2 : Summer in Hereva

217 69 156
                                    

Bayangan Jim tepat berada di bawah tubuhnya. Sekarang pria itu menjalankan tugasnya sebagai penjaga pantai. Jadi ia duduk di atas bangku kayu kecil setinggi 2 meter lengkap dengan payungnya, mengawasi para pengunjung pantai. Sesekali lirikan matanya tertuju kepada beberapa wanita-baik turis, peselancar, bahkan pedagang-yang menarik perhatiannya.

Joe bilang ia harus menjenguk neneknya di rumah sakit, dan sejauh ini hanya Jim satu-satunya penjaga pantai yang bersedia diminta berganti berjaga secara cuma-cuma. Terutama di pertengahan musim panas seperti sekarang, ada banyak bikini cerah yang cukup memadati pantai. Keuntungan plus menjadi penjaga pantai, kalau kata Jim.

Selang 10 menit Jim berjaga, sekelompok wanita terlihat mendatangi bangku tempatnya mengawas. Beberapa memegang sebuah papan selancar, dapat dipastikan mereka adalah para peserta turnamen. Jim yang menyadari dirinya didatangi, lantas menegakkan punggungnya dan menyisir rambutnya ke belakang. Menatap para penggemarnya ramah ... dan menggoda.

"Halo kalian, bagaimana ombaknya tadi?"

"Hai Taylor. Tadi cukup menyenangkan. Kupikir si kepala merah yang berjaga?" Salah satu di antara peselancar itu menjawab dengan aksen yang cukup sombong. Rambut hitam panjangnya semakin mendukung gaya bicaranya. Di kelompok orang-orang pantai, Jim lebih suka dipanggil dengan nama belakangnya ketimbang nama depannya.

"Oh, Lorraine. Joe bilang dia harus menjenguk seseorang," si penjaga pantai menepuk pundak wanita itu, "kau berbicara seperti tidak suka kehadiranku." Raut anak anjing muncul di wajahnya. Jika Daniel melihat ini, pasti ia akan jengah setengah mati.

"Tentu saja tidak! Kami senang kau di sini. Ngomong-ngomong, nanti malam ada pesta pantai kecil-kecilan, hanya orang-orang spesial dan para peserta turnamen yang kami undang. Kau sebaiknya datang." Kali ini yang berbicara adalah Pamela. Tangan lentiknya memutar-mutar ujung rambut cokelat pendeknya. Peselancar yang lain mengangguk dan terkikik malu.

"Baiklah para gadis, si kepala merah sudah kembali untuk berjaga. Silakan fokus pada latihannya." Dari kejauhan, seorang pria bersurai merah datang. Di tangannya terdapat dua botol minuman berenergi.

"Oke, cantik. Akan kuusahakan untuk pesta nanti." Jim melakukan kiss bye dan para penggemarnya semakin bersemu merah. Akhirnya sekelompok peselancar itu membubarkan diri setelah diinterupsi sekali lagi oleh Joe.

...

Daniel baru saja sampai di apartemen. Masih sore sebenarnya, tapi ia sudah ingin mengendapkan dirinya di kasur kesayangan. Kejadian tadi siang masih terngiang-ngiang. Bukan masalah tabrakannya, tapi saat ia tak sengaja menyindir kekurangan gadis itu. Kekurangan fisik masih menjadi hal yang dianggap aib oleh orang-orang, termasuk Daniel sendiri.

Langkah kakinya baru saja hendak berbelok ke arah lorong di saat matanya menangkap tampilan seorang wanita. Mungkin lebih tua, dilihat dari beberapa helai uban di rambut hitamnya. Segera Daniel menghampiri wanita itu, menepuk pelan pundaknya. Akhirnya dapat diketahui bahwa ia adalah salah seorang tetangga Daniel.

"Nyonya Amber?"

Tak kunjung mendapat respon, Daniel pun menyejajarkan wajahnya dengan wajah wanita tua itu. Yang dipanggilnya Nyonya Amber tampak kurang sehat, kerutan di sekitar keningnya semakin terbentuk jelas, matanya memejam kuat-kuat. Tangan kanannya memegang dinding di sampingnya, berusaha mempertahankan keseimbangan.

Daniel kembali mencoba mendapatkan respon. Tangannya mengelus-elus punggung wanita itu sembari memanggil namanya. Masih tidak ada balasan. Kini ia hendak mengelus pelipis wanita itu, tapi tiba-tiba saja Nyonya Amber mendapatkan kesadarannya. Kelopak matanya membuka cepat.

"Anda baik-baik saja?" Daniel bernapas lega. Dua tahun tinggal bersebelahan, ia tidak pernah melihat tetangganya sesakit ini. Kendati wanita 40 tahun itu salah satu karyawan perkantoran di distrik utama, tapi disiplin hidup sehatnya lebih bagus dari Daniel sendiri.

"Ah, Daniel. Maaf sudah membuatmu khawatir. Aku baru saja akan menjemput Charles tapi tiba-tiba saja merasa sangat pusing dan mual." Nyonya Amber memijat pelan pelipisnya, menenangkan urat-uratnya yang tegang.

"Charles tidak libur sekolah?" Seingat Daniel, seharusnya murid-murid sekolah dasar sudah mulai libur musim panas sejak lama.

"Bukan. Ia mendapat kelas musim panas, nilai ujian terakhirnya hampir merah semua."

"Oh, bagaimana kalau aku saja yang menjemputnya? Sekolah Dasar Kidney, bukan?"

"Iya. Terima kasih banyak, Daniel. Aku berhutang sekali lagi kepadamu." Lalu Daniel mengangguk dan segera turun kembali ke parkiran basement, sekali lagi mengendarai motornya. Semoga semakin ia sibuk, semakin cepat ia melupakan kejadian tadi.

...

Sang surya semakin bergerak turun ke arah barat. Pesona matahari tenggelam Distrik Hereva dapat dilihat dengan jelas dari area pantai dan sekitarnya. Sangat memanjakan mata tiap penikmatnya. Termasuk pengemudi motor itu beserta penumpang kecilnya. Daniel memutuskan melewati jalur pulang yang berdekatan dengan pantai.

Sembari mengisi keheningan, mereka mengobrol beberapa topik ringan. Daniel bercerita sedikit tentang keadaan Distrik Roleal tempatnya melaksanakan wajib militer dulu dan Charles bercerita ada beberapa android yang mengisi kegiatan kelas musim panasnya. Ia bilang android-android itu menggantikan guru-gurunya yang malas mengajar.

"Dan, ada apa dengan kerumunan di pantai sebelah sana?" Mata kecil Charles tak sengaja menangkap suatu pemandangan. Tangan kecilnya terulur menunjuk kerumunan yang dimaksud.

Terlihat di arah area pantai yang ditunjuk Charles, beberapa pengunjung pantai tampak melingkari sesuatu. Tak jauh dari kerumunan itu, sekelompok pria berseragam biru gelap tampak mendatangi lingkaran, turut andil melakukan sesuatu. Entah apa yang terjadi, Daniel sudah memincingkan matanya, namun tetap tidak dapat dilihat jelas.

"Hmm ... kau tahu Jim Taylor? Penjaga pantai yang sering main ke apartemenku." Charles dari kaca spion tampak mengangguk.

"Ya, kurasa seseorang melihatnya mencoba menjilati es krim yang terjatuh di pasir. Jadi orang itu memanggil pak polisi," jelas Daniel sembarangan. Charles tampak berpikir sejenak dan sekali lagi mengangguk paham. Mereka pun melanjutkan perjalanan pulang.

...

Sekarang pukul enam sore. Sekitar seperempat jam yang lalu Charles sudah sampai apartemennya. Kini Daniel sudah mandi dan akan menikmati me time-nya ditemani secangkir kopi dan semangkuk sup ayam, menonton program televisi favorit sembari bersender malas pada sofanya.

Belum genap 10 menit bersantai, sebuah panggilan masuk lewat ponselnya. Segera ia merogoh benda tipis itu di saku celananya. Terpampang panggilan masuk dari 'Pretty Boi', Daniel pun menjawabnya.

"Hal-"

"DAN!!"















tbc.
4/29/2020
[gagal tembus seribu words anjerit>:"v]

clamor : into the plague [On Revision]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang