BAGIAN 8

400 24 0
                                    

Sementara, Rangga sudah melangkah beberapa tindak mendekati pemuda yang jadi Penguasa Lembah Neraka ini.
"Kau sudah keterlaluan, Kisanak. Siapa kau sebenarnya?" desis Rangga dingin.
"Aku Gandapati, penguasa seluruh Lembah Neraka ini. Dan kau.... Kau tidak akan bisa keluar dari istanaku ini hidup-hidup, Keparat!" sahut pemuda tampan berbaju sutera biru muda, yang ternyata bernama Gandapati, tidak kalah dingin.
"Kita lihat saja. Aku, atau kau yang akan hancur," dengus Rangga menantang.
"Phuih!"
Baru saja Gandapati menggerakkan tangannya di depan dada, Suro Gading sudah melangkah mendekati.
"Izinkan hamba memberi sedikit pelajaran padanya, Gusti," ujar Suro Gading meminta.
"Hm...," Gandapati menggumam sedikit Kemudian, kakinya ditarik ke belakang tiga langkah. Suro Gading segera melangkah mendekati Rangga beberapa tindak.
"Hm.... Apa maksudmu menjadi pengikut iblis itu, Suro Gading?" kata Rangga, sinis.
"Bukan urusanmu, Keparat!"
"Aku tahu, kau terlalu takut bila bertarung secara jantan melawan pendekar golongan putih. Makanya, kau memilih menjadi budak iblis untuk membunuhi dan menculik para pendekar," sindir Rangga.
"Kalau kau sudah tahu, kenapa mesti bertanya, Pendekar Rajawali Sakti!"
"Kau memang pantas menjadi penghuni neraka Suro Gading!"
"Bangsat! Hiyaaat!"
Tanpa bicara lagi, langsung saja Suro Gading melompat cepat bagai kilat menerjang Pendekar Rajawali Sakti. Beberapa kali dilepaskannya pukulan bertenaga dalam tinggi. Namun, hanya dengan meliuk-liukkan tubuhnya saja, Rangga berhasil menghindari semua serangan laki-laki setengah baya berbaju serba merah itu. Dan...
"Hiyaaat!"
Sambil berteriak keras menggelegar, tiba-tiba saja Rangga melenting ke udara. Lalu cepat bagai kilat, tubuhnya menukik deras dengan kaki bergerak begitu cepat, seperti berputar. Saat itu, Rangga mengerahkan jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Begitu cepat jurus yang dikeluarkannya, sehingga Suro Gading jadi terperangah. Dan tubuhnya cepat-cepat mengegos, mencoba menghindar. Tapi....
"Yeaaah...!"
Tanpa dapat diduga sama sekali, mendadak saja Rangga memutar tubuhnya dua kali. Lalu dengan kecepatan bagai kilat, kaki kanannya bergerak mengibas ke kepala laki-laki setengah baya itu. Begitu cepat gerakan kaki Pendekar Rajawali Sakti, sehingga Suro Gading tidak dapat lagi berkelit menghindar. Dan....
Plak! "Akh...!"
Terdengar jeritan panjang melengking tinggi, begitu kaki kanan Rangga menghantam kepala Suro Gading. Akibatnya, laki-laki setengah baya itu terhuyung-huyung ke belakang sambil memegangi kepalanya. Tampak darah merembes keluar dari kepalanya yang pecah, akibat terhantam tendangan dahsyat dari jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa' tadi.
"Hiyaaa...!"
Selagi tubuh Suro Gading terhuyung-huyung ke belakang, Rangga sudah melesat cepat. Dan seketika itu juga, dilepaskannya satu tendangan keras menggeledek, tepat menghantam dada laki-laki setengah baya berbaju merah menyala itu. Kembali Suro Gading menjerit keras. Dan tubuhnya kontan terpental jauh ke belakang. Begitu keras tendangan yang dilepaskan Rangga, hingga dinding batu yang terhantam punggung Suro Gading hancur berkeping-keping. Hanya sedikit saja Suro Gading menggeliat, kemudian meregang nyawa. Mati!
"Keparat! Kubunuh kau, Bocah! Hiyaaat!"
Melihat Suro Gading terkapar tewas, Nyai Balung Wungkul tidak dapat lagi menahan amarahnya. Sambil berteriak keras menggelegar, perempuan tua itu melesat menyerang Pendekar Rajawali Sakti.
"Haiiit...!"
Kembali Rangga harus berhadapan dengan pengikut Gandapati, menggunakan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib'. Dan memang, Nyai Balung Wungkul tidak lagi memberi kesempatan pada pemuda berbaju rompi putih ini untuk balas menyerang.
"Hiya! Hiya! Hiyaaa...!"
Sambil berteriak keras menggelegar, Nyai Balung Wungkul terus menyerang cepat Pukulan-pukulannya begitu dahsyat, membuat Rangga harus berjumpalitan menghindarinya. Tapi setelah lewat beberapa jurus, kembali Pendekar Rajawali Sakti melenting ke udara. Dan dengan kecepatan tinggi sekali, tubuhnya menukik deras menggunakan jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'.
"Hiyaaat..!"
Tapi, rupanya Nyai Balung Wungkul sudah tahu arah serangan Pendekar Rajawali Sakti. Maka dengan cepat perempuan tua itu melompat ke belakang, sambil mengegoskan kepala. Namun tanpa diduga sama sekali, mendadak saja Rangga cepat memutar tubuhnya. Dan begitu kakinya menjejak tanah, secepat kilat tangan kanannya menghentak ke depan dalam pengerahan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'.
"Yeaaah...!"
"Heh...?!" Nyai Balung Wungkul jadi kaget setengah mati. Dan belum juga bisa menyadari apa yang dilakukan Rangga, tahu-tahu....
Begkh! "Aaakh...!"
Kembali terdengar jeritan panjang melengking tinggi bersamaan terpentalnya tubuh Nyai Balung Wungkul ke belakang. Begitu kerasnya pukulan Pendekar Rajawali Sakti tadi, membuat punggung Nyai Balung Wungkul menghantam dinding tembok. Dan seketika itu juga, perempuan tua itu menggelepar di antara kepingan dinding batu yang hancur terlanda tubuhnya. Tapi tak berapa lama tubuhnya mengejang, lalu diam tak bergerak-gerak lagi. Tamatlah riwayat perempuan tua itu.
Sementara Rangga sudah berdiri tegak, tepat sekitar satu batang tombak di depan Gandapati. Tampak Penghuni Lembah Neraka itu mendelik geram, melihat dua orang pembantu kepercayaannya tewas hanya dalam waktu sebentar saja.
"Hih!" Tiba-tiba saja Gandapati menghentakkan tangan kanannya ke depan. Dan seketika itu juga, dari telapak tangannya melesat beberapa buah benda bulat kecil berwarna merah menyala bagai titik api, langsung meluruk deras menyambar tubuh Rangga.
"Hup! Hiyaaa...!"
Namun manis sekali Rangga melenting ke udara, dan berputaran beberapa kali menghindari serangan pemuda itu. Lalu bagaikan kilat, tubuhnya meluruk deras sambil melepaskan satu pukulan dahsyat dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir.
"Heh! Hup! Yeaaah...!"
Gandapati jadi terhenyak kaget setengah mati, lalu cepat-cepat melesat ke udara dan berputaran beberapa kali. Namun belum juga kakinya menjejak lantai, Rangga sudah kembali melepaskan beberapa pukulan keras menggeledek yang begitu cepat dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'.
"Hiyaaat..!"
Gandapati terpaksa harus berjumpalitan di udara, menghindari serangan-serangan maut Pendekar Rajawali Sakti. Bahkan Rangga tidak hanya mengerahkan satu jurus saja. Lima jurus maut dari rangkaian lima jurus 'Rajawali Sakti' digabungkannya begitu sempurna dan sangat cepat Sehingga, sulit sekali untuk diketahui perbedaannya. Dan ini, membuat Gandapati jadi semakin kelabakan saja. Beberapa kali serangan Rangga hampir menghantam tubuhnya, untungnya dia masih bisa menghindar. Walaupun, agak kelabakan juga menghindarinya.
"Hup!"
Tiba-tiba saja Gandapati melompat cepat ke belakang, tepat di saat Rangga tengah menyerangnya melalui jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'.
"Hap! Seraaang...!"
Begitu kakinya menjejak lantai, Gandapati langsung saja memerintahkan pengikut-pengikutnya untuk menyerang Pendekar Rajawali Sakti itu.
"Hup! Cepat-cepat Rangga melompat ke belakang, mendekati Andari. Kemudian....
"Aji Bayu Bajra. Yeaaah....!"
Bet! Wusss...!
"Aaa...!"
"Akh...!"
Jeritan-jeritan panjang melengking tinggi seketika terdengar, begitu Rangga mengerahkan aji Bayu Bajra. Sebuah aji kesaktian yang bisa menimbulkan badai topan sangat dahsyat. Dari kedua telapak tangannya yang terkembang ke depan, menyembur hembusan angin yang begitu kuat, membuat para pengikut Gandapati jadi beterbangan seperti daun-daun kering terhempas angin.
Ruangan ini pun jadi bergetar bagai diguncang gempa. Tampak batu-batu atap mulai berguguran, menghantam mereka yang jadi kalang-kabut menghadapi serangan Pendekar Rajawali Sakti. Batu-batu mulai berguguran menghantam. Dan Rangga terus mengerahkan aji kesaktiannya yang sangat dahsyat.
Sementara, Andari yang berada di belakang Pendekar Rajawali Sakti jadi terlongong bengong, kagum melihat ilmu kedigdayaan yang begitu dahsyat ini. Belum pernah disaksikannya ada orang yang bisa menciptakan badai topan begitu dahsyat. Hingga dalam waktu sebentar saja, sudah tidak ada seorang pun yang bisa bangkit berdiri lagi. Bahkan dinding-dinding ruangan yang terbuat dari batu hampir roboh, terkena hempasan angin badai yang begitu dahsyat.
Rangga baru menarik kembali aji Bayu Bajra setelah tidak ada lagi lawannya yang masih berdiri. Hanya Gandapati saja yang masih tetap bertahan, walaupun sudah berpindah sekitar dua batang tombak.
"Haaap...!"
Rangga langsung bersiap hendak mengerahkan satu serangan dari ilmu kedigdayaannya lagi. Dan dari sikapnya, jelas kalau Pendekar Rajawali Sakti hendak mengerahkan aji Cakra Buana Sukma.
Sementara Gandapati kelihatan masih belum bisa berbuat sesuatu. Dan belum juga Penghuni Lembah Neraka itu bertindak, Rangga sudah menghentakkan kedua tangannya ke depan sambil berteriak keras menggelegar.
"Aji Cakra Buana Sukma. Yeaaah...!"
Slap!
"Heh...?!"
Gandapati hanya mampu terbeliak saja. Dan belum juga bisa berbuat sesuatu, seluruh tubuhnya sudah terselubung cahaya biru yang memancar dari kedua tangan Pendekar Rajawali Sakti. Gandapati hanya bisa menggeliat, sambil berteriak-teriak seperti kesakitan. Sedangkan Rangga mulai mengayunkan kakinya perlahan-lahan, mendekatinya. Dan begitu jaraknya tinggal sekitar dua langkah lagi dari Penghuni Lembah Neraka itu, mendadak saja....
"Yeaaah...!"
Bagaikan kilat Rangga menghentakkan tangan kanannya ke atas. Lalu....
Cring!
Bet!
Cras!
"Aaa...!"
Gandapati hanya bisa menjerit melengking, begitu Pedang Rajawali Sakti berkelebat membabat lehernya. Sedikit pun Penghuni Lembah Neraka itu tidak mampu lagi menghindar. Dan dia hanya berdiri tegak dengan kedua mata terbeliak lebar serta mulut terbuka. Sementara, Rangga berdiri tegak memegang pedang yang memancarkan cahaya biru terang menyilaukan mata.
"Hih!"
Hanya didorong sedikit saja, tubuh Gandapati sudah jatuh tersungkur ke lantai. Kepalanya seketika menggelinding terpisah dari leher. Darah pun muncrat deras sekali dari leher yang tertebas.
Cring!
Indah sekali gerakan tangan Rangga saat memasukkan Pedang Rajawali Sakti ke dalam warangkanya. Perlahan tubuhnya diputar menatap Andari yang masih terlongong bengong, seperti melihat sesosok dewa pada Pendekar Rajawali Sakti.
"Ayo, Andari. Kita cari tempat penyekapan para pendekar yang diculik," ajak Rangga.
"Eh.... Ayo...," sahut Andari tergagap.
Mereka segera bergegas meninggalkan ruangan itu. Tapi baru saja keluar, dari ujung lorong terlihat Pandan Wangi dan beberapa orang pendekar berlari kecil menuju ke arahnya. Andari segera menghambur berlari begitu melihat ayahnya bersama Pandan Wangi dan yang lain.
"Kakang...!"
Pandan Wangi langsung memeluk Rangga. Sementara Andari juga berpelukan dengan ayahnya. Sedangkan pendekar-pendekar lain hanya bisa memandangi. Sebentar Rangga melepaskan pelukan si Kipas Maut itu.
"Bagaimana kau bisa bebas, pandan?" tanya Rangga.
"Aku menghajar para penjaga, saat Gandapati, Nyai Balung Wungkul, dan Suro Gading pergi. Aku tidak tahu kalau mereka akan menghadapimu. Dan aku ke sini juga karena mendengar suara ledakan-ledakan saja," jelas Pandan Wangi.
"Ayo kita keluar dari sini," ajak Rangga.
Saat itu, seluruh bangunan istana ini sudah mulai bergetar berderak-derak. Rangga bergegas mengajak yang lain meninggalkan Lembah Neraka ini. Dan begitu mereka berada di luar, bangunan istana itu langsung ambruk. Akibatnya, seluruh Lembah Neraka ini jadi bergetar bagai diguncang gempa. Musnah sudah keangkaramurkaan yang selama ini ditakuti seluruh penduduk desa yang ada tidak jauh dari Lembah Neraka ini. Namun belum juga mereka jauh berjalan, tiba-tiba....
"Ha ha ha...!"
Seketika, mereka semua jadi terkesiap kaget. Bahkan Pendekar Rajawali Sakti langsung berbalik, memandang ke arah bangunan yang ambruk.
"Ha ha ha.... Kuakui, kali ini aku kalah, Pendekar Rajawali Sakti! Kau memang lawan tangguhku. Tapi, ingat! Pertarungan belum selesai. Suatu saat nanti, kekalahan ini akan terbalas!"
Terdengar sebuah suara, sehingga semua yang ada di situ jadi terlongong bengong. Pendekar Rajawali Sakti tahu, itu adalah suara Gandapati. Dan belum lagi ada yang menyadari, tiba-tiba dari puing-puing bangunan itu melesat sebuah bayangan hitam ke angkasa. Begitu cepat, sehingga hanya Pendekar Rajawali Sakti saja yang melihat.
"Suara siapa itu, Kakang?" tanya Pandan Wangi yang tahu-tahu telah berada di samping Pendekar Rajawali Sakti.
"Dasar siluman!" kata Rangga.
"Siluman?"
"Ya, siluman. Gandapati memang sebangsa siluman!"
"Hhh...!" Pandan Wangi hanya mendesah saja.
Lalu, mereka berbalik dan melangkah pergi, mengikuti yang lainnya.

***

TAMAT

96. Pendekar Rajawali Sakti : Penghuni Lembah NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang