BAB 3

19 8 49
                                    

JUDUL
Penelpon Misterius

Bella sampai di depan pintu yang sudah lama tak dibuka oleh si pemilik rumah. Bella mengeluarkan kunci berwarna perak yang pas untuk membuka pintu itu.

Ceklek !

Ia berjalan masuk ke dalam sambil perlahan membuka pintu gudang tua itu. Tapi, ini bukanlah gedung tua yang penuh debu dan jaring laba-laba di sekitarnya. Bella adalah seseorang yang sensitif akan sesuatu yang berdebu dan tak rapi—Adam tak perlu memiliki seorang pembantu di rumahnya jika Bella ada di sana.

Gudang itu terlihat begitu rapi. Semua barang ditutupi semacam kain. Di dalam gudang itu juga terdapat sebuah jendela yang dapat memasukkan cahaya matahari. Dengan nuansa kayu yang sederhana, tambah membuat kekaguman seseorang saat melihat gudang itu.

'Dimana ya ?' pikir Bella dalam hati.

Ia tak terlalu mengingat isi semua kotak kardus yang ada di gudang-walau ia lah yang merapikannya selama ini. Yang ia ingat hanya satu, kotak yang berisikan barang-barang lama miliknya yang sudah ia tandai dengan menulis huruf 'B' untuk 'Bella'.

'Here's to the ones that we got... Cheers to the wish you were here but you're not... Cause the drinks bring back all the memories...'

Ponsel Bella berdering-membuat lagu favoritnya diputar ( Memories - Maroon 5 ). Bella langsung mengambil benda bernama ponsel itu di sakunya. Di layar ponsel tertera nomor telepon yang tak Bella ketahui, tapi Bella tetap mengangkatnya.

'Bisa saja ini penting !'

"Halo ? Ini siapa ?" tanya Bella tanpa berbasa-basi.

"Tunggu, ini Bella ??" Seseorang dari sebalik telepon bertanya balik.

"Iya ? Ini siapa ??" tanya Bella lagi, ia sedikit kesal karena pertanyaannya malah dijawab dengan pertanyaan pula.

"Bella. Bella Aprilia ??" tanya seseorang dari sebalik telepon itu lagi, dari suaranya Bella dapat menebak itu adalah seorang pria.

"Yaa... Ini Bella Aprilia ! Anda siapa ??" tanya Bella untuk kesekian kalinya, ia semakin kehilangan kesabaran karena pertanyaannya tak kunjung di jawab.

"Tunggu bentar. Ini Bella Aprilia yang super cuek, sekolah di SMA Tanpa Nama, dan..."

Bella mematikan saluran telepon secara sepihak. Ia sudah muak akan hal ini.

'Penganggu !!!'

Tapi, baru saja Bella hendak kembali memeriksa gudang untuk melanjutkan tujuannya yang tertunda. Ponselnya berbunyi lagi.

'Here's to the ones that we got...'

Bella langsung mengangkat kali ini, ia tidak ingin kemarahannya justru menghilang karena lagu favoritnya lagi-lagi diputarkan. Ia juga sangat yakin yang menelepon adalah orang yang sama. Bella menyebut orang itu Tawuran, singkatan dari Tak Tawu Aturan—Lagipula, dia selalu membuat Bella ingin tawuran, alias naik darah.

"Akhirnya, lo ngangkat juga. Lo tau tiba-tiba aja ponsel gue nggak bisa lagi nelpon lo tadi. Oh, ya-"

"Jangan tanyakan apa-apa lagi ! Aku ingin kamu menjawab, kamu siapa ?!" tanya Bella benar-benar langsung ke inti pembicaraan, ia mulai malas berbasa-basi jika seperti ini masalahnya.

"Oh, oke ! Fix, lo Bella." Pria di sebalik telepon sedikit tertawa, Bela berusaha menahan amarahnya kali ini sambil menunggu si penelepon.

"Oke, oke. Gue yakin lo pengen banget tau gue siapa. Mending Bel, lo pergi pintu depan rumah lo deh. Gue nungguin, nih !" Tiba-tiba saja telepon itu dimatikan. Bella mengikuti apa yang dikatakan Tawuran, lagipula ia sedikit lega pertanyaan nya bisa dijawab juga.

Surat Untuk Bella ( ON-HOLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang