BAGIAN 5

401 19 0
                                    

Matahari sudah hampir tenggelam di kaki langit sebelah barat, saat Rangga sampai di bagian utara Desa Tegalan, jauh di luar perbatasan. Pendekar Rajawali Sakti jadi bingung juga, karena sama sekali tidak melihat adanya lembah di sekitar daerah ini. Sedangkan tadi, Setan Bukit Jagal mengatakan kalau Lembah Neraka letaknya tidak jauh dari Desa Tegalan sebelah utara. Dan kini setelah berjalan cukup jauh dari perbatasan desa itu, tapi belum juga terlihat adanya sebuah lembah satu pun juga.
"Hm.... Apakah Setan Bukit Jagal hanya ingin memperolokku saja...?" gumam Rangga. "Tapi, rasanya mustahil kalau dia mendustaiku."
Rangga memandang matahari yang sudah hampir tenggelam di ufuk barat. Tampak langit sebelah barat jadi kelihatan memerah seperti jelaga. Begitu indah. Tapi saat ini, sama sekali tidak bisa menarik minat Rangga untuk menikmati keindahan alam ini. Pikirannya masih terpusat pada Pandan Wangi yang sampai saat ini belum juga diketahui di mana rimbanya.
"Ada orang di sana. Baiknya, kutanya saja. Barangkali dia tahu di mana Lembah Neraka," ujar Rangga perlahan, begitu melihat seseorang berada tidak seberapa jauh dari tempatnya berdiri.
Bergegas Pendekar Rajawali Sakti melangkah menghampiri, dan langsung memberi salam begitu dekat. Sementara laki-laki tua berusia lanjut yang tengah sibuk mengikat tumpukan ranting-ranting kayu kering itu segera mengangkat kepalanya, begitu mendengar ucapan salam lembut dari Pendekar Rajawali Sakti. Kelopak matanya terlihat agak menyipit, memandangi Rangga dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Maaf, Ki. Boleh mengganggu sebentar pekerjaanmu...," ujar Rangga ramah.
"Hm, ada apa?" tanya laki-laki tua itu datar.
"Aku ingin bertanya sedikit, Ki."
"Silakan. Tanya saja, barangkali aku bisa menjawab."
"Ki, apakah kau tahu letak Lembah Neraka...?"
Laki-laki pengumpul ranting itu jadi terdiam mendengar pertanyaan Rangga. Seketika dipandanginya pemuda itu dengan sinar mata yang menjadi tajam, penuh bernada menyelidik. Kembali dipandanginya Pendekar Rajawali Sakti dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sikap orang tua ini membuat Rangga jadi bertanya-tanya. Tapi dia hanya diam saja, menunggu jawaban atas pertanyaannya yang sudah terlontar tadi.
"Untuk apa kau tanyakan tempat setan itu?" dengus laki-laki tua itu balik bertanya.
"Aku ada urusan di sana, Ki. Adikku semalam diculik. Dan katanya, yang melakukan orang dari Lembah Neraka. Maka aku ingin membebaskan adikku dari sana, Ki," sahut Rangga sedikit berbohong.
Tentu saja Pendekar Rajawali Sakti tidak mengatakan, siapa Pandan Wangi sesungguhnya. Walaupun kejadiannya memang bisa dikatakan benar. Sedangkan untuk mengatakan tentang Pandan Wangi sesungguhnya, hal itu tidaklah mungkin.
"Sebaiknya lupakan saja, Anak Muda. Kau hanya akan mengantarkan nyawa saja kalau pergi ke sana," ujar laki-laki tua pengumpul ranting kayu itu.
"Aku sudah bertekad akan ke sana, Ki. Walau apa pun yang akan terjadi," tegas Rangga.
"Kalau hanya memiliki sedikit kepandaian, sebaiknya kau relakan saja adikmu. Tapi kalau memang punya kepandaian tangguh..., ah! Belum pernah aku dengar ada orang bisa kembali lagi hidup-hidup setelah masuk ke sana. Seorang pendekar tangguh sekali pun, tidak akan sanggup menghadapinya. Dia bukan lagi manusia, tapi iblis dari neraka. Sudahlah, Anak Muda.... Sebaiknya pulang saja. Tidak ada gunanya datang ke sana," ujar laki-laki tua itu lagi.
"Terima kasih atas peringatanmu, Ki. Tapi langkahku tidak bisa surut lagi. Apa pun yang akan terjadi, aku akan tetap ke sana," tegas Rangga.
Laki-laki tua pengumpul ranting kayu itu mendesah panjang, sambil menggelengkan kepala beberapa kali. Sorot matanya yang tadi terlihat tajam, kini berubah seperti merasa kasihan terhadap tekad pemuda ini. Seakan-akan, dia tidak ingin pemuda berbaju rompi putih ini jadi santapan cacing tanah di Lembah Neraka. Sedangkan Rangga sendiri sudah menunjukkan kemantapan hatinya, dari sorot mata yang begitu nyalang tanpa berkedip sedikit pun juga.
"Bisa kau tunjukkan tempatnya, Ki. Atau beri tahu saja, ke mana arah yang harus kutempuh," pinta Rangga mendesak.
"Kau benar-benar ingin ke sana, Anak Muda?" tanya laki-laki tua itu lagi. Rangga mengangguk mantap. "Hhh...!" laki-laki tua itu menghembuskan napas panjang. Terasa berat sekali hembusan nafasnya, seakan juga berat untuk mengatakan letak Lembah Neraka. Sedangkan Rangga terus sabar menunggu.
"Letaknya tidak jauh lagi dari sini. Berjalan saja terus menuju matahari tenggelam, maka kau akan menemukan dua buah batu kembar, dari celah batu itulah pintu masuk ke Lembah Neraka. Tapi, tidak mudah untuk masuk ke sana. Penjagaannya sangat ketat. Dan tak seorang pun diperbolehkan masuk ke sana, kecuali memang ingin mengantarkan nyawa saja," kata laki-laki tua itu, akhirnya memberi tahu juga letak Lembah Neraka.
"Terima kasih, Ki," ucap Rangga senang.
"Hati-hatilah. Kalau merasa tidak sanggup, lebih baik kembali saja. Dan, relakanlah adikmu."
Rangga hanya tersenyum. Setelah berbasa-basi sebentar, Pendekar Rajawali Sakti kemudian berpamitan. Kembali perjalanannya dilanjutkan menuju Lembah Neraka, diiringi pandangan mata laki-laki tua pengumpul ranting kering. Sedangkan Rangga terus berjalan tanpa berpaling lagi sedikit pun. Sebentar kemudian, Pendekar Rajawali Sakti sudah tidak terlihat lagi, terhalang pepohonan yang tumbuh rapat.

96. Pendekar Rajawali Sakti : Penghuni Lembah NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang