Sebuah Kejujuran

163 7 0
                                    

Dua minggu kemudian

Mobil hitam keluaran terbaru dengan cat yg masih mengkilat berhenti di sebuah butik baju pengantin. Keluarlah sepasang kekasih yg membuat semua orang iri, bagaimana tidak yg perempuan cantik yg lelaki gagah dan tampan.

Mereka memasuki butik itu.
" Ada yg bisa dibantu, Mbak?" Sapa pelayan toko

" Saya ingin bertemu Mbak Nila, pemilik Butik ini" kata si perempuan

" Oh silakan duduk, saya panggilkan!"
Pelayan itu berjalan ke dalam, tidak lama datanglah seorang perempuan berusia sekitar 35 tahun.

" Taliaa" Sapa Pemilik Butik pada Talia, mereka berpelukan

" Bagaimana, mau model apa?" Tanya Nila, pemilik Butik.

" Yuk!!" Nila mengajak Talia dan Zein untuk melihat koleksi gaun pengantin.

" Aku pengen model gamis aja, Mbak" Kata Talia.

" Oh oke.. Ini.. Kamu tinggal pilih warna apa?" Nila menunjukkan berbagai macam model gamis pengantin dengan bermacam-macam warna.

" Zein.. Kamu pilihkan?" Talia menatap Zein yg tampak kebingungan.

" Semua bagus, Tal" Zein melihat semua gaun pengantin bagus-bagus dan pasti semua cocok di tubuh calon istrinya.

" Aku mau warna ini, gimana?"
Talia memilih gaun pengantin gamis brokat warna mint. Zein hanya mengangguk.

" Ini sangat cocok buatmu, Tal. " Kata Nila.

" Kalau Mas Zein mau yg model bagaimana bajunya?" Tanya Nila

" Saya mau yg elegan saja Mbak, jas hitam celana hitam " jawab Zein.

" Oke"

Setelah selesai memilih gaun pengantin mereka langsung bergegas pulang. Di dalam mobil Talia tampak gelisah, ada sesuatu yg harus ia utarakan pada calon suaminya.

" Tal.. Mau makan apa?" Tanya Zein mengagetkan lamunan Talia.

" Ah, terserah kamu saja Zein" Jawab Talia terbata

" Kamu kenapa? Mikirin apa?" Zein menyadari kalau calon istrinya sejak tadi terlihat murung.

" Zein.. " Panggil Talia seraya menatap Zein

" Iya Sayang" Jawab Zein tersenyum

" Ada.. Sesuatu yg ingin aku bicarakan sama kamu" Kata Talia gugup

" Ada apa Tal, jangan buat penasaran, katakan saja!"

" Kamu berhentikan mobilnya dulu!"
Perintah Talia, dia takut Zein akan gagal fokus mengemudi setelah mendengar pengakuannya. Zein menepikan mobilnya tepat di bawah pohon pinggir jalan depan lapangan, lalu lalang terlihat sepi.

" Katakan, Tal!" Zein menatap Talia
Talia tampak gelisah, ia menundukkan pandangannya.

" Kenapa? Kamu ragu dengan pernikahan kita?" Tanya Zein khawatir, Talia menggeleng

" Kamu berubah pikiran?" Tanya Zein lagi, Talia menggeleng.

" Katakan, Tal" Zein menatap manik mata indah gadisnya.

" Kamu janji dulu tidak akan meninggalkanku apapun yg terjadi?"

" Iya, aku berjanji" Jawab Zein, Talia semakin terlihat gelisah.

" Zein.. Kamu taukan kehidupan sebelum mengenalmu begitu liar.. Aku.. Aku.. Hiks.. " Tangis Talia akhirnya pecah.

" Jangan menangis.." Hanya itu yg bisa dikatakan Zein, ingin sekali memeluk Talia, tapi apa boleh buat mereka belum muhkrim, dia takut khilaf. Apalagi cuma berduaan begini. Ia terlihat sangat khawatir.

" Katakan pelan-pelan, Tal" Ucap Zein lagi, Talia menyeka air matanya, ia hembuskan nafas berat.

" Aku.. Aku.. sudah.. tidak perawan"
Talia langsung menunduk.

" Siapa bilang?" Tiba-tiba kata itu yg keluar dari mulutnya tanpa dia sadari, ekspresi Zein pura-pura tidak percaya, sebenarnya ia tau tentang hal ini. Kehidupan liar Talia pasti suka mengarah ke seks bebas, dari awal ia jatuh cinta pada Talia, niatnya membuat Talia menjadi lebih baik.

" Aku sering melakukan dengan pria-pria itu Zein.. Kalau seandainya kamu membatalkan pernikahan kita aku.. Ikh...las..."

Hening.

Zein tidak bergeming. Dia hanya menatap lurus dengan pandangan kosong.

" Zein.. Jangan diam saja.. Beri aku jawaban!" Kata Talia dengan isak tangisnya.

" Tal.. Cukup jangan menangis!!" Ucap Zein tegas.

" Dari awal aku sudah tau seperti apa kehidupanmu, bahkan Riko.. Mungkin sudah sering tidur denganmu.. Aku tau itu!" Zein menunduk. Talia kian terisak.

" Tapi namanya cinta ini datangnya dari Allah, otomatis segala keburukan dimasa lalumu aku tak peduli, Talia.. Yg kuinginkan hanya ke depan bersamaku kamu menjadi jauh lebih baik!" Zein menatap Talia dengan senyum

Talia terperanjat kaget, tidak menyangka ketulusan seorang Zein begitu besar buatnya. " Kamu tetap mau menerimaku?" Tanya Talia

" Memang kamu masih suka berhubungan dengan laki-laki lain setelah sama aku?" Zein menyelidik

" Tidak pernah, justru mengenalmu membuatku meninggalkan semuanya, dan tentunya aku Sehat-sehat aja, jangan khawatir aku terkena penyakit.." Jawab Talia jujur.

" Berarti tidak ada masalah kan? Entah apapun masa lalumu dulu itu bukan urusanku, Tal.. Aku tidak peduli, semua orang punya kesalahan termasuk aku" Zein manatap Talia serius.

Talia langsung berbinar mendengar jawaban Zein " Terimakasih Zein... "
CUP..
Talia mencium bibir Zein sekilas. Zein menatapnya benggong.

" Zein.. Maaff" Kata Talia cengegesan.

Zein meneguk salivanya. Dia saja menahan mati-matian agar tidak menyentuh Talia, malah Talia menciumnya. Ia menghela nafas pelan dan mengemudikan mobilnya lagi. Jantungnya sangat berdebar, ini baru pertama kali buatnya.

" Zein.. Maaf" Talia merajuk. Zein tetap diam tak menjawab, ia fokus dengan kemudinya.

" ZEIN.. " Panggil Talia lagi. Zein tak bergeming dan tetap dengan pandangan lurus.

" Sekali lagi kamu tetap diam, aku cium kamu lagi, ZEIN....!!" Bentak Talia

" Iya.. Iya denger kok!" Jawab Zein disambut gelak tawa Talia.

Cinta TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang