Empat

51 3 0
                                    

Hari berganti, hari ini Camelia akan menjadi separuh milik Bang Adi. Aku diundang untuk datang, tapi suhu tubuhku sangat tinggi. Aku demam. Mungkin akibat hujan kemarin. Rasanya tak ingin beranjak dari tempat tidur. Baru saja bunda menelepon, katanya akan berkunjung dan akan menghadiri acara lamaran Camelia. Kalau begitu aku harus bersih-bersih rumah. Tapi sekali lagi, rasanya aku malas. Tak apalah, rumahku juga tidak sekotor itu. Nanti biar ku titip salam buat Camelia lewat bunda dan ayah.

Bahkan disaat-saat terakhirku saja, aku masih payah. Hanya dengan mengirim sepucuk surat untuk Cameliaku.

Entah, tiba-tiba aku bisa melihat tubuh kurusku yang duduk dan dan kepala di atas lipatan tangan. Terlebih lagi, tubuhku tidak bernafas.

Ah, ternyata firasatku benar. Aku akan meninggalkan Camelia sendirian. Tak lama kemudian, bunda dan ayah datang. Pintuku sudah kubuka tadi pagi. Untunglah, ayah tak perlu repot-repot mendobrak pintu. Ku lihat, bunda menemukanku. Bunda dan ayah kira aku tertidur saat menulis sesuatu. Mereka berusaha membangunkanku.

Bunda berinisiatif membaca apa yang aku tulis. Setelahnya, bunda menangis hebat. Ayah juga. Bunda lalu menelepon keluarga Camelia, menyampaikan maaf atas namaku dan sepertinya mereka kaget. Tak berselang lama, keluarga Camelia datang. Aku bisa melihatnya dengan jelas. Warga pun berhamburan. Bang Adi juga ada.

Bunda mendekati Camelia yang sedang duduk di samping tubuhku yang pucat. Diberikannya surat punyaku, suratku untuk Camelia.

Untuk Camelia Iskandar anak Pak RW

Hai Camelia,

Apa kamu percaya aku bisa menulis surat seperti ini? Haha itu tidak penting.

Camelia

Maaf, aku tidak bisa datang ke acara pernikahanmu nanti

Maaf, tidak ada di sampingmu lagi

Maaf, aku tidak bisa menggendong dan bermain bersama anakmu nanti

Maaf, tidak ada saat kamu bahagia

Tapi tak masalah, 'kan? Kamu akan bahagia dengan Bang Adi, lelaki yang kamu cintai. Semoga keluargamu bahagia selalu ya!

Oh ya Lia, aku mau jujur, aku mencintaimu.

Hehe, maafkan aku yang curang

Baru ku katakan saat kamu sudah bersama cintamu, maafkan aku ya

Harusnya aku jujur dari awal, tapi ternyata aku kalah cepat

Aku tak punya nyali untuk jadi lebih dari sekedar teman,

Memberitahumu tentang perasaanku saja aku payah

Kamu tahu, 'kan? Aku yang dilahirkan lemah ini bisa apa,

Hanya bisa jadi temanmu bercerita

Tapi tak apa, sekarang aku sudah bersama-Nya

Itu tidak penting

Juga

Baru ku katakan saat aku sudah tidak lagi bersamamu

Aku punya firasat tentang akhirku,

Tapi aku tak ingin kamu sedih, saat harusnya Lia-ku bahagia

Aku menulis surat ini saat aku tak bisa datang ke acara lamaranmu

Mungkin bunda dan ayah menemukan aku yang sedang duduk tak bernafas

Mungkin juga bunda menemukan ini dan memberikannya padamu

Dan saat membaca ini, mungkin kamu tak dapat bertemu denganku

Tapi kamu tetap bisa menemuiku di dalam hatimu

Jangan menangis Lia,

Kamu tak pernah menangis, 'kan? jangan jadikan aku alasan kamu menangis ya.

Aku yakin, Camelia tak bersedih.

Lia, setelah perpisahan ini,

Ada sakit yang tertinggal walau sedikit,

Ada harap yang terkubur,

Ada kalimat yang hanya sampai pada batin,

Ada air yang tak pernah keluar dari mata,

Ada tatap yang sendu untuk sosokmu,

Itu semua hanya 'ada',

Aku tak bisa kembali,

Tak akan lagi bisa kembali,

Biar seperti ini, maaf aku memutuskan sendiri,

Coba kamu baca lagi kalimatku dengan kata 'ada',

Kamu akan tahu bagaimana rasaku yang terpisah dengan sosokmu

Tapi Lia,

Seperti kata ayah Ebiet,

Entah saat kita bertemu dan entah saat kita berpisah

Itu sama-sama nikmat untukku,

Aku tidak tahu bagaimana denganmu,

Aku tidak peduli balasan yang ku terima

Serta kamu tahu rasa ini atau tidak

Yang aku suka, aku bisa mencintaimu,

Aku yang lemah ini.

Kamu boleh melupakan aku,

Tidak dilupakan, aku tambah senang.

Oh ya, di kamarku ada satu lukisan,

Ambillah. Itu buatmu.

Salam,

Arvin.

Aku lihat Camelia membaca surat yang kutulis. Padahal sudah kubilang agar dia tidak menangis, tapi lihat sekarang dia menangis kencang. Mungkin tak berasa, tapi sekarang aku sedang memeluknya erat. Camelia yang sedang meringkuk, kupeluk erat.

Setelah acara Camelia selesai, aku diberangkatkan menuju rumah abadi. Memang disengaja agar Camelia bisa ikut acaraku juga. Lagi-lagi Cameliaku menangis. Tapi sekarang sudah ada Bang Adi di sampingnya. Aku tak perlu khawatir.

Bagiku jika ku sampaikan atau tidak pun. Cintamu bukan untukku. Aku tinggal menjalani hidup ini dengan cinta yang bermetamorfosa. Dari waktu menuju kenangan, pertemuan sampai perpisahan. Aku hanya ingin melindungi perasaanku sendiri. Entah apa yang kuterima, aku tak peduli.

-To Be Continued-

Camelia : Camelia tak BersedihWhere stories live. Discover now