Maret 2014
"Halo. Saya Peter," ucap seorang bocah laki-laki berusia sekita dua belas tahun itu didepan anak-anak seumurannya.
"Ayo semuanya bilang, Halo Peter," seru seorang kakak yang memimpin didepan.
"HALO PETER!," teriak anak-anak ditempat itu secara bersamaan.
"Karena Peter baru bergabung bersama kita hari ini, kakak ingin satu orang anak maju kedepan dan memimpin sebuah lagu bersama Peter." Kakak itu berseru kembali. Tiba-tiba semuanya tidak bersuara bahkan ada yang menunduk seolah takut disuruh memimpin didepan.
"Saya kak!." Seorang gadis kecil berteriak dari tempat duduknya sambil mengancungkan tangan. Dan ya, itu aku. Juni kecil berusia dua belas tahun.
"Ayo Juni maju kedepan. Bantu peter memimpin lagu." Dan nama kakak ini adalah kak Sia. Kakak pembimbing di Gerejaku.
Aku ingat sekali betapa kebingungannya ekspresi Peter saat aku menjulurkan tanganku untuk berkenalan. Aku rasa dia pemalu. Atau mungkin sebaliknya.
"Aku Juni." Aku tersenyum lebar. Sangat lebar. Bahkan aku rasa seekor tikus bisa masuk kedalam mulutku.
Dia membalas juluran tanganku dan kemudian tersenyum sedikit malu-malu."Teman-teman, Aku dan Peter akan menyanyikan lagu 'Happy Ya Ya'. Ayo kita bernyanyi sama-sama," ajak aku kecil. Semuanya ikut bernyanyi dan bertepuk tangan tak terkecuali Peterku.
***
"Peter!," aku berteriak membuat anak yang aku teriaki itu berbalik dan tersenyum. Sangat manis.
"Rumah kamu dimana?,"tanyaku
"Dibukit dekat dermaga." Peterku menjawab. Sampai sekarang aku tidak tahu sejak kapan aku berani menambah akhirnya -ku pada namanya.
"Wah. Rumahku didepan dermaga. Ayo kita pulang bersama saja," ajakku. Rumahku memang terletak didepan dermaga, tapi bukan berarti jarak rumahku dan dermaga sangat dekat. Karena untuk menuju pintu depan dermaga saja membutuhkan waktu 5 menit berlari.
Dan jarak rumahku dan bukit sekitar 8 menit berlari. Begitu caraku mengukurnya saat itu."Ayo." Peterku tersenyum lagi. Senyumnya sangat hangat.