02| The sweet girl?

104 8 3
                                    

Sembari bersenandung, dahinya refleks mengerut saat dengan tak sengaja melihat nama seseorang yang berada di bawahnya.

2. Ralland Rasyid D.

Hah? Siswa mana yang menempati peringkat kedua? Mata Vallen turun ke peringkat tiga.

3. Rinansatya Muzakki

Satya juara tiga?! Kenapa banyak sekali yang membuat Vallen terkejut. Ia berpikir keras, siapa siswa yang berada di posisi kedua itu. Jauh didalam hatinya, merasa waspada akan posisinya yang mungkin saja terancam. Masalahnya, nilai siswa itu tak jauh beda dengan Vallen. Hampir semua sempurna seperti Vallen.

Ketika sibuk berkelana dengan pikirannya, sebuah tangan nan kokoh menyentuh pundaknya lalu berdehem. Membuat Vallen terkejut dan menoleh.

"Lo udah selesai liatnya? Sorry nih, tapi bukan lo aja yang mau liat ranking. Gue juga udah nungguin dari tadi soalnya!" ujar cowok itu sambil mengusap tengkuknya

"Eoh, iya maaf!"

Vallen pun segera menyingkir dan berniat pergi menuju kantin meninggalkan cowok asing tadi. Dia siapa?

"Kak Vallen!!"

Vallen berhenti melangkah dan berbalik badan melihat sosok yang memanggilnya tadi. Terlihat seorang adik kelas sudah berhenti tepat didepannya.

"Anu, itu, kakak dipanggil Bu Risda ke kantornya sekarang." ucap cewek itu menunduk. Bersikap sopan kepada kakak kelasnya, dan malu karena dilihat oleh cowok most wanted sekolah.

Vallen tersenyum dan mengangguk, "makasih ya infonya!"

Cewek itu mengangguk lalu pamit permisi pada Vallen dan juga Ralland. Vallen pun berjalan berlawanan dengan kantin untuk menuju ke kantor guru.

Matanya sekilas menatap cowok asing tadi yang tengah melihat rankingnya di kertas bagian pertama. Terlihat tatapannya tetap berada di bagian nama Vallen dengan dahi mengerut.

Dahi Vallen ikut mengerut seiring ia menghentikan langkahnya sejenak. Cowok itu? Melihat namanya atau??

Mata Vallen membulat lalu kembali melangkah menghadap ke depan dengan gerakan cepat. Sesekali ia meringis karena ketahuan menatap cowok tadi.

****

"Yo! Lama banget ketimbang liat nama doang elah! Lu ranking berapa sih? Susah amat nyarinya!" seruan itu mengagetkan Ralland yang tengah melamun di depan papan mading sekolah.

Ia menoleh ke arah sahabatnya si kembar Kiki dan Qiqi. Ralland mengacuhkan Qiqi dan beralih ke Kiki.

"Rasyad mana?" tanyanya. Yang dibalas gelengan Kiki.

"Wes! Gila! Lo juara dua? Wah!! Kudu dirayain nih!" seru Qiqi melihat papan mading itu.

Ralland mendengus, lalu kembali menatap nilainya. "Gue udah kepikiran sih kali ini lo nggak juara satu, tapi gue nggak nyangka pikiran gue terwujud!" ujar Kiki.

"Yah, nggak heran sih, kita juga udah liat kemampuan si cewek manis!" celetuk Qiqi.

Ralland sontak menoleh cepat, "lo kenal dia?"

Keduanya melihat Ralland bersamaan. Lalu mengangguk.

"Dia itu cewek pindahan dari.....dariii," qiqi menatap Kiki. "Darimana bang?" lanjutnya.

Kiki mengangkat kedua bahunya kemudian bersuara, "dia murid baru kelas IPA 2. Otaknya encer, sama kayak lo! Pernah ngejawab soal yang nggak bisa dijawab sama Pak Jarris!"

Ralland terdiam memikirkan kalimat sahabatnya karena sedikit terkejut. Pak Jarris adalah guru matematika yang paling senior akan kepintarannya. Guru matematika terbaik nomor satu seantero Jakarta. Hanya Ralland yang pernah menjawab soal dari Pak Jarris. Dan sekarang ada murid, seorang cewek yang mampu menjawab soal yang bahkan guru tersebut tak tahu jawabannya.

Ralland kemudian menoleh ke sahabatnya, "bodo amatlah!"

Lalu kembali menatap nama cewek itu.
Vallen Farriz Athaya.

Ralland memiringkan kepalanya, seraya melihat nilai cewek itu. Wajar saja, nilai matematika perminatan seratus. Dan banyak yang seratus lainnya.

"Cewek manis ya?" gumamnya.

***

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

Pintu berwarna abu-abu itu dibuka oleh tangan siswi yang masih memakai tas punggungnya. Ia masuk lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia berjalan menuju seorang guru yang tengah menunggunya sedari tadi.

"Silahkan duduk, Vallen." kata Bu Risda dengan lembut. Diangguki Vallen yang kemudian duduk dikursi itu.

"Ada apa ya bu?" tanya Vallen sopan.

Bu Risda tersenyum kecil menatap Vallen, "sebelumnya ibu mau mengucapkan selamat sama kamu, karena untuk kesekian kalinya kamu meraih peringkat pertama."

Vallen tersenyum riang dan mengangguk, "iya bu, makasih."

Bu Risda mengangguk lalu mengubah ekspresinya menjadi serius, "tapi ada yang ingin ibu sampaikan!"

Vallen mengatupkan bibirnya dengan ekspresi menegang. Gaya khas Vallen jika ada keadaan seperti ini. "Saya ada salah, bu?" tanyanya pelan.

"Oh tidak! Bukan seperti itu, tapi ini menyangkut beasiswa kamu!" ujar Bu Risda.

Vallen terdiam sejenak menunggu ucapan Bu Risda selanjutnya.

"Ibu nggak pintar basa basi, jadi ibu langsung aja ya. Siswa yang mewakili sekolah ini untuk belajar di Jerman sudah kembali Vallen!" kata Bu Risda setelah menarik napas. Seakan kabar ini sangat berat.

Vallen mengedipkan mata bulatnya, "jadi bu?"

Bu Risda tersenyum tipis, "dia merupakan siswa yang sangat cerdas, Vallen. Sama seperti kamu, dia juga selalu menjadi peringkat pertama sebelum kamu pindah ke sini!"

Vallen tersadar arah perkataan Bu Risda. Tapi ia hanya diam menatap guru manis dihadapannya.

"Kamu harus mempertahankan peringkat kamu ini, kalau tidak mau beasiswa kamu dicabut."

Sudah Vallen duga.

"Maaf Vallen, bukannya ibu meragukan kepintaran kamu. Tapi ibu tahu betul siapa dia. Ibu takutnya posisi kamu akan digeser hanya karena nilai rata-rata kalian yang beda tipis."

"Saran ibu, kamu harus mulai mengumpulkan uang untuk membayar uang komite. Berjaga-jaga saja. Tapi kamu tenang saja, ibu akan berusaha semampunya untuk mempertahankan beasiswa kamu. Jangan patah semangat hanya karena nilai, ya! Nilai tidak akan kita bawa mati!" jelas Bu Risda pada Vallen.

"Dia..secerdas itu, bu?" tanya Vallen pelan.

Bu Risda menghela napas, "yah, Ralland memang memiliki kapasitas otak yang jauh diatas rata-rata."

Vallen memiringkan kepalanya, "Ralland siapa ya, bu?"

Seketika ruangan itu hening.

Bu Risda pun tertawa kecil, "aduh! Kamu nggak tahu Ralland?"

Vallen menggeleng. "Aduh, Vallen! Jadi ibu ngapain cerita panjang lebar kalo kamu aja nggak tahu siapa Ralland!"

"Ralland itu siswa tercerdas yang ibu ceritain tadi, Vallen!"

Ralland Rasyid itu?

***
B

ersambung...

Kira-kira apa cara Vallen buat pertahanin beasiswanya?  Komen disini!

a. Udah pasti kerja part time lah!
b. Jadian sama Ralland kaya cerita wp umumnya wkwkwk
c. .....

Jangan lupa vote dan komen! Kritik dan saran sangat dibutuhkan disini.

Kritik :

Saran :

Sampai ketemu di part 3!


[PTS #1] RALLEN {New} (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang