Hari berganti, hari ini Camelia akan menjadi separuh milik Bang Adi. Aku diundang untuk datang, tapi suhu tubuhku sangat tinggi. Aku demam. Mungkin akibat hujan kemarin. Rasanya tak ingin beranjak dari tempat tidur. Baru saja bunda menelepon, katanya akan berkunjung dan akan menghadiri acara lamaran Camelia. Kalau begitu aku harus bersih-bersih rumah. Tapi sekali lagi, rasanya aku malas. Tak apalah, rumahku juga tidak sekotor itu. Nanti biar ku titip salam buat Camelia lewat bunda dan ayah.
Bahkan disaat-saat terakhirku saja, aku masih payah. Hanya dengan mengirim sepucuk surat untuk Cameliaku.
Entah, tiba-tiba aku bisa melihat tubuh kurusku yang duduk dan dan kepala di atas lipatan tangan. Terlebih lagi, tubuhku tidak bernafas.
Ah, ternyata firasatku benar. Aku akan meninggalkan Camelia sendirian. Tak lama kemudian, bunda dan ayah datang. Pintuku sudah kubuka tadi pagi. Untunglah, ayah tak perlu repot-repot mendobrak pintu. Ku lihat, bunda menemukanku. Bunda dan ayah kira aku tertidur saat menulis sesuatu. Mereka berusaha membangunkanku.
Bunda berinisiatif membaca apa yang aku tulis. Setelahnya, bunda menangis hebat. Ayah juga. Bunda lalu menelepon keluarga Camelia, menyampaikan maaf atas namaku dan sepertinya mereka kaget. Tak berselang lama, keluarga Camelia datang. Aku bisa melihatnya dengan jelas. Warga pun berhamburan. Bang Adi juga ada.
Bunda mendekati Camelia yang sedang duduk di samping tubuhku yang pucat. Diberikannya surat punyaku, suratku untuk Camelia.
Untuk Camelia Iskandar anak Pak RW
Hai Camelia,
Apa kamu percaya aku bisa menulis surat seperti ini? Haha itu tidak penting.
Camelia
Maaf, aku tidak bisa datang ke acara pernikahanmu nanti
Maaf, tidak ada di sampingmu lagi
Maaf, aku tidak bisa menggendong dan bermain bersama anakmu nanti
Maaf, tidak ada saat kamu bahagia
Tapi tak masalah, 'kan? Kamu akan bahagia dengan Bang Adi, lelaki yang kamu cintai. Semoga keluargamu bahagia selalu ya!
Oh ya Lia, aku mau jujur, aku mencintaimu.
Hehe, maafkan aku yang curang
Baru ku katakan saat kamu sudah bersama cintamu, maafkan aku ya
Harusnya aku jujur dari awal, tapi ternyata aku kalah cepat
Aku tak punya nyali untuk jadi lebih dari sekedar teman,
Memberitahumu tentang perasaanku saja aku payah
Kamu tahu, 'kan? Aku yang dilahirkan lemah ini bisa apa,
Hanya bisa jadi temanmu bercerita
Tapi tak apa, sekarang aku sudah bersama-Nya
Itu tidak penting
Juga
Baru ku katakan saat aku sudah tidak lagi bersamamu
Aku punya firasat tentang akhirku,
Tapi aku tak ingin kamu sedih, saat harusnya Lia-ku bahagia
Aku menulis surat ini saat aku tak bisa datang ke acara lamaranmu
Mungkin bunda dan ayah menemukan aku yang sedang duduk tak bernafas
Mungkin juga bunda menemukan ini dan memberikannya padamu
Dan saat membaca ini, mungkin kamu tak dapat bertemu denganku
Tapi kamu tetap bisa menemuiku di dalam hatimu
Jangan menangis Lia,
Kamu tak pernah menangis, 'kan? jangan jadikan aku alasan kamu menangis ya.
Aku yakin, Camelia tak bersedih.
Lia, setelah perpisahan ini,
Ada sakit yang tertinggal walau sedikit,
Ada harap yang terkubur,
Ada kalimat yang hanya sampai pada batin,
Ada air yang tak pernah keluar dari mata,
Ada tatap yang sendu untuk sosokmu,
Itu semua hanya 'ada',
Aku tak bisa kembali,
Tak akan lagi bisa kembali,
Biar seperti ini, maaf aku memutuskan sendiri,
Coba kamu baca lagi kalimatku dengan kata 'ada',
Kamu akan tahu bagaimana rasaku yang terpisah dengan sosokmu
Tapi Lia,
Seperti kata ayah Ebiet,
Entah saat kita bertemu dan entah saat kita berpisah
Itu sama-sama nikmat untukku,
Aku tidak tahu bagaimana denganmu,
Aku tidak peduli balasan yang ku terima
Serta kamu tahu rasa ini atau tidak
Yang aku suka, aku bisa mencintaimu,
Aku yang lemah ini.
Kamu boleh melupakan aku,
Tidak dilupakan, aku tambah senang.
Oh ya, di kamarku ada satu lukisan,
Ambillah. Itu buatmu.
Salam,
Arvin.
Aku lihat Camelia membaca surat yang kutulis. Padahal sudah kubilang agar dia tidak menangis, tapi lihat sekarang dia menangis kencang. Mungkin tak berasa, tapi sekarang aku sedang memeluknya erat. Camelia yang sedang meringkuk, kupeluk erat.
Setelah acara Camelia selesai, aku diberangkatkan menuju rumah abadi. Memang disengaja agar Camelia bisa ikut acaraku juga. Lagi-lagi Cameliaku menangis. Tapi sekarang sudah ada Bang Adi di sampingnya. Aku tak perlu khawatir.
Bagiku jika ku sampaikan atau tidak pun. Cintamu bukan untukku. Aku tinggal menjalani hidup ini dengan cinta yang bermetamorfosa. Dari waktu menuju kenangan, pertemuan sampai perpisahan. Aku hanya ingin melindungi perasaanku sendiri. Entah apa yang kuterima, aku tak peduli.
-To Be Continued-
YOU ARE READING
Camelia : Camelia tak Bersedih
Storie d'amoreTidak ada persahabatan yang murni. Hanya ada dua kemungkinan saat aku jatuh cinta padanya, yang pertama dia cinta padaku juga. Kedua, cintaku cuma searah.