Lelah (?)

32 3 0
                                    

Haihai, siapa nih yang nungguin percakapannya?
Setuju gak kalo bahasanya gini?
______________________________________

Tak berhenti sampai disitu

"Na panggil ko pak Yanto di lab." Ucap teman ku, saat kami berpapasan.

Saat itu, aku sedang sendiri, mencari Naura yang katanya sedang ke kantin namun sangat lama. Tujuan ku mencarinya untuk berbagi bacot dengannya.

"Ngapain?"

"Ga tau."

Aku segera beranjak ke laboratorium. Dan ternyata ada Naura di sana, yang sedari tadi ku cari.

"Darimana ko? Capekku cari ko!"

Naura hanya terkekeh, ya, dia kalem. Hanya kadang-kadang bobrok dan garing tentunya.

"Aina Talita dimana?" Itu Pak Yanto. Bersama wakil ketua OSIS.

"Saya pak."

"Tulis nama nu, disini!" Dia Haerunnisa, wakil ketua OSIS. Ramah, baik, dan lumayan dekat denganku, namun kedekatan kami hanya sekedar 'datang pas butuh' saja.

Ku lihat kertas yang di tunjuknya dan mataku terarah bukan di mana yang di tunjuknya, namun nama Rehan yang tertulis di kertas.

Aku mengambil pulpel, menuliskan nama, nomor telepon, sesuai yang di suruh kan. Tetapi mata dan pikiranku yang sebagian besar terarah ke dia, Rehan Raharta.

Apakah dia ikut masuk? Namun apa yang ku masuki ini? Apa kita akan bersama? Apa ia akan kembali melirik ku? Apa pacarnya akan ikut? Apa aku bisa membuat nya jatuh hati padaku? Ah, aku terdengar seperti pelakor. Menjijikan.

Aku membalik kertas itu, berusaha mencari nama pacarnya, Jenezta Zafira, dan sempat ku lihat, namun tidak pasti.

Aku memberitahu Naura, "Stt, Na, ada nama ceweknya?" Aku berbisik.

Dia bertanya. "Siapa?" Lalu ku jawab dengan kode, Rehan, dan dia mengerti, sangat peka memang.

"Liat cewenya gak?"

"Kayaknya ada."

Hm. Mungkin itu alasannya ia terus saja mengikuti Pak Yanto. Ya, tadi ku lihat, dia terus saja mengikut di belakang Pak Yanto yang sedang berjalan. Dan terlihat seperti orang yang sedang membujuk.

Sampai pada satu hari, namaku di panggil, dan teman-teman ku yang lain. Ternyata itu bimbingan belajar persiapan mengikuti Ujian Nasional, walau aku masih kelas XI. Namun itu hanya berlangsung sehari, ku pikir akan belajar bersama terus, nyatanya tidak.

"Na, tadi na liat ko," Naura berada di sampingku, mengatakan itu sambil berbisik karena banyak orang yang berada di sekitar kami.

"Masa?"

Naura mengangguk.

"Liat dong, lagi ngapain dia?"

"Liat laptop."

"Huh."

Sesingkat itu. Aku dan ia bahkan tak sempat bertatapan. Atau bahkan tak pernah lagi bertatapan saat ia sudah memiliki pasangan.

Aku bosan.

Bosan dengan semua ini.

Bosan mencintainya.

Bosan memarahinya dari kejauhan.
Hey! Kamu tau Rehan? Aku membenci mu! Tidak. Aku terlalu mencintaimu.

Ia rela menjadi budak cinta hanya untuk seorang wanita yang tidak memperdulikan nya? Yang bahkan ada aku disini yang terus saja menunggu nya!

Ingin sekali aku menunjukkan rasa suka ku kepadanya, menemani hari harinya walau ia risih dan tidak peduli dengan ada atau tidaknya pacarnya, Nezta.

Namun aku terlalu gengsi untuk mengakui nya, dan mendekati nya. Oh, ayolah, aku ini wanita. Wanita untuk di kejar, bukan mengejar.

Namun bagaimana aku dikejar, sedangkan ia mengejar wanita lain.
Ingin sekali mencabik-cabik wajah Rehan dan pacarnya.

Mengatakan kepadanya, 'Bodoh, saya disini, bagaimana bisa kau disana?!!'

Baiklah, aku lelah.

"Capek ya suka orang yang punya pacar."

"Kau yang bodo, kenapa suka dia, padahal keliatan skali kalo dia itu na suka skali pacarna!" Teman kampret, namun ada benarnya.

"Nurut nu, suka ku ke dia itu beneran suka atau cuma penasaran?" Aku memopangkan dagu ku di atas meja.

"Cuma penasaran," Naura menoleh kesamping, padaku.

"Tapi kalo cuma penasaran, masa sampai nangis ko pas liat dia jalan sama ceweknya."

Aku menghela nafas.
Huh. Menyebalkan.
Aku mengambil buku, mencari kesibukan.
_____________________________________
Gimana? Jangan bosen dulu makanya.
Ku masih nungguin vote ya. Bahasa bisa di ngerti gak?

Just You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang