(My hand slipped so i accidentally un-publish this chap yesterday, nothing has changed :U)
'Tok! Tok!'
Daniel ingin berada di alam mimpinya sampai matahari benar-benar sepenuhnya tampak. Namun, hari ini jadwalnya bekerja di cafe, jadi ia memaksakan dirinya untuk bangun di pagi hari. Jika bukan karena kapitalisme yang kuat, Daniel lebih memilih menjadi freelancer seutuhnya.
Charles masih terlelap dan leher Daniel cukup nyeri saat bangun, mengingat dirinya tertidur di sofa semalam. Setelah memakai seragam kerjanya, Daniel hendak membuat sarapan di saat dua ketukan terdengar dari pintu apartemennya.
"Detektif Lincoln?"
"Maaf jika kedatanganku mengganggu. Aku ingin menanyakan perihal Charles, apa ia sudah bangun?"
Daniel menggeleng. Pagi harinya harus dipikirkan tentang peristiwa semalam lagi. Hmm, benar-benar pagi yang cerah.
"Ah, begitu. Sebenarnya aku butuh kronologi lengkap Nyonya Rose dari Charles. Anak kecil itu tidak bercerita banyak kepada rekanku semalam. Kupikir ia tidak nyaman dengan orang asing, jadi kalau Tuan Wang yang membujuknya, mungkin dia mau bercerita lebih banyak." Detektif Lincoln mengusap dagunya pelan. Ia sangat berharap Daniel menyetujui ucapannya.
Dari sudut pandang Daniel, ucapan detektif itu semakin membuat mood-nya turun. Bilang saja Daniel egois, tapi pemuda ini benar-benar tidak suka jika dipaksa mengingat sesuatu yang berusaha ia lupakan, apalagi tentang masalah semalam. Semakin ia ikut terlibat, semakin besar keinginannya untuk tidak peduli.
"Kalau aku menolak karena ingin segera bekerja demi mendapatkan lembaran frypto, apa aku akan diborgol?" Iya, penyakit tutur kata Daniel kembali kambuh, faktor perasaannya yang berpengaruh besar.
"Emm, tidak. Tidak kupaksakan untuk sekarang. Walaupun begitu, aku akan berhutang budi jika kau mau melakukannya." Detektif Lincoln merasa rahangnya mengeras ketika pemuda dihadapannya mengatakan itu. Namun, demi memecahkan kasus, gejolak harga dirinya harus berusaha ia tekan.
"Saat aku pulang bekerja." Jika saja pemuda di depannya masih menolak, mungkin Detektif Lincoln akan mengatasnamakan hukum permintaannya. Untung saja Daniel bersedia.
Negosiasi selesai dan Detektif Lincoln sudah pergi. Daniel kembali masuk ke dalam, menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Charles.
...
"Daniel, kau yang mengalahkan wanita tua aneh itu, 'kan? Astaga, video itu mulai ramai di sosmed. Eh, ada apa dengan kantung matamu?"
Baru saja memasuki ruangan khusus karyawan, Jacob—salah seorang karyawan lainnya di café—mencecar Daniel dengan berbagai pertanyaan. Padahal mereka tidak terlalu dekat dan sifat terlalu akrab Jacob selalu membuat Daniel jengah.
Ralat, Daniel mudah jengah pada segala hal.
"Tidak, itu bukan aku dan bukan urusanmu." Daniel melengos pergi untuk mengisi presensi karyawan. Hanya tinggal menunjukan matanya dan mesin kecil yang terpasang di dinding itu akan memindai sel saraf di belakang selaput matanya. Hendak bergerak keluar, Daniel menyadari ada beberapa kotak besar terlihat dari sela-sela pintu gudang yang tidak tertutup rapat.
"Pak kepala mempekerjakan android?"
"Ya, dua android langsung. Akan dipekerjakan besok. Kuharap profesi kita nanti tidak disingkirkan oleh para android itu," Jacob menjawab ngeri. Dirinya teringat bahwa android kini mulai digunakan untuk menggantikan beberapa pekerjaan manusia.
"Android tidak akan disuruh membuat kopi. Tapi kalau menjadi pramusaji, ya, mungkin saja ...."
"Ck, jangan remehkan pekerjaan pramusaji!"
...
Tangannya bergerak mulus meramu berbagai bahan untuk membuat secangkir kopi. Setelah selesai, Jacob datang mengambil hasil tangan Daniel dan mengantarkannya ke pelanggan. Pukul 9 pagi, cafe sudah didominasi oleh para turis pantai.
"Berita kali ini datang dari daerah perbatasan Distrik Roleal dan Negara Lousvien. Kemarin sore pukul 4 terjadi insiden penembakan salah satu penjaga pos perbatasan Hallrynn.
Diduga terdapat pihak provokator yang menjadi dalang dari tidak ketidaksengajaan seorang tentara Lousvien menembak penjaga pos Hallrynn. Saat ini pemerintah Hallrynn dan Lousvien dikabarkan akan mengusut kejadian yang sebenarnya—"
"Daniel, mana pesanan meja 4?" Fokus Daniel sempat tergantikan oleh berita TV yang terpajang di sudut atas cafe. Untungnya salah satu pramusaji lain menyadarkan dirinya.
Mengenai konflik antara Hallrynn dan Lousvien, Daniel pernah membacanya di beberapa artikel. Lousvien dulunya adalah distrik terluar Negara Hallrynn setelah Roleal. Namun, karena pergejolakan warganya yang merasa dirugikan pemerintah pusat, mereka pun memisahkan diri. Tetapi bukan itu yang menjadi sebab konflik, melainkan Lousvien yang dikabarkan kerap melanggar garis perbatasan negara.
Tentang daerah perbatasan itu, Daniel sendiri pernah mengunjunginya. Tidak dalam rangka bertamasya, namun saat wajib militernya dulu ia dikirim ke sana, untuk sekedar mengamati dan belajar apa-apa yang harus dilakukan oleh tentara penjaga perbatasan.
Walaupun dari pihak seberang, namun Daniel bisa mengatakan bahwa tentara Lousvien sama kuatnya dengan Hallrynn. Terbukti dari seberapa ketat dan lengkapnya suasana di perbatasan sana. Atau mungkin memang dasarnya tentara di Distrik Roleal yang sangat menjunjung tinggi keamanan seperti itu.
Kalau disuruh memihak, ia sebenarnya lebih memilih menjadi pihak abu-abu yang tidak mau ambil pusing sesuatu di luar kendalinya. Biarlah orang-orang yang layak yang berkoar-koar. Selama ia memiliki apa yang ia butuh dan inginkan, maka seharusnya kehidupan berjalan baik.
...
Matahari sudah mulai tenggelam di ufuk barat. Si barista sudah pulang dari tempat kerjanya. Charles tampaknya cukup bisa beradaptasi dengan apartemen 'ala kadarnya' Daniel. Terbukti dengan anak kecil itu tidak menelpon (Daniel meninggalkan ponsel kuno miliknya untuk Charles gunakan sewaktu-waktu ia mengalami kendala) selama ditinggal sendirian, bahkan ia sekarang sedang asyik menonton TV.
"Emm, Charles, saat aku menjemputmu waktu itu, Nyonya Amber tampak kurang sehat. Kau tahu dia mengapa?" Daniel ikut duduk di sofa, tepat di samping Charles. Anak kecil itu masih menyaksikan kartun kesukaannya.
"Perlu ditanyakan lagi, ya?"
Tidak!
"Sayangnya, iya. Aku tahu kau masih bermasalah dengan kejadian malamnya, tapi cerita dari versimu akan sangat bermanfaat untukku dan para polisi itu. Dengan demikian, ibumu pasti akan cepat pulang."
Manik Charles masih fokus ke arah TV, wajahnya sedikit murung. Daniel masih menatap Charles dalam diam. Ia tidak pernah mengurus anak kecil sebelumnya, jadi ia tidak tahu kalau pertanyaannya tadi cukup sensitif bagi anak itu. Haa, semakin rumit saja ....
tbc.
29/05/20phew, i didn't hit my target (again) smh, but at least that was enough—!
(Yeah, i changed the title lol sry)':D
KAMU SEDANG MEMBACA
clamor : into the plague [On Revision]
Science Fiction2048, akan menjadi empat angka singkat yang membekas kuat di kertas sejarah dunia. Kembali terulang, bumi diguncangkan dengan pandemi maha kacau lainnya. Belum rampung pulih dari yang sebelumnya, namun kembali dihadapkan dengan yang baru-dan sialnya...