Ryan, Menawari aku untuk kerja di club

18.7K 83 0
                                    

Aku, masih heran dengan apa yang dikerjakan oleh Ryan di Club itu.

Masih banyak yang harus aku pikirkan, yaitu tentang hidupku. Gimana caranya mendapatkan kerjaan di jakarta, hampir setengah tahun, aku menganggur dan menggantungkan hidup kepada Ryan. Bukan mauku juga seperti ini, namun aku tidak boleh putus asa. Aku yakin tuhan masih sayang kepadaku. Tuhan akan segera memberikan solusi dalan hidupku.

"Step, gue sudah janjian sama teman gue mau keluar, nanti teman gue mau jemput gue kesini. Gue mau mandi dulu kalau dia datang suruh tunggu gue ya" suruh Ryan, yang langsung mengambil handuk diatas jemuran dan langsung meninggalkanku kekamar mandi.

"iya, jam berapa teman loe jemput?" jawabku pelan. Namun Ryan, tak menjawabnya lagi hanya ada suara air di dalam kamar mandi, menandakan bahwa Ryan sedang mandi.

Hari ini adalah hari minggu, weekand biasanya aku menghabiskan waktu dirumah. Kebiasaan kaya gini selalu aku lakuin saat didaerahku.

Sedang asyik-asyiknya saat aku lagi menonton acara kartun doraemon kesukaanku, tiba-tiba ada suara pintu diketuk.

"tok..tok, permisi. Ryan" suara pintu diketuk dan dibarengi dengan suara laki-laki dari luar.

"iya sebentar" aku menyahut dari dalam dan langsung mendekati pintu depan.

"cari siapa ya Om? Hmmm...ini temannya Ryan ya?" lanjutku dengan membukakan pintu dan mempersilahkannya untuk masuk.

"iya, saya temannya Ryan, Btw Ryannya adakan? Kamu pasti Stephen? Saya Sapto?" oceh lelaki tua itu dengan genitnya matanya itu nakal saat memandangku.

"silahkan Om, masuk. Ryan masih mandi tadi dia pesan Om tunggu saja dulu disini" jawabku yang mulai sebal saat melihat tingkahnya yang genit. Seperti melihat barang yang ia sukai saja.

"Om, mau minum apa?" sambungku, jujur sebenarnya malas untuk ramah tamah saja aku jengkel, sama lelaki tua yang sok muda. Apalagi aku mulai eunek saat melihat penampilannya. Memakai celana Zara pendek berwarna orange, kaos Top Man's berwarna Merah, dan Sepatu Sportnya Adidas. Sumpah ini manusia dari planet mana ya? Apa iya ni manusia norak ini turun dari planet Pluto? Ahk...seperti babu saja aku dibuatnya harus pura-pura ramah tamah lagi. Kalau aku tidak memandang Ryan, sudah aku tinggal ke kamar saja.

"Stephen, kamu kerja dimana?" tanyanya yang sepertinya mulai mencari tahu kesibukanku.

"belum dapat kerjaan Om. Nih masih nyari-nyari kerja dijakarta" jawabku malas.

"wah dijakarta harus kerja, dan satu lagi jangan memilih kerjaan kalau di jakarta" lanjutnya. Dan aku malah semakin mual mendengar ocehannya.

"iya, Om. Makasih atas sarannya" lalu tiba-tiba, aku merasa terbebaskan dari manusia pluto ini ketika Ryan datang dari dalam kamar.

"Hi. Om, Sapto. Lama ya nunggunya? Sudah kenal sama temanku kan Om." suara lantangnya Ryan, yang menyapa Om, Sapto sambil medatangi kami diruang tengah.

"iya, sudah. Ternyata Step ganteng juga ya Ryan?" jawab Om, Sapto yang biar terlihat Gombal saat memujiku. Boro-boro aku senang mendengar pujiannya. Pengen mutah si iya.

"Step, kami mau jalan dulu ya keluar. Loe mau ikut kita tidak?" ajak Ryan, yang sebenarnya hanya basa-basi saja mengajakku.

"iya, Ok Thank ya. Tapi gue lagi males kemana-mana yan" jawabku males. Aduh udah deh mending kalian cepat pergi dari hadapanku. Aku ingin menikmati hari weekand di kostan saja tanpa ada seorangpun yang ganggu. Apalagi Om, Sapto. Tua bangka tapi tingkah lakunya kaya anak usia 15 tahun saja.

Tubuhku, Penikmat Lelaki.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang