Kriiiiiing
Suara bising alarm membuat gadis yang tengah terlelap terganggu. Ia membuka matanya perlahan, mengucek kedua bola matanya. Dirogohnya alarm di nakas yang menunjukkan pukul 05.15.
Gadis itu bangun dari ranjangnya dan bergegas menuju kamar mandi.
"Fasyaaaa, kamu udah mandi belum nak?"
"Udah kok bun,!" balas Fasya Aurinelia Suratno kepada Diana Wirahma Suratno, sang bunda.
"Kalo udah, cepetan turun sayang!." Titah Diana.
"Iya bun, bentar!."
Setelah Fasya bersiap dengan pakaian sekaligus keperluan sekolahnya, ia beranjak turun menuju arah sumber suara sang bunda yang memanggilnya tadi.
Fasya melewati kelokan anak tangga dan dapat terdengar licinnya lantai dengan suara sepatunya.
"Pagi, Bunda!." Fasya mengecup pipi bundanya dengan sayang.
"Pagi juga sayang!, kamu makin cantik ajaa si. Nanti si Devran makin cinta aja sama kamu!," goda Diana.
Siapakah Devran itu? Ya, Devran Adi Wijaya adalah kekasih dari Fasya. Fasya selalu menceritakan segala hal, termasuk tentang kisah percintaanya dengan Devran. Devran adalah anak sulung dari pasangan pengusaha sukses dengan kekayaan berlimpah.
Tak terkecuali dengan Fasya, papahnya Bagja Suratno yang tak lain adalah pengusaha sukses pula.
"Ah, Bunda. Bisa aja!. Papah mana bun?." Tanyanya heran.
"Papah kamu lagi siap-siap." Jawab Diana.
Fasya hanya mengangguk paham. Fasya adalah anak yang ceria sekaligus penyayang. Ia sangat dekat dengan kedua orang tuanya, karena memang ia anak satu-satunya. Tak dipungkiri, ia juga sangat manja kepada kedua orang tuanya.
Sifat manja seorang Fasya hanya ditujukan kepada kedua orangtuanya saja, sekalipun itu pacarnya. Fasya sangat mencintai dan menyayangi kedua orang tuanya.
Tanpa Fasya Sadari, lelaki paruh bawa tengah mengendap-endap berjalan kearah Diana dan dirinya.
Sebuah tangan kekar menutup kelopak mata Fasya dengan erat.
"Papaaaaah." Rengek Fasya kepada papahnya. Jika sudah begini ia akan terlihat seperti anak TK masih ingusan yang merengek membeli jajan kepada orang tuanya.
Bagja meregangkan dan melepaskan tangan kekarnya yang menutup kedua kelopak mata anak gadisnya itu.
"Iya sayang. Kenapa?" tanyanya pada Fasya seraya merapihkan anak rambut yang menghalangi wajah anak gadisnya itu.
"Aku kangen papah, peluk. Papah kok akhir-akhir ini sibuk terus si?." tanya Fasya dengan wajah yang menggemaskan. Diana hanya senyum bahagia melihat keluarga kecilnya sangat harmonis.
"Bunda seneng liat keluarga kecil kita bahagia." Ungkapnya dengan air mata bahagia yang menetes. Memang, keluarga kecilnya inu sangatlah harmonis.
"Katanya Bunda seneng, kok Bunda nangis si? Hiks, kan akunya juga ikut nangis!." Fasya ikut menangis dengan wajah yang sangat menggemaskan.
"Peluk. Papah, Bundaa!" pintanya sambil menyibakan kedua tangannya lebar-lebar.
Kedua orang tuanya menghampiri Fasya dengan senyuman bahagia. Bagja mengecup secara beegantian puncak kepala dari dua wanita yang sangat dicintainya. Dielus rambut dan punggungnya dengan sayang.
"Aku sayang Papah sama Bunda!." Fasya mengecup dahi Diana dan Bagja dengan penuh rasa sayang.
"Papah juga sayang sekali sama dua wanita dihadapan papah sekarang!"
"Bunda juga, bunda beruntung punya kalian berdua. Rasanya Bunda gak mau cepet meninggal!."
Fasya kaget dengan perkataan Bundanya yang terakhir tadi.
"Bunda gak boleh ngomong kayak gitu. Fasya gak suka." Ia melepaskan pelukannya dan melipatkan kedua tangannya didepan dada.
Diana mengelus rambut Fasya dengan sangat lembut. Fasya sangat nyaman dengan sentuhan itu.
"Semua makhluk dibumi itu pasti akan kembali kepada tuhan yang menciptakannya sayang. Gak ada satupun makhluk bumi yang bakal abadi. Keabadian hanya milik Allah sayang!"
"Yaudah kita sekeluarga pindah aja ke mars. Kan kata bunda makhluk di bumi gak ada yang abadi kita pindah aja ke mars. Siapa tau kita abadi disana!."
Bagja dan Diana yang mendengar perkataan dari anak gadisnya hanya tertawa renyah, bagaimana bisa ia berkata seperti itu. Sungguh konyol.
"Udah-udah mendingan sekarang kita sarapan dulu nanti papah sama Fasya kesiangan lho!."
"Siap ibu negara." Jawab Bagja dan Fasya secara bersamaan dengan memperagakan gaya hormat.
Hanya ada keheningan saat sarapan tadi. Kini mereka bertiga telah usai bersarapan.
"Yaudah bun, papah sama Fasya berangkat dulu ya, takut kesiangan!." pamit Bagja dengan mengulurkan tangan kanannya kepada Diana untuk disalimi.
"Iya pah, hati-hati. Pah, bunda minta izin buat ke rumah ibu ya. Soalnya tadi pagi bunda dapet kabar kalo si Mira udah lahiran."
"Iya , papah izinin. Kira-kira, bunda pulang jam berapa?"
"Agak sorean pah."
"Bundaa..Bunda tante Mira udah lahiran?," Fasya sangat antusias.
"Iyaa sayang."
"Anaknya cowok apa cewek?"
"Cewek!"
"Yeyy, Fasya punya ponakan cewek. Horee!"
Bagja dan Diana hanya geleng-geleng kepala melihat aksi anak tunggalnya itu. Ia sudah cukup dewasa tapi tingkahnya sama seperti anak SD.
"Assalamualaikum Bunda. Fasya sama papah berangkat dulu ya. Bunda hati-hati dirumah. Bye!" Fasya mengecup tangan Diana penuh hormat.
Fasya dan Bagja kini telah membelah jalanan yang sudah cukup dipadati oleh kendaraan umum ataupun pribadi. Tak ada yang membuka suara diantara keduanya. Bisingnya ibu kota sudah menjadi hal biasanya bagi warganya, termasuk Fasya dan Bagja.
Sebuah notifikasi chat yang nyaring mampu memecah keheningan keduanya.
Tiiiing
Fasya membuka notifikasi chat yang baru saja masuk. Disana terpampang nama yang hingga saat ini mengisi hati kecilnya.
Devran jelek♡
Selamat pagi sayang:*
Kamu udah berangkat belum?Fasya segera menarikan ibu jarinya untuk membalas chat dari Devran.
Fasya :*
Selamat pagi juga sayang:"
Udah, sama papah.
Devran jelek♡Syukur deh kalo gitu.
Sampai ketemu disekolah dan kelas sayang😘♥Fasya :*
Mulai deh, alaynya kumat.
Devran hanya membaca chat dari Fasya. Fasya memasukkan Hp nya kedalam saku roknya.
Kini, ia sudah sampai di depan gerbang sekolahnya. Ia berpamitan dengan papahnya.ΦΦΦΦΦ
Maaf ya Guys, kalo ceritanya jelek.
Jangan lupa Follow, Vote dan Coment ya!!~Mrrska~
KAMU SEDANG MEMBACA
Fasya
Teen FictionAwalnya hidupnya terasa bahagia dengan keberadaan orang-orang yang menyayanginya. Tetapi saat seseorang kembali dari hidupnya, itulah awal dari kehancuran hidup Fasya Aurinelia Suratno. Perlahan orang-orang yang selalu ada disekitarnya perlahan sirn...