My Friend, My Boy.

32 4 0
                                    

Hai!
Kangen gak? Yaudah deh kalo gak kangen.
Tapi tinggalin jejak dong:) 💗
Bahasanya gini dulu ya! 😊
______________________________________

Risih namun menyukai

Angin berhembus, nyaman.

"Mau sampai kapan lu disitu?"

"Sampai dia noleh ke gue." Jawab ku.

Dia menoyor kepala ku,

"Dasar."

"Daripada lu, mainin cewek terus," Aku terkekeh.

"Gue kan di suruh."

"Yaudah, makan tai sana!" Sedikit jutek namun terselip kekehan.
Ikut terkekeh sejenak. Mengambil tempat di sampingku.

Lalu bertanya, "Lagi ngapain?"

"Boker." Jawab ku asal.
Dia lalu merangkul ku, aku hanya diam dan menatap gedung-gedung tinggi.

Tiba-tiba terselip pertanyaan di pikiran ku.
Aku menoleh. "Lu kok suka banget mainin cewek? Kasian tau."

"Karena cewek yang gue suka gak peka-peka." Dia ikut menoleh. Mata kami bertemu. Menarik hidungku, membuat ku cemberut. Namun apa hubungannya mempermainkan dengan wanita idoalnya yang tidak peka?

"Jelek si lu."
Aku sedikit kesal karena tarikannya. Ia menaruh kepala ku di pundaknya, mengusap rambut ku.

"Lu canti-"

"Waiyadong." Aku menyela.

"Tapi sayang bar-bar." Ucapnya melanjutkan.

Aku menjambak rambutnya.
Dia meringis, "Kan bar-bar,"

"IIHH DHIRGANJIN!!!"

"Apa Kananjin?!"

"Mati aja sana." Berbeda ucapan dan berbeda perlakuan. Aku memeluk pinggangnya.

"Sosoan nyuruh gue mati."

"I hate you!" Dia terkekeh.

Kami saling diam, menatap gedung-gedung yang terasa dekat namun jauh.

Dhirga, temanku dari SMP yang sudah ku anggap kakak ku.

Tampan, lumayan pintar terutama dalam bahasa Inggris dan matematika (pelajaran yang kurang ku sukai) dan jahil. Dia playboy, bukan karena keinginan nya, namun karena tantangan-tantangan yang membuatnya harus melakukan nya, atau teman lelaki nya yang jahil menembak wanita tersebut tanpa sepengetahuan nya. Namun ia tidak mengatakan yang sebenarnya dan tetap melanjutkan hubungannya sampai ia bosan dengan wanita tersebut. Terdengar kejam memang. Namun ia tetap menghormati wanita. Tidak seperti playboy kebanyakan.

Jika di tanya, saat pertama kali bertemu dengan nya aku suka padanya atau tidak. Aku suka. Karena dia cukup tampan. Namun rasa suka itu ku hilangkan dengan rasa sayang sebagai adik saat tahu sahabat, Dian, menyukainya, bahkan sangat-sangat menyukainya. Aku mundur. Tidak ingin menghancurkan persahabatan kami, yang sudah terjalin beberapa tahun.

Ia mengusap rambut ku, dan aku suka itu. Aku suka di sayang. Dan dia tahu itu.

Aku mendongak ke samping, memperhatikan wajah nya dari samping dengan kepala yang masih ada di pundaknya.

"Lu kapan si nembak Dian?"

Dia menoleh ke arah ku.

"Gue gak suka dia." Aku bisa merasakan bau mint dari mulutnya, begitu dekatnya, namun sudah biasa.

Just You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang