S E M B I L A N

15.4K 1.2K 48
                                    

Jangan lupa Voment!

xxx

Maya menatap sayu kearah ujung kanannya, menatapi Gara suaminya sendiri dengan tatapan kagum. Suaminya itu tampan sekali jika diam menatapi laptopnya dan sesekali berbicara dengan sesosok pria Muda yang ada di hadapannya.

Dengan Kemeja putih dan dilapisi jas warna abu rokok itu mampu membuat Maya terpaku menatap Gara yang maskulin. Maya tersenyum lembut sambil mengelus mengelus perut datarnya yang didalamnya tumbuh darah daging Gara.

Ngomong-ngomong Maya belum memberitahu kehamilannya kepada suaminya itu. Rasanya Maya belum siap. Dia hanya takut. Tapi tidak tahu apa yang membuatnya takut untuk memberitahukan Gara.

Maya menatap pesanannya, memandanginya sambil menahan mual akibat bau daging kambing panggang terasa amis di penciumannya.

Maya mendadak pusing. Kemarin sejak Gara membawanya pulang Maya mudah terasa lelah. Akibatnya dia mudah pusing dan rasanya dia ingin tidur saja didalam gulungan selimut, menurunkan derajat Ac dan rasanya dunia hanya miliknya sendiri.

Dan Maya merasa akhir-akhir ini dia pemalas, terlanjur sensitif, dan sudah cengeng selama ini makin lama semakin cengeng saja. Mungkin ini faktor hormon kehamilannya.

Semuanya mendadak berubah, Maya merasakan keintimannya dengan Gara mulai terasa. Gara yang tiba-tiba perhatian dengan mengantar jemputnya pulang dari kerja. Lalu makan bersama di rumah. Hanya saja, mata itu tetap sama. Tak ada cinta, Maya tahu itu.

Namun, Maya seolah buta,mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Gara mulai membuka hati untuknya.

Dan sekarang, di hari weekend seperti ini, Gara tak membiarkan Maya seorang diri dirumah. Mengajaknya agar Maya tidak sendirian.

Sejak awal, pertanyaan itu muncul dalam pikirannya. Ada apa dengan Gara? Kenapa suaminya berubah seperti ini?

" kamu tidak makan? Kenapa? " Maya tersentak kaget dalam lamunannya. Menatap kaku kearah Gara yang sudah membungkuk disampingnya yang sedang memotong daging.

" Apa perlu kusuap? " Suara itu tampak datar saja. Namun sensasinya mampu membuat Maya jatuh kedalam pesona Gara. Maya gugup ketika Gara sudah mendudukan diri disampingnya.

" Mas.. Nanti dilihat? " Sebelah alis tebal itu terangkat tinggi.

" Maksud--"

" Aku bisa sendiri. Mas mending kesana. "

" Kamu ngusir? "

Maya diam seribu bahasa. Dia menatap gelalapan kearah Gara.

"Bu-bukan gitu Mas. " Maya masih mencoba mengelak namun Gara tetaplah Gara.

" Makan. Kamu nggak mau kan bikin aku marah? " Memang perlakuan Gara sudah berubah detik demi detik. Namun, kalimat-kalimat itu masih mampu membuatnya meringis sakit.

Gara pergi meninggalkan Maya yang masih diam menatapi punggung kokoh itu. Seketika Maya merasakan perutnya bergejolak hebat. Dia meringis kesakitan sambil menahan panas dimatanya.

" Ayah nggak jahat kok sayang. Ayah sayang kamu "

Ajaib, perutnya yang tadinya terasa di peras kuat mendadak ringan seolah tak terjadi apa-apa.

Maya menarik nafas.

Lelah? Ya, Maya akui.

Bahagia? Tidak tahu.

Karena Maya sendiri, masih menyusun puzel yang diciptakan oleh Gara.

****

" Dia Maya... Istriku" Maya tersenyum haru. Ketika Gara dengan santai dan mantap mengatakan bahwa Maya istrinya. Maya ingin mengecup pipi itu Tuhan.

Perfect Wife || SUDAH TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang