01, Majapahit

973 87 17
                                    

*** Nazella

"Aw" aku meringis memegang dahi ku, sadar ternyata aku berbaring ditanah aku berdiri. Setelah menyeimbangkan tubuhku agar tak oleng, aku terbelalak melihat banyak pasukan berkuda dengan pakaian yang sedikit aneh. Mungkin seperti prajurit jaman Kerajaan, persis sekali. Apalagi mereka juga membawa pedang.

"What the hell." umpat ku, menatap keempat sahabat ku yang sedang duduk sepertinya mereka masih memproses kejadian ini, jangan lupakan koper kami yang juga terbawa.

Aku yang satu-satunya berdiri, mulai mengulurkan tangan pada mereka satu persatu untuk menariknya bangun. Bukan aku terlalu baik, aku sangat takut berdiri sendiri dihadapan dan ditatap intens para pasukan berkuda yang berpedang.

"Parah, kepala gue sakit banget. Tadi gempa apa gimana sih?" rutuk Geovano mengelus kepalanya, sepertinya dia belum menyadari situasi. Brandon menarik Geovano mendekat, kami berjejer menghadap para pasukan itu, percayalah aku sedikit bergetar.

"Kalian siapa?!" teriak David, yang tertua memang bisa diandalkan. Sosok yang sepertinya pemimpin itu turun dari kudanya diikuti satu orang bertubuh agak gempal ikut turun dari kudanya.

"Saya Hayam Wuruk, dan ini adalah Mahapatih Mada. Silahkan ikut kami, dan kalian boleh membawa benda aneh itu" titah nya lugas, membuat kami serentak melihat koper yang disebut benda aneh.

Sebentar, siapa tadi? Hayam Wuruk adalah Raja ke-IV Majapahit bukan? Mahapatih Mada itu adalah Gajah Mada yang melakukan Amukti Palapa, Ini sebenarnya apa? Ah, kepala ku makin lama semakin berat. Tiba-tiba sekeliling ku menjadi gelap.

*** Adrian

Aku menahan tubuh Ajel saat tubuhnya luruh, David memandang ku seolah meminta persetujuan, aku mengangguk, setidaknya kami harus memiliki petunjuk tentang jaman ini. Ya, aku beranggapan kami terlempar ke beberapa abad silam.

"Mohon maaf sebelumnya Baginda, saya ingin bertanya. Tahun berapakah sekarang ini?" tanya Geovano, sepertinya ia sudah memiliki kesadaran penuh.

"Sekarang adalah tahun ke-enam era pemerintahan ku, yaitu 1356. Sudah, mari kalian ikut dengan ku, saudari kalian seperti nya sakit butuh segera pertolongan tabib." Setelah orang yang mengaku bernama Hayam Wuruk itu menjawab, pasukan berkuda mulai menyingkir dan muncul dua kereta kuda.

Aku tidak begitu suka sejarah, aku hanya tahu Hayam Wuruk adalah pemimpin yang membawa masa keemasan Majapahit dan Gajah Mada sebagai seseorang yang bersumpah mempersatukan Nusantara. Tapi, yang membuat ku bingung adalah kenapa aku merasa ini seperti sambutan dan sudah di persiapkan? Apalagi mereka sepertinya tidak kaget melihat pakaian kami yang beda jauh.

"Silahkan kalian naik ke kereta ini," Dia menunjuk kereta terdepan. "Prajurit, bantu mereka mengangkat barang ini ke kereta barang." Lanjutnya, membuat beberapa prajurit turun dari kuda untuk mengangkat koper kami.

Kami berempat saling berpandangan, Brandon mengambil langkah lebih dulu, sebelumnya ia berkata, "Terimakasih Baginda." Yang dibalas senyuman oleh Hayam Wuruk.

Aku lantas merubah posisi Ajel, yang tadinya aku tahan sekarang aku angkat. Setelah melangkah menuju kereta atau delman satu persatu dari kami mulai mengucapkan terimakasih.

Aku baru menyadari satu hal, orang yang disebut Mahapatih yaitu Gajah Mada memandang kami dengan mata yang agak tajam.

"Sebenarnya how could this happen? I swear, I have never committed the worst behavior or crime. so how do I deserve karma?" kata Brandon setelah kami sudah di delman dan tepat kusir mulai memacu kuda. Aku mengerti, dia menggunakan English agar orang selain kami tidak mengerti.

Aku melihat David menghela nafasnya, dia menggeleng. "Gak, that's not karma. Aku yakin. But you're father Dri mencurigakan suddenly brought tickets when Geo was bought tickets too."

Ya, aku juga sedikit curiga pada Ayah yang tiba-tiba mendanai liburan kami. Karena ayah ku bukan orang yang suka ikut campur atas apa yang dilakukan anaknya.

"Bokap lo pesugihan kali Dri"

Aku dan yang lain memandang Ajel yang telah sadar dari pingsannya. Brandon yang ada dikiri Ajel langsung menepak kepala Ajel agak kencang.

"Inimah bukan karma, tapi gegara mulut lo kayanya kita bisa sampai ke sini." Geovano memijat kepalanya pusing.

"Udahlah gue juga gak tau ada hubungannya sama bokap gue apa enggak. Tapi, untuk saat ini lebih baik kita ngikut Dimana tanah berpijak di sana langit di junjung."

***

Rombongan telah sampai pada Majapahit, mereka turun dari delman dengan mata memandang menelaah luar istana.

"Anjir parah, tangan gue gatel pengen motret." ucap Adrian, "Eh wait, tadi kan kita kaya jatoh, and my camera still in Geo's bag, crushed gak anjir?" umpatnya.

Geovano yang disebut reflek menyentuh pundaknya, " Lah gue baru sadar masih pake tas, ben-"

Geovano menghentikan ucapannya saat Hayam Wuruk dan Gajah Mada berjalan menuju mereka, Gajah Mada masih memandang mereka dengan sorot mata tajam.

"Apakah kamu butuh tabib?" tanya Hayam Wuruk ia tersenyum menatap Nazella yang sudah sadar. Sedangkan Nazella menggeleng lalu bersembunyi di belakang tubuh Brandon. Hayam Wuruk langsung terkekeh, Brandon sendiri memijat pelipisnya, jika diajak bicara dengan pria asing Nazella akan takut dan gemetar. Namun Hayam Wuruk adalah Raja, jika dia tersinggung maka semuanya selesai.

"Sebelumnya maaf Baginda. Baginda harus memberikan penjelasan kepada kami kenapa Baginda tidak terkejut saat kami muncul dihadapan kalian. Malah Baginda dan pasukan sepertinya memang sudah mengetahui dan menunggu kami." tegas David, ia sangat penasaran dan juga ingin mengalihkan tatapan Hayam Wuruk dari Nazella, karena dia sudah tremor.

"Tidak sepantasnya bagi saya untuk langsung menjelaskan masalah ini kepada kalian saat kalian baru saja menginjak kaki di Majapahit. Lebih baik kalian beristirahat sejenak di kamar yang sudah kami siapkan." Jawab Hayam Wuruk, yang membuat kelima manusia itu saling pandang mendengarnya.

"Tidak bisa Baginda, kami tidak akan bisa beristirahat jika belum mendapat kejelasan atas apa yang terjadi, kami mohon Baginda menjelaskan kepada kami." Kekeh David yang langsung mendapat tatapan tajam dari Gajah Mada.

"Baiklah, mari ikut saya."

Mereka mengikuti Hayam Wuruk yang memasuki istana jangan lupakan mata mereka yang memandang takjub, namun sesekali di perjalanan mereka akan mengelus tengkuk karena tatapan tajam seseorang yang bersumpah untuk menyatukan Nusantara. Sungguh, tatapannya membuat mereka merinding.

Ternyata Hayam Wuruk membawa mereka ke pendopo yang sepi, Hayam Wuruk mempersilahkan mereka untuk duduk.

"Beberapa waktu lalu, datang seorang Resi yang pernah meramal sesuatu disini dan itu memang menjadi kenyataan. Dia berkata, akan datang dari dimensi lain 5 pemuda yang didalamnya terdapat 1 perempuan mereka akan membawa Majapahit ke puncak kejayaan. Dan hari ini adalah waktunya." Penjelasan Hayam Wuruk berhenti namun terlihat dari wajahnya jika ia masih ingin mengatakan sesuatu.

'Ngadi-ngadi nih orang, jelas-jelas yang bakal ngebawa Majapahit ke puncak itu elo woi ama patih lo!' rutuk Brandon di dalam hatinya.

"Maaf sebelumnya kalau saya lancang. Resi itu mengatakan 5 pemuda yang akan datang, wajah kalian semua memang terlihat belia. Tapi, kenapa dua orang ini rambutnya menua?" heran Hayam Wuruk yang ditujukan untuk David dan Nazella.

Mereka yang mendengar berusaha menahan kekehannya, sedangkan David menahan sembari mengusap wajah nya.

"Maaf Baginda, sebenarnya itu bukan warna asli dari rambut mereka." jelas Adrian, ia mati-matian menahan agar tidak ada suara terkekeh yang keluar.

"Semacam sihir begitu?" balas Hayam Wuruk.

Celaka, mereka berlima sudah tidak tahan untuk memuntahkan tawanya.

***

Time Travel: Knight Of Majapahit EmpireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang