G A L V I N || 09

11 2 0
                                    

"Galvin!?"

"Ngapain dia disini?"

Banyak pertanyaan memenuhi otaknya, mengapa cowok yang sedang Shaina hindari berada disini. Tepatnya di hadapannya.

Rose mendekati Galvin. "Kamu sudah nemuin daddy?" tanyanya.

Galvin berdeham. "Udah, mom."

Shaina melihat interaksi kedua orang di hadapannya. Benar-benar jauh beda. Rose, yang Shaina yakin mommy-nya Galvin, mempunyai kelembutan di setiap tutur kata-nya. Sedangkan anaknya boro-boro berbicara lembut.

"Shaina,"

Lamunan Shaina buyar saat Rose memanggil namanya.

Shaina tersenyum kikuk mendapati dirinya sedaritadi melamun.

"Apa kamu sedang kurang sehat?" tanya Rose khawatir.

Shaina menggeleng sambil tersenyum. "Nggak tante."

"Oh iya, setahu mommy, kalian berdua satu sekolah bukan?" tanya Rose melirik Galvin dan Shaina bergantian.

"Benar, mom." ucap Galvin sambil menatap Shaina.

Sedangkan Shaina hanya menganggukkan kepalanya.

Drttt..
Drttt..

Shaina merasakan ponselnya bergetar, ia mengundurkan diri kepada Rose, jika dirinya ingin mengangkat panggilan.

"Mom mau nemuin daddy dulu, kamu jangan kemana-mana sampai acara selesai." ucap Rose.

Sedangkan Galvin hanya mendengus sebal. Akan sangat membosankan, pikirnya.

Tapi...

Galvin tersenyum smirk. "Untuk sekarang tidak akan bosan, jika ada Shaina disini."

Ia langsung mencari keberadaan Shaina.

"Mungkin dia ke toilet."

***

Shaina memasuki toilet yang ternyata sepi. Ia langsung mengangkat telponnya.

"Halo, dengan siapa?" tanya Shaina.

"Hai, Shaina"

Shaina masih diam, ia tidak mungkin salah dengar. Shaina masih sangat mengenal siapa pemilik suara itu.

"Shai, apa kabar?"

Shaina menghembuskan napas kasar. "Maaf sepertinya anda salah sambung."

Dirinya langsung mematikan panggilannya secara sepihak.

"Shaina, lo harus tenang." monolognya sambil memejamkan kedua matanya dan mencengkeram kedua sisi wastafel.

"Siapa orang itu?" ucap seseorang dibalik tubuhnya.

Shaina membuka kedua matanya dan membalikkan tubuhnya.

"Lo ngapain disini? ini toilet perempuan, keluar sana!" teriak Shaina kesal.

Galvin mendekatkan dirinya kearah Shaina. Sedangkan Shaina bergerak waspada, takut cowok di hadapannya melecehkan dirinya.

"Jangan dekat-dekat atau gue bakal teriak!" ucap Shaina.

Galvin tersenyum smirk. "Percuma mau teriak sekencang apapun, nggak bakal ada yang dengar." ucapnya sambil terus mendekatkan dirinya kearah Shaina.

Galvin meletakkan kedua tangannya di sisi tubuh Shaina.

"Bisa nggak elo munduran dikit!" kesal Shaina sambil menatap tajam Galvin.

Galvin terkekeh. "Kenapa emangnya, lo deg deg kan di dekat gue?"

Shaina tersenyum remeh. "Jangan kepedean lo, yang ada gue jantungan ngadepin spesies cowok kayak lo."

"Ingat, Sha, sekarang kita udah pacaran!" tegas Galvin.

Shaina menaikkan satu alisnya. "Kita pacaran?" tanya Shaina sambil menyilangkan kedua tangannya.

Galvin menganggukkan kepalanya.

Shaina menggelengkan kepalanya pelan sambil menatap Galvin remeh. "Gue nggak akan pernah nerima lo jadi pacar gue, Galvin."

Galvin memundurkan tubuhnya, ia tersenyum smirk. "Gue nggak menyerah buat dapetin, elo."

Setelah itu Galvin meninggalkan Shaina yang masih berdiam diri.

Shaina meletakkan tangannya tepat di dadanya. "Astaga, Galvin udah bikin gue spot jantung."

Akhirnya Shaina memutuskan untuk kembali ke acara, karena ayah-nya pasti sedang mencari dirinya.

Ditengah kerumunan, Shaina melihat ayah-nya sedang berbincang dengan sepasang kekasih paruh baya.

Saat sudah dekat ia bisa melihat jelas, pasangan paruh baya itu adalah kedua orang tua Galvin.

Ia menepuk bahu ayah-nya pelan. "Ayah," panggil Shaina.

Hendra memutar tubuhnya, ia melihat kedatangan putrinya.

"Akhirnya kamu datang juga, ayah daritadi mencari kamu." ucap Hendra khawatir.

"Maaf yah, tadi Shaina ke toilet dulu." gumam Shaina yang masih di dengar oleh Hendra.

"Yasudah, yang penting kamu sudah disini,"

"Oh iya nak, kenalin ini sahabat ayah," lanjut Hendra sambil mempersilahkan putrinya berjabat tangan.

"Om, aku Shaina." ucap Shaina dengan senyumannya.

"Kita bertemu lagi, Shaina." ucap Rose senang, Shaina hanya tersenyum sebagai jawaban.

Tiba-tiba Galvin datang dari arah kanan Shaina.

"Dad, mom, daritadi aku nyariin kalian berdua." ucap Galvin.

Shaina hanya meliriknya, sangat menyebalkan jika mengingat kejadian di toilet tadi.

"Vin, kenalin ini sahabat daddy," ucap Harun mempersilahkan putranya berjabat tangan dengan Hendra.

Galvin tersenyum sopan.

"Dan perempuan disamping kamu, namanya Shaina, putri sahabat daddy." lanjut Hendra.

Galvin melirik Shaina yang ternyata sedang menatap dirinya juga.

Mereka berdua saling menatap. Mereka tidak sadar, jika ketiga orang yang melihat interaksi keduanya tersenyum bahagia.

Shaina langsung mengalihkan pandangannya. Ia tersenyum canggung saat melihat ayah-nya dan orang tua Galvin menatap kearahnya.

Sedangkan Galvin tersenyum kecil melihat kegugupan cewek itu.

"Kalian berdua pacaran?" tanya Rose to the point.

Pertanyaan Rose membuat Shaina dan Galvin terdiam.

"Ngg--" belum selesai bicara, Galvin sudah memotong ucapannya.

"Iya, mom. Kita berdua pacaran."

"What the--!?"

***

JUJUR, INI KEDUA KALINYA PART TERPANJANG *mungkin😂

INTINYA.. JANGAN SAMPAI KELEWAT CERITA KISAH MEREKA😜

JANGAN LUPAAA BANGET BUAT VOTE & COMMENT BIAR AKU TAMBAH SEMANGAT NGETIKNYA💬🌠
*NO SINDERS

LOVE U ALL💖🙏

G A L V I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang