Suasana Distrik Hereva sepanjang mata memandang sudah bernada jingga. Setelah hampir 3 jam penuh, Charles memutuskan untuk mengistirahatkan matanya dari web-web edukasi di tabletnya. Apakah ia merasa sudah cukup belajar? Tentu saja tidak. Bayangkan, Charles bahkan sudah mendapat sekolah musim panas yang berarti mendapatkan pembelajaran tambahan, tapi tetap saja tak kunjung paham dengan materinya.
Semuanya bermula ketika dirinya tak sengaja menemukan lembaran berkas di bagian bawah lemari mamanya. Penggunaan kertas mulai jarang dan Charles sudah lancar calistung, jadi ia membaca tulisan-tulisan di lembaran kertas itu. Dilihat dari modelnya, sepertinya ini surat-surat penting yang orang-orang dewasa simpan semasa hidupnya. Terdapat nama suatu lembaga, beberapa tanda tangan, dan ....
"Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Distrik Hereva menerangkan bahwa anak di bawah ini ... maka Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Distrik Hereva tidak keberatan apabila anak tersebut di atas dapat diangkat secara—"
"Nak, kukira aku memintamu untuk mengambil baju ...."
Lalu, antara berterima kasih atau menyesal dengan kejadian itu, mamanya akhirnya menjelaskan semuanya dan Charles tidak dapat fokus belajar untuk ujiannya. Apakah ia sedih? Entahlah, selama peristiwa itu tidak membuat sikap mamanya berubah, bukan masalah besar, 'kan?
Kembali ke permasalahan awal, ia pikir dengan belajar bersama mamanya, maka akan lebih efisien. Ya, Charles tahu itu malah akan mengingatkannya, tapi, belajar bersama mamanya juga suatu pengalaman langka. Mengingat bahwa dirinya harus menahan kantuk demi menyambut mamanya pulang bekerja dari Distrik Tusa.
"Charles, aku pulang!"
Iris Charles membulat cepat saat ia mendengar suara itu. Dari yang awalnya duduk di samping jendela, langkah kakinya langsung bergerak cepat menuju pintu depan dan menyambut kepulangan mamanya.
"Ma, selamat datang! Kenapa hari ini sangat cepat?" Charles seraya memeluk pinggang wanita di hadapannya.
"Tebak saja."
"Ah, pemimpin tempat kerja Mama tidak jahat lagi?"
"Ssst, haha. Dia tidak jahat, akhirnya pengajuan pensiun Mama diterima. Kita bisa memiliki banyak waktu bersama mulai sekarang." Nyonya Amber mengusap pelan rambut coklat anaknya. Charles tidak begitu paham tentang pengajuan itu, tapi poin yang dia dapat, mamanya tidak akan pulang–pergi ke distrik pusat lagi.
...
"Kalau kau merasa penat, tinggal tutup mata, kalau perlu telinga juga, lalu berhitung sampai sepuluh. Rileks sejenak bisa membantu menyegarkan kembali pikiran," ini adalah pesan terakhir ibunya di akhir sesi pembelajaran hari ini. Charles sebenarnya tidak terlalu yakin akan ia terapkan atau tidak, tapi tidak ada salahnya untuk sekedar mendengarkan.
Bulan dan bintang sudah menggantung di langit. Sekarang hari ketiga sejak mamanya benar-benar tinggal di rumah. Sudah 3 hari pula Charles mulai belajar intensif bersama mamanya. Jadwal belajar di rumah berakhir saat sore hari. Setelahnya, Charles menonton TV dan mamanya merapikan kamar. Acara kartun yang ditonton Charles menceritakan tentang kisah seorang sikat pencuci dan teman bintang lautnya.
"Uhuek!"
Walaupun sedang menonton, Charles masih menyadari samar-samar suara muntah barusan. Mengerutkan alisnya sesaat, ia lalu menghampiri sumber suara.
"Ma?" Charles membuka pintu kamar mamanya cepat. Terlihat sosok yang dicarinya duduk di pinggiran kasur, badannya menunduk membuat surainya berjatuhan, tangannya tampak menutup mulutnya. Tapi tidak ada bekas muntahan di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
clamor : into the plague [On Revision]
Science Fiction2048, akan menjadi empat angka singkat yang membekas kuat di kertas sejarah dunia. Kembali terulang, bumi diguncangkan dengan pandemi maha kacau lainnya. Belum rampung pulih dari yang sebelumnya, namun kembali dihadapkan dengan yang baru-dan sialnya...