Gue Rahma Anastasya, Istrinya Taeyong NCT. Oke, lupain.
Gue baru aja masuk SMA beberapa minggu yang lalu. dan karena itu, gue baru punya 1 temen, yang agak gesrek. Namanya Elsa Febriana. Katanya, saat MOS, dia pernah nggak sengaja tabrakan sama coga...
“Anjirlah si Afif naksir ama emaknya si Alba. Tapi emang cantik sih!” Gue senyum-senyum sendirian udah kayak orang gila.
Gue langsung membayangkan wajahnya Alba yang ganteng kuadrat itu. Kulitnya putih bersih, rahangnya tegas, alis tebal, hidung mancung, dan tatapan matanya yang seakan mengintimidasi seseorang yang menatapnya.
Gue langsung salah tingkah. “Huwaaaa!!” Gue menjerit dengan bodohnya.
Pikiran gue langsung melayang kemana-mana. Entah ke gue yang nikah sama Alba, terus gaunnya warna biru lah, sampe gue yang udah nyusun nama anak gue sama Alba. Halu dikit nggak papa laahh. Fangirl gitu loh.
Nggak terasa gue malah melamun.
“Oh iya! Gue kan mau nge-chat Alba!”
“Loh kok foto profil nya bukan dia?” Gumam gue agak kecewa.
“Ah bodo ah!” celetuk gue, lalu mulai ngetik pesan buat Alba.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wah dia lagi belajar ya? Aduhh idaman banget dong wkwk. Jadi makin cinta dong.
Eh. Ini lama-lama nih cerita kok kayak gue yang suka sama Alba ya, bukan Elsa yang suka.
Bel sekolah berbunyi tiga kali. Tanda bahwa jam pelajaran akan segera dimulai. Tapi karena mengingat hari ini hari Senin, maka saat ini tanda dimulainya upacara bendera.
Beberapa siswa mulai berhamburan keluar kelas dan menuju lapangan upacara. Tak terkecuali Rahma dan Elsa, mereka sibuk mencari topi mereka masing-masing.
“Akhirnya ketemu!” Seru Elsa, lalu bergegas memakainya.
“Aduhh punya gue kayaknya ketinggalan deh, soalnya nggak ada di tas!” seru Rahma frustasi.
“Astagaa kok bisa ketinggalan sih? Terus gimana kalo lo dihukum? Ya udah ayo! Nanti keburu telat kita!” Elsa menarik tangan Rahma dan mereka berdua segera menuju lapangan upacara.
Tapi naas, salah satu guru menghadang langkah mereka.
“Mana topi kamu?!”
“Ketinggalan Bu.” Jawab Rahma dengan pasrah.
“Kenapa bisa ketinggalan? Ya udah sekarang kamu berdiri di dekat tiang bendera sekarang juga!” Teriak Bu Anis galak.
“Ya Bu.” Rahma mengangguk lesu, lalu berjalan lunglai menuju ke dekat tiang bendera.
30 menit berlalu.
Sembari mendengarkan pidato Bu Anis yang tidak kunjung selesai, Rahma mengelap dahinya yang penuh dengan keringat, sesekali menatap teman-teman nya yang juga menatapnya kasihan.
Tak terasa, pandangan mata nya mulai kabur, dan brukkk…. Tubuh Rahma ambruk dan tergeletak di lapangan upacara.
Bu Anis menolehkan kepalanya dengan kaget, lalu berteriak kepada beberapa siswa anggota PMR yang ada di dekat barisan siswa kelas X.
3 siswa cewek yang merasa dipanggil seketika berlari menuju ke dekat tubuh Rahma yang sudah tidak berdaya lagi.
“Aduhh gue nggak bisa kalo disuruh gendong dia!” salah satu siswa cewek tadi mengeluh.
“Gue juga nggak bisa gimana nih?” satu siswa yang lain juga menimpali.
“Biar gue aja yang gendong, minggir! Dasar cewek lemah!’”
Tak disangka, Alba mendekat, lalu menggendong tubuh Rahma yang super mungil nan langsing itu menuju UKS.
Ketiga siswa anggota PMR tadi tanpa sadar membuka mulut dengan lebar karena melihat pemandangan super sangat aneh sekali didepannya.
“Si Alba ternyata juga punya rasa kasihan ya?”
“Jangan-jangan Alba naksir deh sama tuh cewek.”
"Masa sih si Alba naksir sama cewek titisan emak-emak komplek?" Tanya salah satu dari mereka bingung.
“Anjirrr Alba gendong Rahma nya ala Bridal Style! Gue jadi salah tingkah nih!”
Seruan-seruan beberapa peserta upacara yang ada dibelakang tidak Alba hiraukan, sekarang yang menjadi fokus nya adalah secepat mungkin bisa sampai ke UKS.
Setelah sampai di UKS, Alba segera membaringkan tubuh Rahma yang pucat itu.
“Biar kita aja yang ngobatin dia, lo bisa keluar sekarang.” Kata salah satu petugas PMR tadi. Alba melirik dada sebelah kanan cewek itu. Sania Azizah.
“Oke, Sania Azizah, gue percaya sama lo. Tapi kalau sampai ada sesuatu sama Rahma, hidup lo gak bakalan tenang!” tegas Alba.
“Lebay banget sih! Sorry ya ini bukan film drama. Orang dia cuma pingsan bukan sakaratul maut!” Ketus Sania, lalu mulai mengambil kotak P3K.
Alba mendengus, lalu memilih keluar menuju lapangan upacara.
*****************
Rahma membuka matanya perlahan, seketika shock melihat pemandangan di depannya.
Ada seseorang duduk di samping tempat tidur Rahma. Orang itu menutup matanya, kelihatan sedang tidur.
Dan itu adalah si cowok es, Alba. Alba dengan gusar membuka matanya ketika menyadari Rahma telah sadar.
“Udah sadar juga lo? Kirain mati.” Ketus Alba.
Rahma yang senyum-senyum sendiri ketika menyadari Alba yang menunggunya sadar seketika cemberut mendengar perkataan Alba yang kejam.
“Ngarep banget ya, gue mati?” Rahma mendengus.
“Iya, biar hidup gue tenang nggak digangguin lo yang akhir-akhir ini berusaha ngedeketin gue!” Kata Alba.
“Eh, tunggu, tunggu dulu. Lo barusan ngomong berapa kata ya? Panjang banget deh. Kesambet apaan tadi?” Rahma mengernyitkan dahi mulusnya. Berusaha keras menghitung dan membuat Alba salah fokus.
“Eh jangan salah ya! Gue dulu cerewet. Walaupun gak se-cerewet Elsa.”
“Eh? Lo tau Elsa cerewet darimana?”
Rahma curiga. Setelah mendengar perkataan Rahma, Alba terhenyak, lalu berusaha mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar kembali.