BAB 2

40 14 35
                                    

JUDUL
Keluarga Sederhana

"Bel, lo udah kerjain tugasnya Bu Ani ??"

"Udah," jawab Bella tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun.

"Gue boleh-"

"Nggak. Aku nggak mau pinjamin hasil jawaban tugasku." Bella menatap Stevan dengan wajah datar.

"Please, Bel. Gue mohon banget !" bujuk Stevan yang tak henti-hentinya berusaha mengubah keputusan Bella.

Bella menggeleng tegas walau pandangannya tetap tertuju pada ponsel miliknya. Stevan menghela napas kasar. Memang sangat susah membujuk Bella yang jelas-jelas tengah sibuk membaca Wattpad favoritnya.

"Kamu itu pintar, 'kan ? Ngapain minta aku buat pinjamin hasil jawaban tugas nya Bu Ani ?? Aneh."

"Bukan gitu, Bel ! Kemarin, itu cuman kebetulan gue sempet ngelihat jawaban pertanyaan Bu Laura di buku." Bella tetap menggeleng.

"Percuma, Van. Lo nggak bakalan dapat apa yang lo mau dari si kutu buku sok cuek itu." Tiba-tiba seseorang mengikuti perbincangan Stevan dan Bella.

Ia adalah seorang gadis berambut ikal yang diikat nya ke belakang. Wajahnya manis, namun bergaya layaknya seorang lelaki. Dia adalah satu-satunya gadis tomboy di kelas IX IPS 3 yang orang-orang kenali.

"Felicia. Kamu tau ikut campur urusan seseorang itu, tidaklah baik." Bella menatap gadis itu tak suka walau wajahnya tetap terlihat datar.

Gadis itu mendengus kesal.

"Udah berapa kali gue bilang ?! Nama gue Khaterine !! Jangan panggil nama depan gue ! Iihh !!!" tegas gadis yang mengakui dirinya bernama Khaterine itu. Ia terlihat sedikit imut saat ia kesal seperti itu—sangat tak sesuai dengan gayanya yang seperti seorang lelaki jantan.

"Khaterine, yang sabar dong. Kalau marah-marah cepet tua, loh !" ucap Sabrina yang kebetulan mendengar perbincangan mereka dari depan.

"Gue kesel, Na !"

Gadis tomboy itu. Namanya Felicia Khaterine. Banyak yang bilang ia adalah satu-satunya anak perempuan di keluarganya. Ia tak suka dipanggil dengan nama depannya yang terlihat feminim dan lebih suka dipanggil nama belakang. Entah mengapa, ia begitu bersahabat karib dengan Sabrina yang justru memiliki sifat bertolak belakang dengan Felicia...

"Jangan panggil nama depan gue !! Dasar Author sok tau !!!"

"...."

Hening sejenak.

"Khat ? Kamu... Sehat, 'kan ??" tanya Bella yang lama-kelamaan mulai risih dengan keberadaan Khaterine di sekitarnya.

"Khat, lo ngapain teriak-teriak ??" tanya Stevan yang sama risihnya dengan Bella.

"Emang tadi gue teriak-teriak ??" tanya Khaterine dengan herannya.

"Udah, ah. Khaterine, ikut aku aja yuk. Aku mau bawa kamu ke tempat yang tepat." Sabrina menarik lengan Khaterine dengan cepat, sehingga pemilik lengan itu mulai terlihat kebingungan.

"Emang kenapa sih, Na ?? Jangan tarik-tarik gue !!" Sabrina mengacuhkan permintaan Khaterine dan terus menarik-narik lengannya hingga mereka hampir sampai ke luar kelas.

"Semoga Khaterine mendapat amanah di sana," harap Bella dan Stevan seraya melepas kepergian Khaterine.

****

"Akhirnya, aku bisa pulang ke rumah dan meninggalkan pelajaran sialan itu." Bella menendang batu yang menghalangi jalannya. Jam terakhir di sekolah, mereka belajar bersama Pak Joko-seorang guru yang sangat membosankan se-SMA Tanpa Nama. Bella bersyukur dapat pulang sekarang.

Surat Untuk Bella ( ON-HOLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang