"Para wanita itu sangat tergila-gila padamu."
Si kepala merah menyodorkan satu minuman berenergi lainnya kepada Jim. Joe baru saja kembali dari rumah sakit, ia hendak kembali berjaga. Namun dari jauh sudah kelihatan tempat berjaganya dikerumuni banyak wanita. Pasti tebar pesona lagi, batinnya. Dan benar saja, Jim di sana benar-benar seperti magnet para wanita.
"Bagaimana keadaan nenekmu?"
"Membaik, tidak separah kemarin. Sepertinya lebih baik mengirim nenekku ke Distrik Spillaten, ia butuh suasana lingkungan yang lebih tenang. Bronkhitis asthma-nya bisa kambuh sewaktu-waktu aku tidak sedang bersamanya ...."
Negara Hallrynn memiliki 4 distrik dengan keunggulan masing-masing tiap distriknya, dan salah satunya adalah Spillaten. Spillaten ini bisa saja dinobatkan sebagai distrik paling tenteram dari tiga lainnya. Di sana pusatnya kegiatan perkebunan dan produksi bahan pangan, banyak dibangun panti jompo dan panti asuhan juga.
Menurut Jim, Spillaten adalah distrik paling suci dari kasus kriminalitas. Walaupun tingkat keamanannya tidak setinggi Distrik Roleal ... tapi, hey. Apa yang bisa didapatkan dengan mencuri dari panti jompo? Beberapa gigi palsu dan kain hasil rajutan?
"KYAA!!!"
Suara jeritan menginterupsi obrolan Jim dan Joe. Keduanya reflek terdiam dan saling menatap satu sama lain. Dan seperti telah bertelepati, mereka langsung berjalan cepat ke arah sumber suara. Segelintir orang juga tampak penasaran dengan jeritan tadi, jadi mereka ikut pergi ke samping sebuah toilet umum pantai.
Ternyata itu adalah Pamela. Tak jauh darinya ada seorang pria paruh baya, tampak memegang erat salah satu tangan Pamela. Keduanya sempat terlibat adu tarik-tarikan sampai beberapa orang melihat mereka, termasuk Jim. Jadi Pamela segera meminta pertolongan kepadanya.
"Maaf, pak. Anda sebaiknya melepas tangannya." Jim maju berusaha menjauhkan mereka. Ia bersikap sehalus mungkin.
Namun pria itu tidak menggubris ucapan Jim. Pandangannya tetap fokus kepada Pamela. Genggaman tangannya semakin kuat. Mulut di bawah kumisnya seperti mengucapkan sesuatu, namun suaranya sangat kecil. Tapi Jim menangkap beberapa kata.
"Putriku ... kembali ...."
Joe yang ingin terlibat dalam aksi heroik Jim, kini ikut maju dari barisan para penonton. Tangannya memegang tangan kedua belah pihak, dan berusaha menariknya ke arah yang berlawanan. Keadaan membaik dengan pria itu yang akhirnya membuka genggamannya, Pamela segera menjauh. Dan cepat berubah memburuk karena pria itu tampak ingin menyakar wajah orang yang melerainya, seperti kemarahannya tertuju pada Joe.
Menyadari situasi semakin tidak kondusif, Jim menyuruh rekannya untuk segera mundur dan menghubungi unit kepolisian. Ia sendiri berusaha membuat diam pria berkumis itu dengan memelintir tangannya ke belakang, membuatnya telungkup di tanah, dan menekan punggung pria itu dengan lututnya. Menahan pergerakan yang di bawahnya.
Tak butuh waktu lama, suara sirine mobil kepolisian terdengar dari kejauhan. Para petugasnya menerobos lingkaran penonton dan menggantikan posisi Jim menahan pria itu lalu membuatnya berdiri, memborgol kedua tangannya dan memasukkannya ke bangku belakang mobil.
"Kau yang menahan pria ini sebelum kami datang, anak muda?" Seorang pria lainnya berjalan ke arah Jim. Dilihat dari perawakannya, sepertinya ia yang memimpin para petugas lainnya.
"Ya, pak." Pria itu manggut-manggut, memuji bagaimana aksi heroik Jim menangani pria asing yang lebih tua darinya. Setelah itu, ia menanyakan kronologi dari awalnya pada Pamela dan meminta Jim untuk ikut ke kantor, menanyakan kesaksian lebih rinci.
...
"Oh, hey-hey! Santai sedikit. Apa yang terjadi?" Daniel sedikit terkejut. Suara Jim membuat pengang telinganya.
"Astaga, kawan! Aku menangani seorang pria aneh di pantai hari ini. Pamela bilang pria ini tiba-tiba memegang tangannya erat. Lalu Joe memisahkan mereka, tapi pria ini menjadi agresif. Jadi aku yang menahan pria ini, Joe kusuruh menelpon polisi. Sekarang aku masih di kantor kepolisian."
"Jadi ... kenapa kau memberitahuku?" Setitik hanya setitik, sebenarnya ada rasa penasaran muncul dari Daniel yang selalu terlihat tidak antusias dengan cerita-cerita Jim.
"Entahlah ... kurasa harus diceritakan kepadamu. Jarang-jarang aku cerita yang seperti ini."
"Prang!"
Daniel baru saja ingin berbicara kembali tapi perhatiannya tiba-tiba berganti di saat samar-samar suara barang pecah terdengar. Dinding apartemennya cukup tipis, mengingat biaya sewanya juga bisa dibilang lebih murah dari apartemen lain di distrik.
Jadi Daniel bilang harus memutuskan sambungan telepon kepada Jim sekarang. Lalu ia menempelkan telinganya ke dinding sebelah kanan, tempat suara itu kira-kira berasal, di mana Nyonya Amber tinggal.
'BRUK! BRUK! BRUK!' Menunggu beberapa saat, kini suara gedoran pintu yang terdengar. Temponya lumayan cepat, pukulannya pun keras. Seperti dari sepasang tangan orang dewasa.
Daniel lantas keluar dari kamarnya. Dilihat beberapa penghuni apartemen lainnya juga menyadari suara itu, tapi tidak ada dari mereka yang terlihat berniat untuk mengetahui sumbernya, hanya berdiam diri di luar kamarnya sendiri melihat Daniel. Raut wajah mereka mengisyaratkan 'Kau saja!'.
Tiga ketukan pertama, tidak ada balasan dari penghuni kamar. Daniel lalu mencoba memutar kenop pintu, ternyata tidak dikunci. Jadi ia perlahan masuk ke dalam. Beberapa figura dan vas bunga yang pecah terlihat berserakan. Perabotan-perabotan juga sedikit bergeser dari tempatnya.
"Nyonya Amber ...?"
Daniel berjalan mengecek beberapa ruangan sampai akhirnya berhadapan dengan sebuah pintu kayu, berstiker mobil polisi dengan aksesoris anak-anak lainnya. Sayangnya tidak bisa dibuka, jadi ia mengetuk pintunya.
"Charles! Ini Daniel."
Menunggu beberapa saat, ia hampir mengetuk kembali sampai suara Charles samar-samar muncul. Seperti suara isakan tangis kecil, dan itu tepat terdengar dari balik pintu. Tak lama, pintu dibuka dari dalam, menghadirkan Charles yang mengintip kecil. Matanya merah sembap. Rambutnya berantakan. Apa yang membuat Charles setakut ini ...?
"Daniel ...?" Suara Nyonya Amber terdengar dari belakang. Daniel berbalik dan melihatnya. Wanita itu berdiri menatap Daniel lemah. Bajunya kusut, penampilannya agak berantakan dengan beberapa helai rambut yang terlihat menempel di keningnya . Berkeringat dan pucat. Tampak sakit.
"Nyonya Amber! Astaga, ada apa dengan keributan tadi?" Daniel kemudian berjalan mendekat. Badan wanita itu tampak tidak sanggup untuk tetap berdiri beberapa detik lagi. Tapi semakin dekat, Daniel kemudian tersadar, bukan ia yang Nyonya Amber tatap. Jadi Daniel mengikuti arah matanya. Tertuju kepada ... Charles.
"AWAS!!"
Daniel segera berbalik, tapi ia terlambat. Sepasang tangan pucat dengan cepat mencengkeram lehernya, membuatnya terdorong ke dinding, dan cekikan itu semakin erat. Charles-setelah ia memekik barusan-cepat-cepat kembali menutup pintunya, menangis dengan kencang.
"UGH! RAARKHSS!" gerangan tak jelas keluar dari mulut Nyonya Amber. Dan di sudut-sudut mulut itu, ada lumayan saliva yang menggantung-gantung. Sorot matanya menyiratkan kemarahan. Tidak mendalam, lebih ke aneh sebenarnya.
Nyonya Amber yang di hadapan Daniel sekarang sangat berbeda dengan biasanya. Tiba-tiba saja tenaganya menjadi kuat setelah sebelumnya terlihat sangat lemas. Tapi tetap saja, Daniel laki-laki tinggi dan lebih kuat darinya. Jadi kedua tangannya memegang kedua tangan Nyonya Amber, memelintirnya, membuat cekikan itu melonggar.
Ia semakin memelintir tangan itu hingga lehernya benar-benar bebas. Lalu Daniel berganti posisi, memutar tangan Nyonya Amber ke belakang, dan mendorongnya ke dinding. Membuat gerakannya tertahan. Untuk menyingkat waktu, bisa saja ia langsung menyerang mata, leher, selangkangan, atau bagian vital lainnya. Tapi mengingat yang di hadapannya ini seorang wanita tua-dan tetangga yang sangat baik-jadi ia mengurungkan niat itu.
"Idiot! Seseorang panggilkan polisi!" Daniel berteriak merasa dongkol. Ia baru menyadari aksinya dijadikan tontonan penghuni apartemen lainnya yang bersembunyi dari balik ruangan. Bahkan sepertinya ada saja yang sempat-sempatnya merekam. Sialan! Apakah konten lebih berharga dari manusia?!
tbc.
04/05/2020
Le Daniel lokal : Ditumbalin bgsd.
KAMU SEDANG MEMBACA
clamor : into the plague [On Revision]
Science Fiction2048, akan menjadi empat angka singkat yang membekas kuat di kertas sejarah dunia. Kembali terulang, bumi diguncangkan dengan pandemi maha kacau lainnya. Belum rampung pulih dari yang sebelumnya, namun kembali dihadapkan dengan yang baru-dan sialnya...