G A L V I N || 02

40 4 0
                                    

Selamat membaca!

"Lo nyariin gue?"

Shaina yang mendengar suara itu segera memutar tubuhnya.

Galvin berdiri tepat dibelakang Shaina dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana abu-abunya. Dilihat dari dekat seperti ini membuat jantung Shaina berdetak tidak karuan.

Cowok itu menaikkan satu alisnya bingung saat melihat perempuan di hadapannya diam. Sedangkan Shaina yang sudah mendapatkan kesadarannya kembali, dengan berani ia menatap wajah di hadapannya.

Seketika Galvin paham yang sedang di pikiran perempuan di hadapannya.

"Lo mau memuji kalo gue ganteng?" Tanya Galvin sambil tersenyum miring.

Shaina terkekeh pelan mendengarnya, sedangkan Galvin menatapnya bingung.

"Ternyata lo terlalu percaya diri banget ya," Ucap Shaina masih dengan kekehan-nya.

Galvin menatap perempuan dihadapannya sambil mengepalkan kedua tangannya. Ia berusaha mengendalikan amarah.

"Ngaku aja kalau elo lagi memuji kegantengan gue!" desis Galvin.

Shaina memberhentikan kekehan-nya. Ia menatap kedua bola mata cowok dihadapan-nya.

"Dengar baik-baik! Jangan mentang-mentang elo cowok paling ganteng, lo bisa seenaknya memuji diri lo sendiri! Itu gaakan pernah menarik perhatian gue, paham lo!" Ucap Shaina sarkas.

Tapi di balik semua ucapannya, itu semua bohong. Cowok dihadapannya sangat melebihi kata ganteng, ia mirip seperti pangeran yang suka dirinya tonton di film. Bahkan dia sudah menarik perhatian Shaina.

Galvin mencengkeram kedua pundak Shaina meskipun tidak terlalu kencang. Tapi bagi perempuan itu tenaga Galvin sangat kuat, membuat dirinya meringis.

"Lepas," Lirih Shaina.

Galvin menulikan kedua telinganya. Ia ingin membuat pelajaran pada perempuan ini. Shaina menatap Galvin, ia tidak menyangka jika diperlakukan seperti ini dihadapan siswa siswi dikantin.

Kedua sahabat Shaina membantu melepaskan cengkeraman di pundak Shaina. Tapi nihil, tenaga Galvin terlalu kuat.

"Lo nggak tau lagi berhadapan sama siapa!?" sarkas Galvin menatap tajam Shaina.

Shaina yang memang tidak tahu hanya menggelengkan kepalanya.

"Lo nggak tau gue siapa?" Ulang Galvin menatap Shaina tidak percaya.

Sekali lagi, Shaina hanya menggelengkan kepalanya. Ia sudah tidak kuat dengan cengkeraman ini, sangat sakit.

"Gue pemilik sekolah ini!"

Galvin tersenyum miring saat melihat wajah perempuan itu terkejut.

Shaina menahan napasnya saat melihat Galvin mendekatkan dirinya.

"Kaget dengernya, hmm?" bisik Galvin.

Para murid yang melihatnya semakin penasaran apa yang dibicarakan oleh Galvin.

"Lo nggak akan tenang setelah ini." Bisik Galvin.

Setelahnya Galvin melepaskan kedua tangannya, ia langsung meninggalkan Shaina.

***

Sesampainya dikelas Shaina langsung duduk ditempatnya dengan perasaan kesal. Meta dan Lisa saling pandang, mereka mengangkat bahunya bingung.

Meta menduduki dirinya disamping Shaina, sedangkan Lisa duduk dihadapan Meta. Mereka berdua menatap Shaina.

"Sha, lo gapapa?" Tanya Lisa pelan.

"Apa perlu kita anter ke uks buat ngecek pundak lo?" Tanya Meta, ia juga sangat khawatir.

Shaina menggelengkan kepalanya. "Gue udah gapapa kok, kalian tenang aja." Ucapnya yang masih terdengar lirih.

"Gapapa gimana!? Tadi lo kesakitan, Sha!" kesal Meta.

Meta sosok yang tidak bisa mengendalikan emosinya jika terjadi sesuatu dengan sahabatnya.

"Serius lo gapapa, Sha? wajah lo gabisa dibohongin, bilang kalau masih sakit." Ujar Lisa tenang.

Berbanding balik dengan Meta, meskipun Lisa tak kalah khawatirnya tapi ia bisa menangani kekhawatiran-nya dengan tenang.

Shaina terkekeh pelan melihat gurat khawatir di wajah sahabatnya. "Iya gue gapapa kok, kalian tenang aja."

Meta dan Lisa menganggukkan kepalanya.

"Gue nggak nyangka, Galvin bisa berbuat kayak gitu." Ucap Shaina.

"Itu belum seberapa, Sha." Sahut Lisa pelan, takut ada yang mendengar obrolan mereka.

Shaina menaikkan satu alisnya bingung. "Maksudnya?"

"Galvin pernah ngehajar siswa kelas X sampai masuk rumah sakit." Jawab Meta.

"Bahkan sampai koma." Lanjut Lisa.

"Kok bisa? Gara-gara apa?" Tanya Shaina lagi.

"Gue kurang tau masalahnya apa. Yang gue denger, Galvin mukul siswa itu karna sikapnya yang kelewat batas." Jelas Meta, sedangkan Lisa menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Meta.

"Pasti dia kayak gitu ada alasannya." Batin Shaina.

Meta menatap Shaina intens, sedangkan yang ditatap menaikkan satu alisnya.

"Gue peringatin sama lo. Jangan pernah cari masalah sama Galvin, dia bakal ngelakuin apa aja supaya orang itu bakal tunduk." Ucap Lisa serius.

"Lo nggak bakal aman sama dia, lo harus hati hati, Sha." Lanjut Meta.

Shaina bangkit dari duduknya membuat kedua sahabatnya mengernyit bingung.

"Kalau ada guru bilang gue ke uks." Shaina meninggalkan kelas, tidak menghiraukan panggilan sahabatnya.

Saat sudah keluar kelas, ia bingung harus kemana. Uks hanya alibi saja supaya alasannya lebih dipercaya.

Kali ini Shaina akan membolos jam terakhirnya. Ia tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Karena ini pertama kalinya Shaina membolos dan bingung harus kemana, akhirnya Shaina memutuskan menuju tempat yang banyak disukai para siswa siswi.

***

BISA TEBAK GAK TEMPAT APA ITU HIHI

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT SUPAYA AKU SEMANGAT NGETIKNYA🙆‍♀️

LOVE U ALL💖

G A L V I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang