Teror

125 7 0
                                    

Beberapa hari kemudian

Talia sedang sibuk membuat sketsa pakaian model terbaru. Tiba-tiba ada yg mengetuk pintu ruangan kantornya.

Tok Tok Tok

" Masuk" Jawab Talia

Pintunya terbuka, seorang lelaki terlihat marah menatapnya.

" Riko.. " Talia kaget melihat kehadiran Riko tiba-tiba.

" Kemana aja sih? akhir-akhir ini menghindariku?" Tanya Riko dengan marah.

" Aku sibuk, lihatlah.. Aku sedang menyiapkan beberapa desigh baju terbaru" Talia menunjukkan pekerjaannya.

" Aku kangen kamu, Sayang" Riko memeluknya dan berusaha mencium bibirnya.

" RIKO, CUKUP.. HENTIKAN!" Bentak Talia, berusaha melepaskan pelukan Riko.

" Kenapa? Kamu kok jual mahal sih, Tal?" Riko menatapnya marah
Talia ketakutan

" Kenapa? Udah ada yg muasin kamu selain aku? HA?" Bentak Riko.

" Diam kamu! Kamu sudah punya Sinta, Ko" Jawab Talia, matanya mulai panas.

" Bukannya sejak dulu kamu tau aku punya Sinta, tapi kamu masih mau kan? KENAPA SEKARANG BARU MEMPERMASALAHKAN! HA.. JAWAB!" Bentak Riko makin keras.
Riko kembali menghampiri Talia, ia berusaha memeluk Talia. Diciuminya wajah Talia.

" Kenapa kamu menangis?" Riko melihat Talia yg sudah mengeluarkan air matanya.

" Riko jangan, Riko... " Talia berusaha melepas pelukan Riko.

PLAK

Tamparan keras mendarat di pipi mulus Talia." Sekali lagi kamu menolak, aku tak segan menyakitimu"
Riko mencekik leher Talia.

" Ri.. Ko.. Le.. Pass.. " Kata Talia sudah terbata bata.

BRUK..
Riko mendorong tubuh Talia ke meja, sampai Talia tersungkur. Pinggir bibirnya berdarah.

" Hahahaha..kamu jangan main main sama aku, Talia" Riko mendekati Talia memegang dagunya lalu mencium sekilas bibirnya. Talia menunduk dengan derai air mata.

" Sekali lagi kamu berani menolakku, aku tidak segan menyakitimu!"
Bentak Riko, lalu pergi.

Talia kian terisak, dia takut dengan kenekatan Riko. Memang sejak nyaman dengan Zein, Talia berusaha menjauhi Riko. Bukan apa-apa, karena Talia ingin mulai meninggalkan semua kebiasaan buruknya. Ia tertatih berjalan menuju sofa, badannya sakit semua.

***

Riko tampak frustasi, ia menyesal telah menyakiti Talia.

" ARGHHH.." Teriaknya dengan mengacak rambutnya di dalam mobil. Lebih baik dia kehilangan kekasihnya, Sinta, daripada harus kehilangan Talia. Jujur dia juga sangat mencintai Talia. Apapun akan dia berikan asal Talia bahagia.

Akhir-akhir ini memang Riko merasa Talia menjauhinya " Pasti ada lelaki lain.. Aku harus menyelidikinya" Riko mengemudikan mobilnya dengan kencang.

****

" Gila, si Riko.. Sampai kayak gini bibirmu" Hana mengompres pelan bibir Talia yg berdarah. Pulang dari Butik pulul 7 malam, Talia memang sengaja mampir ke kontrakan Hana.

" Aku harus gimana, Han?" Tampak wajah gelisah Talia.

" Kamu jauhi Riko!!"

Talia tak bergeming, jujur dia takut Riko marah kalau mengabaikannya lagi." Kalau Riko nekat?" Tanya Talia

" Kita terpaksa lapor polisi, Tal, ini sudah kriminal" Jawab Hana.

" Kamu nggak usah khawatir"
Kata Hana lagi menenangkan Talia.

*******

Sudah 3 hari Talia tidak ke Butik, dia takut teror dari Riko.

Tok Tok Tok
Pintu kamarnya diketuk seseorang.

" Tal.. " Ternyata Bundanya. Talia bergegas membuka pintu.

" Kamu kenapa? Sakit?" Tanya Bundanya, lalu memperhatikan pinggir bibir putrinya seperti terluka.

" Ini kenapa, Nak?"

" Nggak apa-apa Bun, bekas sariawan"
Jawab Talia bohong.

" Kamu sakit?"

" Kurang enak badan aja, Bun"

" Ya sudah, kamu istirahat.. Bunda perhatikan kok nggak pernah ke Butik"

Talia mengangguk, Bundanya kembali ke bawah, Talia menutup pintu kamarnya dan kembali menikmati Film di Laptopnya.

*******

Sudah seminggu Talia tidak keluar rumah, beberapa hari ini juga Riko selalu menghubunginya lewat ponsel.

( Talia, ayo dong ketemu, aku rindu!!)
( Aku jemput ya?)

Semua pesan Riko tidak dibacanya sama sekali.

( Mbak, ada pesanan banyak sekali ini, sementara stok kain sangat menipis)
Pesan dari Rina, Karyawan Butiknya.

( Iya sebentar lagi aku kesana)
Belas Talia. Dengan terpaksa akhirnya Talia ke Butik. Dia memakai T-shirt biru dengan bawahan celana kain skinny warna krem.

Dia lajukan mobilnya pelan menuju Butik. Jalanan cukup sepi, karena belum jam istirahat. Sesampainya di Butik, Talia memarkirkan mobilnya dan segera masuk ke dalam.

" Rin, gimana?" Talia langsung menyapa karyawannya.

" Sudah sembuh, Mbak?"

" Sudah, Rin.."

Rina memberikan catatan pesanan pada Talia. Talia mengamatinya satu per satu.

" Apa ada yg mencariku selama aku tidak ada?" Tanya Talia

" Iya Mbak, Mas Riko hampir tiap hari kesini" Jawab Rina

Deg. Jantung Talia berdetak keras, rasa ketakutannya membebaninya lagi.

" Aku ke atas dulu" Pamit Talia.

Di ruangannya, ia duduk di kursi kerjanya. Pikirannya buruk hari ini.
Bagaimana jika Riko hari ini datang lagi?

' Apa yg harus aku lakukan? ' Batin Talia resah. Ia membuka ponselnya, memang banyak pesan dan telepon dari Riko yg diabaikannya. Hatinya tiba-tiba menciut, ketakutan menghampirinya. Ia kembali fokus dengan beberapa pesanan yg diterima.

Tiba-tiba
KREK... Suara pintu terbuka.

" Talia, akhirnya kita bertemu" Riko tersenyum menyerigai di depannya.

" Riko, mau apa lagi kamu! Tidak puaskah kamu menyakitiku?" Kata Talia berusaha menghindari Riko yg kian melangkah ke depan seperti mau menerkamnya.

" Aku kangen sama kamu!" Riko menubrukkan tubuh Talia ke dinding, dikuncinya gerakan Talia dengan dua tangannya.

" Riko, kamu mau apa?" Air mata Talia sudah mengalir.

" Kok kamu nangis sih, Tal? nggak suka? Apa udah ada yg muasin kamu selain aku?" Riko semakin memajukan wajahnya, ia mulai menyiumi wajah Talia.

" Brengsek kau Riko! Lepaskan!" Talia menendang-nendang kaki Riko.

" Jangan berontak Sayang menambah nafsuku jadi menggebu!" Riko terus menggerayangi tubuh Talia

" Kamu memang seksi, Talia" Ucap Riko lagi penuh nafsu.

" TOLONG... TOLONG" Teriak Talia

" Percuma kamu minta tolong, semua karyawanmu sibuk jadi tidak dengar!"

KRAK

Riko merobek kaos Talia, menampakkan bra warna birunya.

" Bajingan kau!" Talia pasrah ketika Riko sudah menciumi dadanya. Air matanya kian membanjir, tubuhnya lemas kalah dengan tubuh kekar Riko.

" Biasanya kamu mendesah, kenapa jadi menangis sih?" Riko terus menikmati dada Talia.

" Riko, Tolong...hentikan...hikss..hikss" Ucap Talia lirih disela isak tangisnya.

Cinta TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang