[2] A Little Flashback

3.9K 421 44
                                    

"M-maaf, Eren. Bisa kau ulangi?"

Eren menggeleng dan terkekeh pelan, membuat Kevin terhenyak dalam binaran matanya. Karena sungguh, entah kenapa tiap ekspresi yang Eren tampilkan malah ia jadikan sebuah kilas balik ke masa itu. Membuat memori yang ia ingin lupakan bertahun-tahun lamanya malahan kembali dengan hitungan tak sampai satu detik.

Masa-masa lima tahun 2010 ke belakang. Saat kebahagiaannya hingga akhirnya justru direnggut secara paksa.

"Kau tak berubah," ujar Eren tiba-tiba, menyentak Kevin yang takut Eren memikirkan hal buruk tentangnya setelah sepuluh tahun tak bertemu.

"M-maksudmu, Ren?"

"Kau selalu saja gugup denganku, dasar pria kaku!" olok Eren. "Maaf bila aku galak sekali dulu hingga membuatmu takut padaku. Bahkan sampai sekarang," tawa Eren pun berderai.

"B-bukan! Bukan seperti itu!" Kevin panik.

"Lalu?"

Sungguh bukan seperti yang Eren pikirkan. Kevin memang selalu gugup dengan Eren, tergagap karena selalu tertangkap basah mengagumi Eren. Senyumnya, tawanya, suaranya ... apa pun yang berada di dalam diri Eren, Kevin selalu suka.

Memang, budak cinta. Apa mau dikata?

-

[10 Januari 2005]

"E-Eren! Namaku Kevin Baldwin. Aku menyukaimu! Tolong, terimalah cintaku!" Kevin yang berumur tujuh belas dengan kacamata yang bertengger di hidung bangirnya memang tampan, tapi demi Tuhan bahwa Eren tak mengenalnya!

Sudah baru kenalan, menembak Eren di depan kelasnya ... sesama laki-laki pula. Tak ada yang lebih memalukan daripada ini bagi Eren.

"Eh? Aha-ahahahaha-ahaha ...." Eren tertawa kering. Ia canggung, sangat. Ia tak tahu harus merespons bagaimana karena ini pertama kalinya ia ditembak laki-laki, salah satu pria yang terkenal pula di sekolahnya!

"Terima saja, Er. Dua populer gay pasti akan sangat keren!" Sebutlah gadis di sampingnya ini Brittany, sahabatnya yang satu ini memang aneh. Seringkali ia menyuruh Eren untuk berpacaran dengan pria dengan alasan tipe wajah Eren yang androgini.

Ya, androgini. Tampan tapi cantik, katanya.

Eren mendengus jika mengingat hal itu. Bukan keinginannya untuk menjadi pemilik wajah yang sembilan puluh persen menurun dari ibunya dengan bulu mata lentik teduh, bibir tipis, dan hidung mancungnya yang indah. Persis seperti ibunya yang seorang model.

"Maaf, aku ... straight."

Alih-alih menunjukkan kekecewaannya, Kevin muda justru menampilkan wajah ambisiusnya. "Aku tak akan menyerah! Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, Eren. Aku bisa membuktikan itu! Biarkan aku berusaha, oke?"

Eren tertegun dan merasa tertantang. Dengan wajah manisnya, ia menyeringai tipis. "Coba saja kalau bisa."

-

"Kevin, kau melamun!" Dengan kesal Eren menepuk bahu Kevin karena ia merasa tak dihiraukan.

"M-maaf!" Minta maaf lagi, Eren sampai memutar bola matanya malas.

AMETHYSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang