3. Disebut Sunnah

287 59 13
                                    

Serial FAJARHILMA – 3. Disebut Sunnah

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 5 Januari 

( ngambil dari serial Shalih Squad XD )

-::-

Hilma menghela napas pendek begitu melihat noda hitam di pakaian suaminya tak kunjung hilang. Nyaris tiga pekan menikah dengan Fajar, Hilma hanya mengecap indahnya bulan madu selama tujuh hari. Hari ke delapan dia kembali berkutat dengan kegiatan rutin seperti sedia kala. Bekerja di sebuah perkantoran, dan kini ditambah dengan segunung kewajiban sebagai istri rumah tangga.

"Fajar..." panggil Hilma dari kamar mandi.

Fajar yang sedang menonton tayangan televisi sambil main ponsel, terlonjak dari tempat duduknya. Ini hari Sabtu dan lepas Asar. Pekerjaan Fajar selesai jam tiga dan tadinya dia berharap bisa leha-leha di ruang tamu. Sebab di kamar panas bin gerah dengan cuaca terik meski sudah jelang jam empat sore.

"Apaan, Ayang Hilma geulis kesayangan Aa?" tanya Fajar begitu tangannya mendarat di kusen pintu kamar mandi.

"Noda bajunya ngga bisa hilang," keluh Hilma, memperlihatkan baju yang dipakai Fajar untuk bekerja di bengkel kecil-kecilan miliknya.

"Ya biarin aja atuh itu kan noda oli, kali. Teu nanaon, yang penting dakinya hilang, Yang."

Fajar cengengesan, sementara Hilma manyun. Kaki panjang Fajar melangkahi tempat Hilma duduk, kemudian menyiram kakinya dengan air di kolam.

"Lo ngapain deh, Jar?" tanya Hilma waspada. "Jangan ngenc---Fajar, gue lagi nyuci!" pekiknya.

Fajar tertawa-tawa. "Mau bantuin kamuh, yayangkuh," katanya singkat. Dia berjongkok di dekat bak berisi pakaian yang sudah dicuci Hilma.

"Di luar aja deh, Jar. Jangan ganggu gitu," sungut Hilma lagi. Badannya capek luar biasa semenjak berstatus jadi istri plus bekerja.

"Ngga ganggu lah," kata Fajar dengan alis dimainkan, "sunnah Rasul nih. Kan Rasul aja bantuin istrinya ngerjain kerjaan rumah tangga. Dapet pahala. Mayaaan..."

Hilma geleng-geleng kepala. Tapi tak urung dia nyengir juga melihat Fajar memeras pakaian yang sudah ia cuci, lalu dipindahkan ke ember kosong.

"Dibilasnya lagi dong, biar sabunnya ngga nyisa," kata Hilma.

"Siap, istrikuh!"

"Sok manis lo, Jar. Sebel."

"Sebel tapi cinta ya kan?"

Hilma tertawa. "Gue aja masih bingung kok bisa-bisanya nerima lo ya."

"Cinta memang begitu, geulis..." Fajar mulai sok melankolis, meraih dagu istrinya.

Hilma menarik wajahnya. "Apa sih. Sok romantis di kamar mandi, hish!"

Fajar ngakak. "Eh, Rasul aja romantisan sama Aisyah tuh di kamar mandi, Yang!" kelit Fajar. "Nanti nih ya, Aa teh mau bikin bak mandi gede di sini..."

Fajar kalau sok manis memang kerap menyebut dirinya Aa begitu. Dan sejak menikahi Hilma, Fajar ini sok manis setiap saat. Hilma sih geli. Dia kenal Fajar sejak dari Fajar tengil-tengil ngeselin kan.

"Mau ngapain? Mau pelihara ikan koi?" tanya Hilma lagi, mengucek bagian kaki celana panjang milik suaminya dengan telaten.

"Mau mandi bareng Hilma atuh, biar mesra kayak yang dicontohin Rasul!" tukas Fajar, bersemangat.

Mendengarnya, mau tak mau wajah Hilma mendadak merona. Dilemparnya busa sabun yang ada di tangan, ke arah Fajar. Busa itu melayang pelan, tapi tidak sampai ke wajah Fajar, melainkan ditiup pelan oleh Fajar hingga busa tersebut terhuyung kembali pada Hilma.

"Saranghaeyo lah, Ayang Hilma nu geulis pisan. Kesayangan Aa Fajar nu kaseeep..." kata Fajar, cekikikan.

Menahan tawa, Hilma melanjutkan kegiatannya dengan rasa kikuk yang masih kerap mendera.

[]

FAJARHILMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang