Mungkin sudah banyak yang me-repost kisah ini. Tetapi kalimat ini, mengajarkan kita pentingnya mengenal Adab dalam pergaulan. Susah memang, karena terkadang keadaan berputar, hati yang terbolak balik. Menjadi bagian yang perlu mawas diri. Jangan sampai ilmu yang sudah kita dapat, yang sudah kita peroleh dengan susah payah dengan keringat yang mahal. Menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.
*HATI-HATI HILANG KEBERKAHAN ILMU KARENA ETIKA WALI MURID*
Dari: Bu Nyai Ida Lirboyo
Sebuah Kisah Inspiratif di zaman Syekh Abdul Qadir Al-Jailani....
Ada seorang yang busuk hatinya ingin memfitnah Syekh Abdul Qadir..
lalu ia berupaya mencari jalan untuk memfitnahnya..
Maka ia membuat lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qadir dan mengintipnya..
Kebetulan ketika ia mengintip Syekh Abdul Qadir..
ia melihat Syekh Abdul Qadir sedang makan dengan muridnya..
Syekh Abdul Qadir suka makan ayam..
dan setiap kali ia makan ayam dan makanan yang lain.. ia akan makan separuh saja
lebihan makanan tersebut akan diberi kepada muridnya.
Maka orang tadi pergi kepada bapak dari murid Syekh Abdul Qadir tadi.
Bpk punya anak yg namanya ini?
Jawab si bapak: ya ada..
Apakah benar anak bpk belajar dengan Syekh Abdul Qadir?
Jawab si bapak: ya.
Bpk tahu, anak Bpk diperlakukan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani seperti seorang hamba sahaya dan kucing saja..
Syekh Abdul Qadir beri lebihan sisa makanan pada anak Bpk...
Maka si bapak tidak puas hati lalu ke rumah Syekh Abdul Qadir..
*Wahai tuan syekh, saya menghantar anak saya kepada tuan syekh bukan untuk jadi pembantu atau dilakukan seperti kucing*...
*Saya hantar kepada tuan syekh, supaya anak saya jadi alim ulama'*...
Syekh Abdul Qadir hanya jawab ringkas saja..
*Kalau begitu ambillah anakmu*...
Maka si bapak tadi mengambil anaknya untuk pulang..
Ketika keluar dari rumah syekh menuju jalan pulang..
bapak tadi bertanya pada anaknya beberapa hal mengenai ilmu hukum syariat ... ternyata kesemua soalannya dijawab dengan betul..Maka bapak tadi berubah fikiran untuk kembalikan anaknya kepada tuan Syekh Abdul Qadir..
*Wahai tuan syekh terimalah anak saya untuk belajar dengan tuan kembali*...
Tuan didiklah anak saya.. ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan juga diperlakukan seperti kucing...
Sy melihat ilmu anak sy sangat luar biasa bila bersamamu..
Maka jawab tuan Syekh Abdul Qadir..
*Bukan aku tidak mau menerimanya kembali*.. *tapi ALLAH sudah menutup pintu hatinya untuk menerima ILMU*..
*ALLAH sudah menutup futuhnya untuk mendapat ilmu*... *disebabkan seorang AYAH yang tidak beradab kepada GURU*... *maka anak yang menjadi korban*...
*Begitulah ADAB dalam menuntut ilmu*...
*Anak, Ibu, ayah dan siapa pun perlu menjaga adab kepada guru*...
*Betapa pentingnya adab dalam kehidupan seharian kita*...
Kisah di atas menceritakan seorang ayah yang tiada adab pada guru..
*Bagaimana kalau diri sendiri yang tiada adab, memaki dan mengaibkan gurunya*...
Kata ulama: *Satu perasangka buruk saja kepada gurumu*... *Maka Allah haramkan seluruh KEBERKAHAN* *yang ada pada gurumu kepadamu*.
Semoga Allah jadikan kita orang yang beradab kepada makhluknya terlebih lagi kepada guru yang mengajarkan ilmu kepada kita dan atau anak kita... Aamiin..🤲🤲
KAMU SEDANG MEMBACA
FILOSOFI HIDUP🌟
RandomHidup selalu memiliki sebuah makna, terkadang apa yang ada disekitar kita akan selalu menjadi bagian penting dari setiap pelajaran dalam hidup kita.