kamu sadar bahwa Peri itu tak sudi menatap ataupun menengok ke arahmu yang sedang berjuang mati-matian untuknya. Apa masih harus kau perjuangkan?

Kamu menyudahi perjuangmu, kamu benar-benar merasa lelah dengan kisah dan sandiwara ini. Peri memintamu bertahan, memintamu untuk tetap di perjuangkan. Kamu mencoba untuk memahami dan menuruti permintaan Sang Peri.

Setelah berjalan adegan per-adegan, kamu semakin sadar bahwa sampai kapanpun memang takkan ada perubahan. Kamu masih berjuang seorang diri. Sang Peri belum juga menunjukkan perjuangannya.

"Aku belum bisa memilih, aku sayang kamu juga dia. Kalian sama-sama ada dihatiku. Aku belum bisa meninggalkan dia, namun aku pun tak ingin kamu tinggalkan. Bertahanlah, ku mohon" dialog itu membuatmu sangat amat marah. Emosi dalam sandiwara ini berubah. Kamu benci sandiwara ini. Kamu terlanjur memakai hati dan sulit untuk menyudahi sandiwara yang kau bayangkan akan berakhir begitu manis.

Dalam sebuah sandiwara manapun, selalu ada bagian dimana semua itu harus berakhir dengan akhir sedih ataupun bahagia. Dan kini, kalian tiba dalam bagian itu. Bagian yang dari awal kamu memutuskan untuk mendampinginya dalam sandiwara ini kau takutkan. Sangat kamu takutkan. Bagian ini yang selalu membuatmu merasa tak ingin menyaksikan, menikmati, bahkan turut berpartisipasi dalam pertunjukan ini.

Karena kamu tahu sejak awal, yang akan kau temukan adalah akhir kisah yang sedih dan menyakitkan. Sebab kamu sudah tahu jalan ceritanya dari awal. Dan kamu jelas tahu akhir kisah yang akan kau dapatkan.

Namun mengapa kamu masih mau dan tetap mengarungi kisah sedih dan menyakitkan itu? Karena kamu memang tulus memerankan peranmu, mendampingi Peri Mungil bersayap Merah Jambu itu di pertunjukan ini. Bahkan jika ini memanglah bukan sebuah sandiwara.

Kini kamu tahu, penghargaan terbesar dalam sandiwara yang Peri itu lakonkan adalah rasa sakitmu. Ia tidak akan pernah memilih antara raksasa dan kamu yang berjuang mati-matian untuknya. Pilihannya memang hanya jatuh pada Raksasa itu. Raksasa yang Peri itu cintai, yang telah mengenalnya begitu lama, yang telah mengetahui Peri itu luar dalam, bahkan pernah ada dimasa-masa terpuruk Peri itu. Sedangkan kamu? Seseorang yang hanya menjadi pelampiasan dan pelipur lara disaat ia tengah jenuh dengan raksasa tersebut. Sakit? Bukankah sudah sadar sejak awal?

Kepuasaan yang didapatkan oleh Peri Mungil Cantik bersayap Merah Jambu itu karena ia merasa di perjuangkan. Kamu hanya sebuah hiburan selama bersama Raksasa yang ia cintai dengan berbagai alasan lebih daripada kamu.

Dan yang dapat kau lakukan adalah berucap kalimat terakhir sebagai akhir kisah yang mau tidak mau kamu terima. Kamu hanya dapat berterima kasih untuk suka dan duka yang Peri itu hadiahkan sebagai bayaranmu yang bersedia mendampinginya dalam pertunjukan besarnya...

Sandiwaraberakhir...       

Bukan Kisah Perselingkuhan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang